Gegara Bullying Berakibat Korban Koma di RS, Sekolah Akui Murid dan Guru Diperiksa Polres Malang
loading...
A
A
A
MALANG - Sekolah menyerahkan perkara dugaan perundungan ke Polres Malang. Sebab sejauh ini tim dari unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) telah melakukan penanganan intensif terhadap korban, MW (7).
"Karena sudah ditangani polisi kita ikuti saja prosedur dari kepolisian," ucap Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) SDN Jenggolo I Andik Sujatmiko saat ditemui MPI, Jumat (25/11/2022).
Andik menjelaskan, sejauh ini ada beberapa pihak dari sekolah yang dimintai keterangan. Beberapa pihak itu baik dari siswa dan orang tuanya, hingga guru, termasuk wali kelas tempat korban mengeyam pendidikan.
"Banyak dari polisi minta tolong di panggilkan siswa kni kita panggilkan, sama orang tua kita panggilkan. (Kalau yang diperiksa guru) Ada wali kelasnya (juga)," ungkapnya.
Pihak sekolah juga telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk penanganan korban dan terduga pelaku pasca kejadian. Bahkan perwakilan dinas pendidikan juga beberapa kali telah datang ke sekolah, tetapi ia tak bersedia menjelaskan detail mengenai apa saja yang disampaikan.
"Tanyanya ke sana, saya nggak berani jawab, beliau yang punya acara, intinya diikuti saja prosesnya, yang kooperatif," tuturnya.
Di sisi lain Andik menegaskan sejauh ini pihaknya belum pernah mendapatkan laporan banyaknya korban mengenai dugaan pemalakan, termasuk bila ada surat pernyataan perjanjian damai yang diupayakan pihak sekolah.
Ia meminta menunjukkan bila memang ada surat pernyataan yang meminta penyelesaian damai dan tidak menghukum terduga pelaku perundungan sebelum-sebelumnya.
"(Surat pernyataan) itu kapan, suratnya bagaimana, kita nggak pernah tahu, karena setiap ada anak yang kita anggap lebih aktif dari yang lain kita langsung manggil orang tua untuk sosialisasi. Bahwa anak kamu ini rodok (agak, red) aktif, ayo dibenakno (diperbaiki) bareng-bareng cuma seperti itu," jelasnya.
Ia juga meminta untuk memberi tahu siapa-siapa terduga pelakunya, sebab diklaim pihak sekolah belum mengetahui terduga pelaku yang merundung hingga MW koma selama dua hari.
"Yang mengaku siapa saya nggak tahu, njenengan (anda) nanya yang dari situ. Kita nggak tahu kejadiannya itu, di luar sekolah, nggak ada laporan dari siswa," tukasnya.
"Karena sudah ditangani polisi kita ikuti saja prosedur dari kepolisian," ucap Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) SDN Jenggolo I Andik Sujatmiko saat ditemui MPI, Jumat (25/11/2022).
Andik menjelaskan, sejauh ini ada beberapa pihak dari sekolah yang dimintai keterangan. Beberapa pihak itu baik dari siswa dan orang tuanya, hingga guru, termasuk wali kelas tempat korban mengeyam pendidikan.
"Banyak dari polisi minta tolong di panggilkan siswa kni kita panggilkan, sama orang tua kita panggilkan. (Kalau yang diperiksa guru) Ada wali kelasnya (juga)," ungkapnya.
Pihak sekolah juga telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk penanganan korban dan terduga pelaku pasca kejadian. Bahkan perwakilan dinas pendidikan juga beberapa kali telah datang ke sekolah, tetapi ia tak bersedia menjelaskan detail mengenai apa saja yang disampaikan.
"Tanyanya ke sana, saya nggak berani jawab, beliau yang punya acara, intinya diikuti saja prosesnya, yang kooperatif," tuturnya.
Di sisi lain Andik menegaskan sejauh ini pihaknya belum pernah mendapatkan laporan banyaknya korban mengenai dugaan pemalakan, termasuk bila ada surat pernyataan perjanjian damai yang diupayakan pihak sekolah.
Ia meminta menunjukkan bila memang ada surat pernyataan yang meminta penyelesaian damai dan tidak menghukum terduga pelaku perundungan sebelum-sebelumnya.
"(Surat pernyataan) itu kapan, suratnya bagaimana, kita nggak pernah tahu, karena setiap ada anak yang kita anggap lebih aktif dari yang lain kita langsung manggil orang tua untuk sosialisasi. Bahwa anak kamu ini rodok (agak, red) aktif, ayo dibenakno (diperbaiki) bareng-bareng cuma seperti itu," jelasnya.
Ia juga meminta untuk memberi tahu siapa-siapa terduga pelakunya, sebab diklaim pihak sekolah belum mengetahui terduga pelaku yang merundung hingga MW koma selama dua hari.
"Yang mengaku siapa saya nggak tahu, njenengan (anda) nanya yang dari situ. Kita nggak tahu kejadiannya itu, di luar sekolah, nggak ada laporan dari siswa," tukasnya.
(shf)