Damkar KBB Perlu Segera Miliki Pos dan Mobil Pancar di Selatan
A
A
A
BANDUNG BARAT - Banyaknya kejadian kebakaran yang lambat tertangani sehingga menimbulkan korban jiwa maupun materi di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB), dikarenakan sarana prasarana yang belum memadai.
Tidak hanya itu faktor geografis wilayah yang terdiri dari perbukitan serta gunung, turut menjadi kendala bagi petugas ketika menuju lokasi kebakaran yang berakibat respons time menjadi lambat.
Seperti pada kasus kebakaran yang menewaskan ibu dan anak di Kampung Ciangkrong RT 05/08, Dusun 4, Desa Sarinagen, Kecamatan Cipongkor, KBB, Kamis (24/10/2019) lalu.
Saat itu korban yang bernama Omah (69) dan anaknya Siti Jubaedah (20) tewas setelah tidak bisa menyelamatkan diri dan terjebak dalam kobaran api.
Warga sekitar tidak bisa berbuat banyak, upaya memadamkan api dengan alat seadanya akhirnya sia-sia karena api semakin membesar.
"Kami memang masih kekurangan armada kendaraan pemadam dan pos damkar, khususnya di wilayah selatan yang coverage areanya sangat luas," terang Kabid Pemadam Kebakaran pada Dinas Satpol PP dan Damkar KBB, Nanan Sunandar kepada SINDOnews, Sabtu (26/10/2019).
Nanan mencontohkan, untuk kejadian kebakaran yang merenggut korban jiwa di Cipongkor, pihaknya tidak mendapatkan laporan pada saat kejadian.
Mengetahui kejadian tersebut pada saat kebakaran sudah habis menghanguskan rumah korban. Meskipun jika ada yang melaporkan, pihaknya juga belum tentu bisa datang dengan cepat ke lokasi mengingat jaraknya sangat jauh.
Kondisi tersebut menjadi sebuah ironi yang selalu dipikirkannya, agar bagaimana bisa memberikan pelayanan maksimal dalam penanganan kebakaran.
Salah satu yang sedang direncanakan, selain menambah armada kendaraan damkar, adalah dengan membangun pos damkar di daerah selatan.
Yakni yang bisa mengcover Kecamatan Gununghalu, Cipongkor, dan Rongga. Saat ini Damkar KBB baru memiliki pos di Padalarang, Cikalongwetan, Cililin, dan Lembang,
"Memang harus ditambah pos damkar dengan satu unit kendaraan pancar di daerah selatan. Kalau tidak, kasihan. Kejadian di selatan tidak akan terjangkau jika hanya mengandalkan armada dan petugas dari Pos Damkar Kecamatan Cililin," ucapnya.
Sementara itu, Camat Gununghalu Taufik Firmansyah mengakui jika warga di wilayahnya kerap bersusah payah ketika terjadi kebakaran. Ini dikarenakan wilayah Gununghalu sejauh ini belum terjangkau petugas Damkar KBB.
Paling ketika terjadi kebakaran warga hanya melapor ke pihak RT dan RW, kemudian berupaya memadamkan api secara gotong royong dengan menggunakan peralatan seadanya. Apalagi untuk daerah yang di pelosok akses mobil damkar dipastikan tidak akan bisa masuk.
"Wilayah kami kan luas terus banyak juga pemukiman di pelosok-pelosok desa yang jalannya kecil dan lokasinya jauh. Makanya kalau ada kebakaran warga tidak pernah lapor ke petugas damkar karena menyadari daerahnya terlalu jauh untuk dijangkau petugas," ucapnya yang menyambut baik jika memang ada perwakilan Pos Damkar KBB di wilayah selatan.
Tidak hanya itu faktor geografis wilayah yang terdiri dari perbukitan serta gunung, turut menjadi kendala bagi petugas ketika menuju lokasi kebakaran yang berakibat respons time menjadi lambat.
Seperti pada kasus kebakaran yang menewaskan ibu dan anak di Kampung Ciangkrong RT 05/08, Dusun 4, Desa Sarinagen, Kecamatan Cipongkor, KBB, Kamis (24/10/2019) lalu.
Saat itu korban yang bernama Omah (69) dan anaknya Siti Jubaedah (20) tewas setelah tidak bisa menyelamatkan diri dan terjebak dalam kobaran api.
Warga sekitar tidak bisa berbuat banyak, upaya memadamkan api dengan alat seadanya akhirnya sia-sia karena api semakin membesar.
"Kami memang masih kekurangan armada kendaraan pemadam dan pos damkar, khususnya di wilayah selatan yang coverage areanya sangat luas," terang Kabid Pemadam Kebakaran pada Dinas Satpol PP dan Damkar KBB, Nanan Sunandar kepada SINDOnews, Sabtu (26/10/2019).
Nanan mencontohkan, untuk kejadian kebakaran yang merenggut korban jiwa di Cipongkor, pihaknya tidak mendapatkan laporan pada saat kejadian.
Mengetahui kejadian tersebut pada saat kebakaran sudah habis menghanguskan rumah korban. Meskipun jika ada yang melaporkan, pihaknya juga belum tentu bisa datang dengan cepat ke lokasi mengingat jaraknya sangat jauh.
Kondisi tersebut menjadi sebuah ironi yang selalu dipikirkannya, agar bagaimana bisa memberikan pelayanan maksimal dalam penanganan kebakaran.
Salah satu yang sedang direncanakan, selain menambah armada kendaraan damkar, adalah dengan membangun pos damkar di daerah selatan.
Yakni yang bisa mengcover Kecamatan Gununghalu, Cipongkor, dan Rongga. Saat ini Damkar KBB baru memiliki pos di Padalarang, Cikalongwetan, Cililin, dan Lembang,
"Memang harus ditambah pos damkar dengan satu unit kendaraan pancar di daerah selatan. Kalau tidak, kasihan. Kejadian di selatan tidak akan terjangkau jika hanya mengandalkan armada dan petugas dari Pos Damkar Kecamatan Cililin," ucapnya.
Sementara itu, Camat Gununghalu Taufik Firmansyah mengakui jika warga di wilayahnya kerap bersusah payah ketika terjadi kebakaran. Ini dikarenakan wilayah Gununghalu sejauh ini belum terjangkau petugas Damkar KBB.
Paling ketika terjadi kebakaran warga hanya melapor ke pihak RT dan RW, kemudian berupaya memadamkan api secara gotong royong dengan menggunakan peralatan seadanya. Apalagi untuk daerah yang di pelosok akses mobil damkar dipastikan tidak akan bisa masuk.
"Wilayah kami kan luas terus banyak juga pemukiman di pelosok-pelosok desa yang jalannya kecil dan lokasinya jauh. Makanya kalau ada kebakaran warga tidak pernah lapor ke petugas damkar karena menyadari daerahnya terlalu jauh untuk dijangkau petugas," ucapnya yang menyambut baik jika memang ada perwakilan Pos Damkar KBB di wilayah selatan.
(awd)