Patih Madhu, Makcomblang Pernikahan Raja Majapahit dengan Putri Sunda
loading...
A
A
A
MAKCOMBLANG yang dalam kamus bahasa Indonesia berarti perantara pencari jodoh ternyata sudah dikenal sejak masa Kerajaan Majapahit. Salah satu makcomblang yang paling terkenal adalah Patih Madhu.
Melalui perantaranya, Raja Majapahit yang terkenal bijaksana Hayam Wuruk berhasil mendekati putri Kerajaan Sunda, anak Maharaja Linggabuana Wisesa bernama Dyah Pithaloka Citraresmi yang sangat cantik.
Yang membuat beban Patih Madhu sangat berat adalah, bukan hanya karena hubungan cinta dan kasih itu harus terjadi. Tetapi juga menjaga agar hubungan Kerajaan Sunda dan Majapahit kembali rapat.
Seperti diketahui, Kerajaan Sunda merupakan kerajaan merdeka yang tidak pernah dijajah atau di bawah Majapahit. Sejak tercetus Sumpah Palapa oleh Gajah Mada, hubungan Kerajaan Sunda dengan Majapahit merenggang.
Tetapi bukan Patih Madhu namanya jika tidak bisa meyakinkan Raja Sunda agar mau menikahkan putrinya yang cantik jelita itu kepada Hayam Wuruk. Bagaimana kisahnya, berikut ulasan Cerita Pagi.
Selain karena persoalan yang sudah disinggung, tantangan lain yang dihadapi Patih Madhu adalah menetapkan lokasi pernikahan, di mana Hayam Wuruk menginginkan pesta pernikahan itu dilangsungkan di Majapahit.
Upaya Patih Madhu ini sempat mendapat tentangan dari Patih Amangkubhumi Bunisora, petinggi Kerajaan Sunda.
Bersama empat mantri pengiringnya, Patih Madhu akhirnya berangkat ke Kerajaan Sunda. Setelah lima hari berlayar, rombongan Patih Madhu akhirnya tiba di Tanah Sunda. Utusan Majapahit ini disambut Patih Anepaken.
Mereka lalu dibawa kepada Raja Sunda. Setelah bertemu dengan Raja Sunda, Patih Madhu mengeluarkan surat dari Hayam Wuruk kepada Raja Sunda. Surat itu berisi pinangan terhadap Dyah Pithaloka Citraresmi.
Dalam surat itu juga tidak disinggung kegiatan politik untuk menjadikan Kerajaan Sunda sebagai kerajaan bawahan Majapahit. Hayam Wuruk hanya ingin menjadikan sang putri Sunda sebagai pendamping hidupnya yang sepi.
Dalam surat itu juga Hayam Wuruk menyerahkan jiwanya kepada Raja Sunda yang akan menjadi mertuanya itu.
Saat membaca surat itu, Raja Sunda meminta kepada Patih Madhu untuk menjelaskan maksudnya. Di sinilah, peran makcomblang Patih Madhu bermain dengan berusaha meyakinkan Raja Sunda yang bijaksana itu.
Dijelaskan Patih Madhu, bahwa Hayam Wuruk ingin menikahi putri Dyah Pithaloka Citraresmi dan menjadikannya sebagai permaisuri. Dikatakan juga bahwa Hayam Wuruk sangat tergila-gila dengan kecantikan sang putri.
Tidak hanya itu, Patih Madhu juga menjelaskan jika perkawinan itu terjadi dan saat pesta nanti, putrinya itu akan ditempatkan di posisi yang sangat terhormat dengan Raja Kahuripan di kanan dan Hayam Wuruk di kiri.
Setelah mendengarkan penjelasan Patih Madhu yang sangat menyakinkan, Raja Sunda itu pun luluh hatinya.
Misi Patih Madhu menyakinkan Raja Sunda pun berhasil. Dia lalu diminta kembali ke Majapahit dan menyampaikan kepada Hayam Wuruk bahwa lamarannya diterima. Tidak hanya itu, Hayam Wuruk juga bersedia ke Majapahit.
Tetapi jalannya sejarah tidak seindah yang dikehendaki manusia, karena Tuhan punya kuasa. Seperti diketahui, selanjutnya rombongan pengantin dari Kerajaan Sunda dibantai habis oleh pasukan Gajah Mada.
Peristiwa tragis itu kemudian dikenal sebagai Perang Bubat yang menimbulkan mitos dendam orang Sunda kepada Jawa (Majapahit). Sampai di sini ulasan singkat makcomblang masa Kerajaan Majapahit. Semoga bermanfaat.
Sumber tulisan:
1. Nurhayati Rahman, Sri Sukesi Adiwimarta, Antologi Sastra Daerah Nusantara, Masyarakat Pernaskahan Nusantara, 1999.
2. Sri Wintala Achmad, Perang Bubat, 1279 Saka, Membongkar Fakta Kerajaan Sunda vs Kerajaan Majapahit, Araska Publisher, 2019.
Lihat Juga: 3 Potret Karya Ivan Gunawan di New York Fashion Week 2023, Terinspirasi Kerajaan Majapahit
Melalui perantaranya, Raja Majapahit yang terkenal bijaksana Hayam Wuruk berhasil mendekati putri Kerajaan Sunda, anak Maharaja Linggabuana Wisesa bernama Dyah Pithaloka Citraresmi yang sangat cantik.
Yang membuat beban Patih Madhu sangat berat adalah, bukan hanya karena hubungan cinta dan kasih itu harus terjadi. Tetapi juga menjaga agar hubungan Kerajaan Sunda dan Majapahit kembali rapat.
Seperti diketahui, Kerajaan Sunda merupakan kerajaan merdeka yang tidak pernah dijajah atau di bawah Majapahit. Sejak tercetus Sumpah Palapa oleh Gajah Mada, hubungan Kerajaan Sunda dengan Majapahit merenggang.
Tetapi bukan Patih Madhu namanya jika tidak bisa meyakinkan Raja Sunda agar mau menikahkan putrinya yang cantik jelita itu kepada Hayam Wuruk. Bagaimana kisahnya, berikut ulasan Cerita Pagi.
Selain karena persoalan yang sudah disinggung, tantangan lain yang dihadapi Patih Madhu adalah menetapkan lokasi pernikahan, di mana Hayam Wuruk menginginkan pesta pernikahan itu dilangsungkan di Majapahit.
Upaya Patih Madhu ini sempat mendapat tentangan dari Patih Amangkubhumi Bunisora, petinggi Kerajaan Sunda.
Bersama empat mantri pengiringnya, Patih Madhu akhirnya berangkat ke Kerajaan Sunda. Setelah lima hari berlayar, rombongan Patih Madhu akhirnya tiba di Tanah Sunda. Utusan Majapahit ini disambut Patih Anepaken.
Mereka lalu dibawa kepada Raja Sunda. Setelah bertemu dengan Raja Sunda, Patih Madhu mengeluarkan surat dari Hayam Wuruk kepada Raja Sunda. Surat itu berisi pinangan terhadap Dyah Pithaloka Citraresmi.
Dalam surat itu juga tidak disinggung kegiatan politik untuk menjadikan Kerajaan Sunda sebagai kerajaan bawahan Majapahit. Hayam Wuruk hanya ingin menjadikan sang putri Sunda sebagai pendamping hidupnya yang sepi.
Dalam surat itu juga Hayam Wuruk menyerahkan jiwanya kepada Raja Sunda yang akan menjadi mertuanya itu.
Saat membaca surat itu, Raja Sunda meminta kepada Patih Madhu untuk menjelaskan maksudnya. Di sinilah, peran makcomblang Patih Madhu bermain dengan berusaha meyakinkan Raja Sunda yang bijaksana itu.
Dijelaskan Patih Madhu, bahwa Hayam Wuruk ingin menikahi putri Dyah Pithaloka Citraresmi dan menjadikannya sebagai permaisuri. Dikatakan juga bahwa Hayam Wuruk sangat tergila-gila dengan kecantikan sang putri.
Tidak hanya itu, Patih Madhu juga menjelaskan jika perkawinan itu terjadi dan saat pesta nanti, putrinya itu akan ditempatkan di posisi yang sangat terhormat dengan Raja Kahuripan di kanan dan Hayam Wuruk di kiri.
Setelah mendengarkan penjelasan Patih Madhu yang sangat menyakinkan, Raja Sunda itu pun luluh hatinya.
Misi Patih Madhu menyakinkan Raja Sunda pun berhasil. Dia lalu diminta kembali ke Majapahit dan menyampaikan kepada Hayam Wuruk bahwa lamarannya diterima. Tidak hanya itu, Hayam Wuruk juga bersedia ke Majapahit.
Tetapi jalannya sejarah tidak seindah yang dikehendaki manusia, karena Tuhan punya kuasa. Seperti diketahui, selanjutnya rombongan pengantin dari Kerajaan Sunda dibantai habis oleh pasukan Gajah Mada.
Peristiwa tragis itu kemudian dikenal sebagai Perang Bubat yang menimbulkan mitos dendam orang Sunda kepada Jawa (Majapahit). Sampai di sini ulasan singkat makcomblang masa Kerajaan Majapahit. Semoga bermanfaat.
Sumber tulisan:
1. Nurhayati Rahman, Sri Sukesi Adiwimarta, Antologi Sastra Daerah Nusantara, Masyarakat Pernaskahan Nusantara, 1999.
2. Sri Wintala Achmad, Perang Bubat, 1279 Saka, Membongkar Fakta Kerajaan Sunda vs Kerajaan Majapahit, Araska Publisher, 2019.
Lihat Juga: 3 Potret Karya Ivan Gunawan di New York Fashion Week 2023, Terinspirasi Kerajaan Majapahit
(san)