Warga Kayulabu Lahirkan Bayi Tanpa Tempurung Kepala
A
A
A
KAYUAGUNG - Pasangan suami istri Arman alias Gelek (27) dan Dedek Suryani (25) warga Dusun I Desa Kayulabu, Kecamatan Pedamaran Timur, Ogan Komering Ilir (OKI), harus pasrah menerima kenyataan, bahwa buah hati mereka yang berjenis kelamin laki-laki, terlahir tanpa memiliki tempurung kepala.
Walaupun demikian, kondisi bayi yang lahir pada Selasa (12/5/2015) sekitar pukul 12.45 WIB di Desa Kayulabu, Kecamatan Pedamaran Timur tersebut dalam kondisi sehat dan kuat.
Takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bidan desa yang membantu persalinan akhirnya merujuk bayi ini ke RSUD Kayuagung.
Marleni selaku bidan desa yang membantu persalinan korban mengaku sebelumnya dia tidak menyangka jika bayi pasangan Arman dan Dedek Suryani tersebut akan lahir tanpa tempurung kepala.
"Sebelum melahirkan, kondisi ibu dan kandungannya baik-baik saja. Tapi setelah bayi tersebut lahir, kondisinya tidak seperti yang kita harapkan. Makanya saya bersama suami langsung merujuknya ke RSUD Kayuagung," ujar Marleni, Selasa sore (12/5/2015).
Pihaknya tidak kesulitan dalam membantu persalinan ibu Dedek, karena memang kondisinya sehat dan kuat.
"Memang bayinya dalam keadaan kurang baik, beratnya 2,5 kilogram dan panjangnya 49 sentimeter. Kami berharap kondisi bayi ini bisa membaik, walaupun persentase keselamatannya tidak terlalu besar. Kita yakin jika Allah SWT berkehendak semuanya akan terjadi," ungkapnya.
Sementara itu, Arman dan Dedek selaku orang tua berharap pihak RSUD Kayuagung berupaya semaksimal mungkin untuk merawat buah hati mereka.
"Kami hanya bisa pasrah. Tapi besar harapan kami agar pemerintah dapat membantu biaya pengobatan agar anak saya bisa selamat dan hidup normal seperti anak-anak seusianya kelak," timpalnya sambil meneteskan air mata.
Dikatakannya, selama mengandung memang dirinya bersama istri tidak menetap di Desa Kayulabu, Kecamatan Pedamaran Timur.
"Ya kami ini kerjanya serabutan, jadi tidak pernah menetap di Kayulabu. Baru sebulan terakhir kami kembali ke desa, memang selama dalam kandungan kami tidak pernah ke dokter, hanya sekali-kali datang ke bidan desa," tandasnya.
Direktur RSUD Kayuagung, dr Dedi mengaku pihaknya akan berupaya semaksimal mungkin untuk mempertahankan agar bayi tersebut bisa bertahan hidup.
"Tapi memang persentase untuk bertahannya agak kecil. Tapi kita akan berusaha semampunya, ya minimal bayi ini bisa bertahan dalam beberapa hari kedepan," tukasnya.
Menurutnya, dalam dunia kedokteran, bayi lahir tanpa tempurung bukanlah hal yang terlalu langka karena sudah lumayan sering terjadi. Rasio kasus ini berkisar 1 banding 1.000 kehamilan.
"Istilah medisnya adalah anensefali. Perkiraan secara medis, bayi anensefali biasanya hanya bertahan dalam waktu 24-48 jam, karena otak bayi yang tidak terlindungi tempurung kepala mudah terpapar radiasi atau lainnya, sehingga bayi tak bisa bertahan lama, bahkan tubuhnya bisa mengecil (atropi) seperti bayi prematur," pungkasnya.
Walaupun demikian, kondisi bayi yang lahir pada Selasa (12/5/2015) sekitar pukul 12.45 WIB di Desa Kayulabu, Kecamatan Pedamaran Timur tersebut dalam kondisi sehat dan kuat.
Takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bidan desa yang membantu persalinan akhirnya merujuk bayi ini ke RSUD Kayuagung.
Marleni selaku bidan desa yang membantu persalinan korban mengaku sebelumnya dia tidak menyangka jika bayi pasangan Arman dan Dedek Suryani tersebut akan lahir tanpa tempurung kepala.
"Sebelum melahirkan, kondisi ibu dan kandungannya baik-baik saja. Tapi setelah bayi tersebut lahir, kondisinya tidak seperti yang kita harapkan. Makanya saya bersama suami langsung merujuknya ke RSUD Kayuagung," ujar Marleni, Selasa sore (12/5/2015).
Pihaknya tidak kesulitan dalam membantu persalinan ibu Dedek, karena memang kondisinya sehat dan kuat.
"Memang bayinya dalam keadaan kurang baik, beratnya 2,5 kilogram dan panjangnya 49 sentimeter. Kami berharap kondisi bayi ini bisa membaik, walaupun persentase keselamatannya tidak terlalu besar. Kita yakin jika Allah SWT berkehendak semuanya akan terjadi," ungkapnya.
Sementara itu, Arman dan Dedek selaku orang tua berharap pihak RSUD Kayuagung berupaya semaksimal mungkin untuk merawat buah hati mereka.
"Kami hanya bisa pasrah. Tapi besar harapan kami agar pemerintah dapat membantu biaya pengobatan agar anak saya bisa selamat dan hidup normal seperti anak-anak seusianya kelak," timpalnya sambil meneteskan air mata.
Dikatakannya, selama mengandung memang dirinya bersama istri tidak menetap di Desa Kayulabu, Kecamatan Pedamaran Timur.
"Ya kami ini kerjanya serabutan, jadi tidak pernah menetap di Kayulabu. Baru sebulan terakhir kami kembali ke desa, memang selama dalam kandungan kami tidak pernah ke dokter, hanya sekali-kali datang ke bidan desa," tandasnya.
Direktur RSUD Kayuagung, dr Dedi mengaku pihaknya akan berupaya semaksimal mungkin untuk mempertahankan agar bayi tersebut bisa bertahan hidup.
"Tapi memang persentase untuk bertahannya agak kecil. Tapi kita akan berusaha semampunya, ya minimal bayi ini bisa bertahan dalam beberapa hari kedepan," tukasnya.
Menurutnya, dalam dunia kedokteran, bayi lahir tanpa tempurung bukanlah hal yang terlalu langka karena sudah lumayan sering terjadi. Rasio kasus ini berkisar 1 banding 1.000 kehamilan.
"Istilah medisnya adalah anensefali. Perkiraan secara medis, bayi anensefali biasanya hanya bertahan dalam waktu 24-48 jam, karena otak bayi yang tidak terlindungi tempurung kepala mudah terpapar radiasi atau lainnya, sehingga bayi tak bisa bertahan lama, bahkan tubuhnya bisa mengecil (atropi) seperti bayi prematur," pungkasnya.
(sms)