Sempat Terpuruk karena Covid-19 hingga Dapat Rapor Merah, Pendidikan di Batanghari Bangkit
loading...
A
A
A
BATANGHARI - Dua tahun pandemi Covid-19, memiliki dampak buruk terhadap dunia pendidikan di Tanah Air. Seperti terpantau di Kabupaten Batanghari, Jambi.
Selama dua tahun itu, para siswa disemua jenjang, terutama SD dan SMP sederajat, sangat terpukul. Parahnya lagi, rapor pendidikan di wilayah ini menjadi merah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Batanghari, Zulpadli mengatakan, jumlah SD Negeri di Batanghari ada 204 sekolah, SD swasta 3, SMPN 46, dan SMP swasta 10.
"Tahun lalu, rapor pendidikan kita merah. Untuk tahun ini, hasilnya masih belum keluar. Literasi merah, numerasi merah, karakter hijau, proses guru hijau," katanya, kepada SINDOnews, Rabu (19/10/2022).
Menurutnya, persoalan pendidikan di Batanghari, sangat kompleks. Mulai dari siswa di wilayah pedalaman yang hidup tanpa listrik, jumlah tenaga pengajar yang kurang, hingga fasilitas yang kurang.
Belum lagi, ditambah pandemi Covid-19. Banyak siswa meninggalkan bangku sekolah untuk ikut bekerja di ladang membantu orang tua, karena belajar offline dihentikan.
Bahkan, ada siswa yang tidak kembali lagi ke sekolah, karena menikah dini.
"Salah satu faktor kita mendapatkan rapor merah, karena pandemi, sinyal, listrik mati, kuota tidak ada dan orangtuanya siswa kita banyak yang tidak punya Hp," paparnya.
Selama dua tahun itu, para siswa disemua jenjang, terutama SD dan SMP sederajat, sangat terpukul. Parahnya lagi, rapor pendidikan di wilayah ini menjadi merah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Batanghari, Zulpadli mengatakan, jumlah SD Negeri di Batanghari ada 204 sekolah, SD swasta 3, SMPN 46, dan SMP swasta 10.
"Tahun lalu, rapor pendidikan kita merah. Untuk tahun ini, hasilnya masih belum keluar. Literasi merah, numerasi merah, karakter hijau, proses guru hijau," katanya, kepada SINDOnews, Rabu (19/10/2022).
Menurutnya, persoalan pendidikan di Batanghari, sangat kompleks. Mulai dari siswa di wilayah pedalaman yang hidup tanpa listrik, jumlah tenaga pengajar yang kurang, hingga fasilitas yang kurang.
Belum lagi, ditambah pandemi Covid-19. Banyak siswa meninggalkan bangku sekolah untuk ikut bekerja di ladang membantu orang tua, karena belajar offline dihentikan.
Bahkan, ada siswa yang tidak kembali lagi ke sekolah, karena menikah dini.
"Salah satu faktor kita mendapatkan rapor merah, karena pandemi, sinyal, listrik mati, kuota tidak ada dan orangtuanya siswa kita banyak yang tidak punya Hp," paparnya.