Binar Semangat Transisi Energi G20 dari Ufuk Timur Indonesia

Sabtu, 05 November 2022 - 18:29 WIB
loading...
Binar Semangat Transisi Energi G20 dari Ufuk Timur Indonesia
Warga Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, berkendara menggunakan sepeda motor listrik. Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
Hilir mudik sepeda motor listrik melaju senyap, menghiasi jalanan Agats. Jalanan di wilayah pedalaman Papua itu, kini sudah dipadati para pesepeda motor listrik. Transisi energi hijau itu, begitu terasa di wilayah terluar dan terpencil.



Agats, yang merupakan salah satu distrik di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, dan dikenal dengan julukan kota di atas papan, merupakan daerah terpencil di timur Indonesia yang konsisten memanfaatkan energi ramah lingkungan.



Motor listrik menjadi satu-satunya alat transportasi untuk menjelajahi kota. Tak ada bising deru mesin di kota ini. Yang ada hanya suara klakson, dan sesekali suara papan berderik yang kendur akibat gesekan dengan roda motor listrik.



Nyanyian burung di ujung pohon pun terdengar jelas di telinga. Juga gelak tawa anak-anak bermain di sungai kanan kiri jalan panggung selebar 1-2 meter. "Di sini tidak ada kendaraan pakai minyak (bensin) kecuali ambulans. Semua warga menggunakan sepeda motor listrik untuk beraktivitas. Tidak ada suara mesin, walaupun warga hilir-mudik memakai sepeda motor," ujar warga Agats, Abas pada Maret 2022 lalu.

Agats adalah ibu kota Kabupaten Asmat, dengan luas wilayah 701,99 km per segi. Distrik ini juga banyak disebut sebagai kota sejuta papan, karena nyaris semua aktivitas dan perumahan warga berada di atas panggung beton atau papan. Kondisi geografis Kota Agats didominasi air laut dan rawa.

Untuk sampai ke Kota Agats, hanya bisa ditempuh melalui jalur laut atau sungai dan udara. Jarak Distrik Agats sekitar 12 jam menggunakan angkutan kapal, atau 4-5 jam perjalanan memakai speedboat dari Kota Timika. Namun jalur udara bisa ditempuh 30 menit ke Bandar Udara Ewer menggunakan pesawat twin otter.

Sepeda motor listrik di Distrik Agats telah ada sejak 2006 silam. Pada 12 April 2018, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah datang ke distrik ini. Saat itu, Jokowi menjajal sepeda motor listrik, berboncengan dengan Ibu Negara Iriana Jokowi. Sepeda motor listrik berwarna merah dengan plat RI 1 hingga kini masih tersimpan apik di Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat di Agats.



Selain ramah lingkungan, penggunaan sepeda motor listrik di Agats juga disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Warga Agats khawatir, menggunakan sepeda motor berbahan bakar minyak (BBM) mempercepat kerusakan kayu. Berbeda dengan sepeda motor listrik yang dianggap lebih aman karena laju kendaraan tak lebih dari 40 km per jam.

Memakai sepeda motor listrik juga tidak membutuhkan biaya mahal. Mengisi daya baterai tujuh sampai delapan jam bisa untuk menunjang mobilitas para tukang ojek antara 10-12 jam. Sedangkan untuk kendaraan keluarga, bisa dipakai hingga dua hari.

Abas yang berprofesi sebagai tukang ojek mengaku, token listrik seharga Rp100 ribu, bisa untuk mengisi baterai dua sepeda motor listrik miliknya. Juga untuk menyalakan televisi, kulkas, dan barang elektronik lainnya dalam satu minggu. Abas mengaku sangat terbantu adanya sepeda motor listrik ini.

Binar Semangat Transisi Energi G20 dari Ufuk Timur Indonesia


Dukung Energi Bersih

Penggunaan sepeda motor listrik di Distrik Agats, tak lepas dari semangat transisi energi yang dilakukan para pemangku kepentingan di daerah tersebut. Komitmen para tetua adat dan pemerintah daerah yang dipatuhi masyarakatnya, menjadi alasan suksesnya penggunaan motor listrik di ujung timur Indonesia.

Langkah agresif warga Agats menggunakan motor listrik adalah upaya nyata sedini mungkin menggunakan kendaraan ramah lingkungan. Jika kelak proses transisi energi bahan bakar fosil menjadi gas atau sumber energi baru terbarukan (EBT) lainnya dilakukan, maka kota ini menjadi yang terdepan sebagai kota ramah lingkungan.

PT Pertamina juga ada di belakang layar masifnya penggunaan sepeda motor listrik di Agats. Walaupun tak bersinggungan secara langsung, BUMN yang bergerak pada sektor energi ini, menjadi penyuplai BBM untuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Asmat. Listrik yang dihasilkan dari generator, kemudian didistribusikan ke rumah-rumah penduduk sebagai sumber energi utama moda transportasi warga Agats.

"Kami dibantu oleh sekitar 18 lembaga penyalur untuk mendistribusikan BBM ke Kabupaten Asmat, salah satunya Agats. 18 lembaga penyalur ini sudah lebih dari cukup menjamin pasokan BBM aman," kata Area Manager Communication Relation & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Papua dan Maluku, Edi Mangun.



Menjamin suplai BBM ke pelosok Papua tidaklah mudah. Para penyalur menghadapi tantangan alam dan medan berat. Kondisi cuaca tak menentu berubah sangat cepat. Tak jarang kapal harus berlabuh darurat sambil menunggu kondisi cuaca membaik.

Distribusi BBM ke Kabupaten Asmat, dilakukan menggunakan kapal dari Merauke, atau Timika. Kapal melintasi kerasnya laut dan sungai Papua. Kapal BBM menembus pesisir Laut Arafura yang dikenal dengan cuacanya yang cepat berubah. Dalam waktu singkat, tinggi gelombang laut bisa mencapai 4-6 meter. "Jika dipaksakan melakukan pengiriman, bisa berpotensi terjadinya kecelakaan," kata dia.

Pertamina Patra Niaga sekurang-kurangnya menyalurkan ribuan kiloliter BBM berbagai jenis ke Kabupaten Asmat. Distribusi BBM jenis pertalite mencapai sekitar 12.000 - 14.000 kiloliter (kl) dan biosolar 300-350 kl. Pertamina juga menyalurkan BBM yang lebih ramah lingkungan dari jenis pertamax sekitar 30 kl dan dexlite L sekitar 70 kl.

Pertamina, lanjut dia, selalu konsisten menjamin ketersediaan sumber energi untuk mendukung program green energy. Upaya Pertamina menjamin pasokan BBM di Distrik Agats bukti nyata Pertamina mendukung transisi energi di Indonesia. Di mulai dari pedalaman Papua, Pertamina memastikan transisi energi memberi ruang bagi lingkungan di pedalaman Papua tetap bersih dan sehat.

Binar Semangat Transisi Energi G20 dari Ufuk Timur Indonesia


Menuju Net Zero Emissions 2060

Langkah kecil Pertamina di pedalaman Papua tak lepas dari komitmen BUMN ini menjadi yang terdepan mengkampanyekan energi bersih. Mendukung target pemerintah terhadap pengurangan emisi karbon melalui bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 menuju net zero emissions (NZE) 2060.

Pertamina menempatkan posisinya sebagai perusahaan energi yang memiliki peran penting dalam mendorong transisi energi melalui target bauran energi terbarukan dan ramah lingkungan. Target pengurangan gas rumah kaca (GRC) yang dianggap sumber pemanasan global diharapkan cepat tercapai.

Komitmen mendukung transisi energi digagas Pertamina melalui delapan pilar. Di mulai dari menekankan pentingnya kilang Pertamina menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan, pengembangan bioenergi dalam bentuk biomassa dan bioetanol, optimalisasi panas bumi (geothermal), hidrogen, mendukung pemanfaatan ekosistem baterai, gasifikasi, mendorong proyek energi baru dan terbarukan (EBT), serta menerapkan carbon capture, utilization, and storage (CCUS) di ladang minyak dan gas.

Delapan pilar transisi energi Pertamina sejalan dengan semangat Group of Twenty (G20) 2022 di Bali. Isu utama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tahun ini salah satunya transisi energi berkelanjutan. Pada perusahaan energi, Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati didapuk menjadi Chair B20 Task Force Energy, Sustainability & Climate (B20 TFCSC).

Task force menampung dan membuat rekomendasi kebijakan terkait transisi energi. Berbagai seminar, diskusi, focus groups discussion (FDG) telah digelar sejak 2021 lalu. Beberapa isu yang dibahas di antaranya tentang percepatan transisi energi berkelanjutan, memastikan transisi energi berjalan tepat, serta penanganan keterjangkauan energi.



"Task force ini sangat strategis untuk bersama-sama merumuskan dan menghasilkan policy recommendation transisi energi dunia. Sehingga kami dapat berinovasi dan berkolaborasi dengan negara-negara maju yang telah mengalokasikan sebagian dananya untuk pengembangan renewable energy dan mendorong transisi energi di negara berkembang," ucap Nicke.

Semangat transisi energi yang digaungkan Pertamina juga sejalan dengan target net zero emissions 2060. Tahap awal, Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 29% dengan mengurangi emisi pada sektor energi sebanyak 314 juta ton setara CO2 (tCO2e) pada 2030.

Pertamina telah memastikan akan menjadi garda terdepan dalam memimpin pengurangan emisi karbon di Indonesia. Komitmen Pertamina adalah meningkatkan portofolio energi bersih internal hingga 17 persen pada 2030 mendatang. Persentasenya akan terus diperbesar setiap tahunnya dengan target capaian net zero emission pada 2060 mendatang.

Menurut Corporate Secretary PT Pertamina Power Indonesia Dicky Septriadi, banyak langkah yang telah dilakukan untuk mendorong transisi energi di Indonesia, khususnya dalam upaya mengkonversi penggunaan tenaga diesel menjadi energi baru terbarukan untuk listrik.

Pertamina mengintensifkan kerja sama dengan PLN untuk mengurangi penggunaan PLTD, salah satunya mesin diesel hybrid. Juga komitmen bersama kedua BUMN tersebut pada 2020 lalu untuk mengkoversi secara bertahap PTLD PLN menjadi menggunakan bahan bakar gas.



selain itu, Pertamina juga mendorong transisi energi di desa melalui program Desa Energi Berdikari. Program ini menyasar desa-desa memanfaatkan EBT seperti kincir angin, solar panel, microhydro, biogas, untuk dikonversi menjadi energi listrik. Program ini menyasar desa terisolir di Indonesia.

Namun, daerah yang masih menggunakan PLTD dengan BBM sebagai sumber energinya, Pertamina menerapkan pilar pertama yaitu kilang Pertamina menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan. BUMN ini melakukan modifikasi kilang agar menghasilkan minyak ramah lingkungan. Modifikasi kilang Pertamina (refinery development master plan/RDMP) telah dilakukan di Kilang Cilacap, Balongan, Dumai, dan Balikpapan.

Kilang Pertamina juga telah berhasil menggabungkan minyak fosil dengan minyak nabati menjadi biosolar. Komposisi biosolar telah berhasil mencapai 20 persen nabati (B20) dan 30 persen (B30) pada 2020 lalu. Energi ramah lingkungan untuk menekan gas buang karbon ini juga terus dikembangkan Pertamina dengan lembaga lainnya untuk bahan bakar pesawat (bioavtur).

Untuk mengurangi gas buang karbon pada PLTD, kata Dicky, Pertamina ikut terlibat pada proyek EBT melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan target 200 megawatt (MW), pengembangan panas bumi, pengembangan energi baru seperti hidrogen, dan lainnya. Rencana tersebut diharapkan tercapai dengan kapasitas terpasang 10 Gigawatt (GW) sampai 2030.

"Saat ini Pertamina sudah memiliki proyek pembangkitan Jawa 1 (Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap/PLTGU) dengan basis gas turbin. Ini adalah energi bersih yang bisa mengeluarkan listrik sebesar 1,7 GW. PLTS juga sudah menyentuh 10 MW yang tersebar di lokasi-lokasi operasi Pertamina. Pencapaian penerapan energi bersih panas bumi di 672 MW untuk own operation dan 1.028 MW untuk joint operation," jelas dia.

Berbagai upaya tersebut, kata dia, telah menghasilkan pengurangan emisi karbon CO2 sebesar 6,8 juta metrik ton hingga 2020. Pencapaian ini disumbang dari aset minyak, kilang, dan hulu. "Semua upaya untuk mendorong energi bersih melalui delapan pilar transisi energi berjalan secara terintegrasi dan harmonis. Hasilnya hingga saat ini sudah bisa dilihat dari renewable diesel, PLTS, penggunaan panas bumi, dan lainnya," imbuh dia.

Binar Semangat Transisi Energi G20 dari Ufuk Timur Indonesia


Lintas Sektoral

Semangat transisi energi menuju net zero emissions 2060 juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah. Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) telah dibentuk untuk memastikan kehadiran investor memberikan andil ekonomi bagi daerah penghasil migas dan mendorong penggunaan energi terbarukan.

Pada acara Forum Fasilitas Produksi Migas (FFPM) di Bandung, Ketua Umum ADPMET Ridwan Kamil menegaskan komitmen para kepala daerah untuk mendorong transisi energi serta memaksimalkan energi terbarukan menuju net zero emissions 2060 di daerah. Peran daerah dianggap sangat penting untuk mengurangi emisi karbon dunia.

"Fokus kami adalah menyuarakan aspirasi para penghasil migas dan menyiapkan proses transisi energi menuju net zero emissions 2060 di level daerah," ujar Ridwan Kamil di Hotel Pullman, Selasa (18/10/2022).

Dia menekankan optimismenya terhadap target transisi energi di Indonesia pada 2030 sebesar 29 persen. Proses ini telah didukung oleh semua pihak, mulai dari pemerintah, perusahaan penghasil energi, stakeholder, serta masyarakat. Transisi energi pelan-pelan terus dilakukan, salah satunya penggunaan kendaraan listrik.



Semangat transisi energi juga didukung Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Dalam kesempatan yang sama, Ketua SKK Migas Dwi Soetjipto mengaku, adanya dukungan industri migas untuk mengurangi energi karbon dengan investasi yang lebih mengarah pada renewable energy. Hal ini menunjukkan adanya komitmen bersama secara global untuk menjaga lingkungan dunia lebih baik lagi.

"Isu transisi energi di Indonesia untuk mengurangi emisi karbon juga sangat berpengaruh pada industri migas. Apalagi ini didukung komitmen global yang diimplementasikan oleh para pelaku bisnis migas. Ini terlihat dari kebijakan perusahaan minyak besar yang mulai fokus pada pengurangan karbon, di mana investasi energi terbarukan makin baik," beber dia.

Komitmen global ini, kata dia, akan mendorong persaingan investasi pada sektor minyak dan gas yang lebih baik lagi. Walaupun, kata dia, perang antara Rusia dan Ukraina menjadi tantangan tersendiri bagi sektor ini. Perang tersebut menyebabkan tingginya permintaan migas dari negara-negara di Eropa yang dikhawatirkan akan mendorong masifnya industri migas.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2061 seconds (0.1#10.140)