Bocah Pemakan Batu Bata akhirnya Dirawat di RSUD Banten
A
A
A
SERANG - Nawasi, balita berusia 2,5 tahun putra bungsu pasangan Hapsah dan Hambali yang mempunyai kebiasaan memakan batu bata akhirnya dirawat di ruang 462 lantai IV RSUD Banten, Jalan Syekh Nawawi Cipocok, Kota Serang.
Nawasi mendapat perawatan di RSUD Banten. Selang terpasang dari lubang hidungnya. Makan dan minum disuntikan melalui selang masuk lewat hidung. Sesekali sang ibu Hapsah mengipasi dan menggendong Wasi sapaan bocah ini.
Balita asal Desa Bendung, kampung Cipare Idul Rt 003/001, Kasemen Kota Serang, Banten, tersebut memiliki kebiasaan aneh. Selama 1 tahun lima bulan Nawasi mengonsumsi batu bata dirumahnya.
“Saat ini kondisinya lebih baik dibandingkan saat pertama datang. Berat badan Wasi 7,5 kilogram, seharusnya di usia dia di atas 10 kilogram. Juga hemoglobinnya pertama masuk hanya 2, lalu 7 sekarang sudah 9,” kata Kepala Ruang rawat Inap Anak, Mirawati kepada wartawan, Rabu (13/5/2015).
Dia menuturkan, saat ini Wasi diberikan Susu dan makanan formula untuk penderita gizi buruk.
“Untuk kondisi seperti Wasi butuh perawatan ekstra, selain meningkatkan HB juga meningkatkan berat badannya,” ujarnya.
Sementara itu, Ayah Wasi, Hambali, warga Kampung Cipare Idul, Desa Bendung, menuturkan dirinya tidak bisa menolak keinginan Wasi makan batu bata.
“Wasi akan menangis jika tak diperbolehkan memakan batu,” kata Hambali saat ditemui di RSUD Banten, Nawasi hidup kekurangan, orang tuanya hanya buruh pasar. Sehari-hari bekerja sebagai penarik gerobak di Pasar Induk Rau (PIR) Kota Serang.
Hambali mengatakan bahwa Wasi masih tetap mengkonsumsi nasi, bubur, atau makanan lainnya namun sedikit.
“Wasi paling sering memakan batu bata setiap harinya. Hobi itu membuat perawakan Wasi terlihat kurus dengan perut buncit seperti penderita bayi gizi buruk,” ujar Hambali.
Menurut bapak dari 10 anak itu mengaku, sudah empat anaknya meninggal, yang kedua sakit panas yang dua sama kondisinya dengan Wasi seperti gizi buruk.
Nawasi mendapat perawatan di RSUD Banten. Selang terpasang dari lubang hidungnya. Makan dan minum disuntikan melalui selang masuk lewat hidung. Sesekali sang ibu Hapsah mengipasi dan menggendong Wasi sapaan bocah ini.
Balita asal Desa Bendung, kampung Cipare Idul Rt 003/001, Kasemen Kota Serang, Banten, tersebut memiliki kebiasaan aneh. Selama 1 tahun lima bulan Nawasi mengonsumsi batu bata dirumahnya.
“Saat ini kondisinya lebih baik dibandingkan saat pertama datang. Berat badan Wasi 7,5 kilogram, seharusnya di usia dia di atas 10 kilogram. Juga hemoglobinnya pertama masuk hanya 2, lalu 7 sekarang sudah 9,” kata Kepala Ruang rawat Inap Anak, Mirawati kepada wartawan, Rabu (13/5/2015).
Dia menuturkan, saat ini Wasi diberikan Susu dan makanan formula untuk penderita gizi buruk.
“Untuk kondisi seperti Wasi butuh perawatan ekstra, selain meningkatkan HB juga meningkatkan berat badannya,” ujarnya.
Sementara itu, Ayah Wasi, Hambali, warga Kampung Cipare Idul, Desa Bendung, menuturkan dirinya tidak bisa menolak keinginan Wasi makan batu bata.
“Wasi akan menangis jika tak diperbolehkan memakan batu,” kata Hambali saat ditemui di RSUD Banten, Nawasi hidup kekurangan, orang tuanya hanya buruh pasar. Sehari-hari bekerja sebagai penarik gerobak di Pasar Induk Rau (PIR) Kota Serang.
Hambali mengatakan bahwa Wasi masih tetap mengkonsumsi nasi, bubur, atau makanan lainnya namun sedikit.
“Wasi paling sering memakan batu bata setiap harinya. Hobi itu membuat perawakan Wasi terlihat kurus dengan perut buncit seperti penderita bayi gizi buruk,” ujar Hambali.
Menurut bapak dari 10 anak itu mengaku, sudah empat anaknya meninggal, yang kedua sakit panas yang dua sama kondisinya dengan Wasi seperti gizi buruk.
(sms)