Kisah Siasat Busuk Gajah Mada Habisi Penguasa Kerajaan untuk Kuasai Malaka

Senin, 16 Januari 2023 - 04:55 WIB
loading...
Kisah Siasat Busuk Gajah...
Sketsa wajah Gajah Mada yang didasari dari gambaran lama oleh M. Yamin. Foto/Wikipedia
A A A
Gelegar suara Gajah Mada, menggemparkan seisi ruangan saat diringnya dilantik sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit. Sambil duduk bersimpuh di hadapan Rani Kahuripan atau Bhre Kahuripan, Gajah Mada menyatakan baru akan beristirahat setelah berhasil menaklukkan Nusantara.



Wilayah Nusantara yang disebutkan Gajah Mada dalam sumpahnya, yang dikenal dengan Sumpah Palapa tersebut, terdiri dari Gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik.



Bali menjadi wilayah yang pertama kali menjadi tumbal dari sumpah Gajah Mada tersebut. Hasrat untuk menguasai wilayah Nusantara tak terbendung lagi, termasuk Malaka yang kala itu sudah menjadi jalur pelayaran.



Segala cara ditempuh untuk menguasai dapat menguasai Malaka, termasuk dengan siasat bentukan Gajah Mada. Kisah ini dituliskan Enung Nurhayati, dalam bukunya yang berjudul "Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan".

Dikisahkan dalam Hikayat Hang Tuah, Raja Majapahit meminta agar Gajah Mada menyusun strategi siasat untuk membunuh Raja Malaka. Raja Majapahit mengusulkan agar pernikahan putrinya jadi ajang membunuh Raja Malaka, untuk menaklukkan Kerajaan Malaka.

Gajah Mada mencoba menyusun skenarionya, sesuai perintah Raja Majapahit kala itu. Tapi strategi pertama Gajah Mada menghabisi nyawa Raja Malaka, dan empat orang pembesarnya yang tengah berada di Majapahit gagal.

Meski mengalami kegagalan, Gajah Mada tak putus asa. Dia tetap yakin dengan kekuatan dan strateginya, bakal berhasil membunuh Raja Malaka. Bahkan, Gajah Mada juga mencoba membesarkan hati Raja Majapahit, yang memerintahkannya.

Siasat untuk membunuh Raja Malaka kembali disusun. Yakni saat perayaan pernikahan Raja Malaka, dengan putri Kerajaan Majapahit. Dalam Hikayat Hang Tuah, disebutkan upaya pembunuhan Raja Malaka yang telah direncanakan Gajah Mada, ternyata kembali menuai kegagalan.



Kegagalan pembunuhan Raja Malaka di acara pernikahan tersebut, membuat Raja Majapahit dibuat kembali kecewa. Tapi bukan Gajah Mada namanya, bila tak berhasil membesarkan hati Raja Majapahit dan mencoba meyakinkan misinya lagi.

Cerita ini terukir dalam hikayat Hang Tuah dengan tulisan "Ya tuanku, sabar juga dahulu, yang akan mengenai kiai tiga itu atas pateklah, kerena banyak lagi prajurit yang kepetangan patek peliharakan. Indah apatah membunoh kiai Tuah itu dan segala Melayu lima orang itu, selang negeri besar-besar lagi dapat dialahkan. Adapun pekerjaan anak anda juga tuanku bicarakan, supaya main kita jangan ketara, karena Melayu itu bijaksana".

Upaya pembunuhan Raja Malaka ini diketahui pihak kerajaan. Tapi Gajah Mada yang pandai dan cerdik menyampaikan tak ada maksud sama sekali menghabisi nyawa Raja Malaka. Ia berpura-pura tidak tahu tentang rencana percobaan pembunuhan. Justru Gajah Mada dan Majapahit menyebut ia berhutang budi kepada Hang Tuah.

"Ayoh anak Tun Tuah, banyak kita berhutang kasih kepada anak Tuah. Jikalau lambat anak Tuah menikam juga, nescaya matilah manira ditikamnya, karena manira orang tua tiada berperang," demikian kisah di Hikayat Hang Tuah.

Jauh sebelum upaya menaklukkan Malaka, sebagai bagian dari siasat untuk menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit, sebagai mewujudkan Sumpah Palapa. Gajah Mada sudah menghabisi nyawa petinggi Majapahit, karena menertawakan Sumpah Palapa yang diucapkannya.



Kembar, adalah pejabat Majapahit yang dibunuh pertama kali oleh Gajah Mada, usai mengucapkan Sumpah Palapa. Kembar yang hadir dalam penobatan Gajah Mada sebagai Patih Majapahit, tertawa mengejek.

Di sela nada tawa yang memerahkan kuping, mulutnya juga menyemburkan caci maki. Kembar terang-terangan meragukan Sumpah Palapa Patih Gajah Mada. Begitu juga dengan pejabat penting lain, seperti Jabung Tarewes, dan Lembu Peteng. Bersama pejabat yang lain, keduanya juga ikut terbahak-bahak.

"Gajah Mada merasa dihina, lalu turun dari paseban menghadap kaki sang rani," tulis Slamet Muljana dalam "Menuju Puncak Kemegahan, Sejarah Kerajaan Majapahit". Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit pada tahun 1336.

Gajah Mada menggantikan posisi Aria Tadah, yang sudah lama mengeluh sulit memenuhi kewajibannya sebagai patih amangku bumi. Aria Tadah sendiri juga sudah lama menginginkan Gajah Mada menjadi penggantinya. Keinginan Aria Tadah sangat beralasan.

Di lingkungan Kerajaan Majapahit, nama Gajah Mada yang menapaki karir dari seorang Bekel Bhayangkara, telah menjadi buah bibir. Jasa Gajah Mada terhadap Majapahit dinilai besar. Terutama setelah bersama 15 orang Bhayangkara menyelamatkan Raja Jayanegara dari serangan Ra Kuti beserta pasukan dharmaputranya.



Gajah Mada berhasil memadamkan pemberontakan Ra Kuti. Gajah Mada juga yang menikam Ra Tanca hingga tewas, setelah memergoki Tanca menghabisi Raja Jayanegara. Di masa pemerintahan Bhre Kahuripan dan Bhre Daha, Gajah Mada juga berandil besar dalam penumpasan pemberontakan Sadeng dan Keta.

Di hadapan Bhre Kahuripan, Gajah Mada mengucapkan sumpah palapanya dengan wajah sungguh-sungguh. Karenanya, tawa ejekan Kembar membuatnya sedih dan merasa terhina. Gajah Mada seketika murka. Setelah berkeluh kesah kepada Bhre Kahuripan. Gajah Mada langsung menghabisi Kembar.

Di sisi lain Gajah Mada memang sudah lama kurang menyukai Kembar. Saat peristiwa pemberontakan Sadeng, Kembar mendahului Gajah Mada yang sudah lama bercita-cita menundukkan Sadeng. Bagi Gajah Mada, yang dilakukan Kembar adalah dosa yang tidak terampuni.

"Di luar panangkilan, Kembar dan Warak dimusnahkan. Itulah kesempatan baik untuk melampiaskan dendamnya kepada Kembar yang telah mendahului mengepung Sadeng," tulis Slamet Muljana.

Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada merupakan pengumuman resmi program politik pemerintahan Majapahit. Sejatinya Gajah Mada hendak melanjutkan program politik Raja Singasari Kertanegara yang memulai dengan ekspedisi Pamalayu (Melayu) dan Pabali (Bali).



Terhadap semua hambatan yang muncul, Gajah Mada tidak segan mengambil langkah pemusnahan. Termasuk kepada Kembar dan Warak yang telah mengejek sumpahnya. Gajah Mada lebih dulu menyingkirkan para perintang sebelum program politik Nusantara ia laksanakan. "Demikianlah telah terjadi perubahan susunan kabinet pada awal pemerintahan Gajah Mada, " tulis Slamet Muljana.

Gajah Mada betul-betul membuktikan sumpahnya. Selama 21 tahun menjabat mahapatih Majapahit, ia berhasil menundukkan negara-negara di luar Kerajaan Majapahit. Gurun (Lombok), Seran (Seram), Tanjung Pura (Kalimantan), Haru (Sumatra Utara), Pahang (Malaya), Dompo, Bali, Sunda, Palembang (Sriwijaya) dan Tumasik (Singapura), menyatakan takluk.

Sesuai sumpah yang diucapkan. Setelah semua mengakui kebesaran Majapahit, Gajah Mada melakukan amukti palapa (Istirahat). "Lamun huwus kalah nusantara insun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".
(eyt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3045 seconds (0.1#10.140)