Perang Bubat, Tragedi Berdarah dan Harga Diri Orang Sunda
loading...
A
A
A
Perjalanan pun ditempuh dari Galuh ke Trowulan. Ratusan rakyat yang mengantar rombongan menuju pantai, melihat lautan berwarna merah darah yang berarti pertanda buruk rombongan tidak akan kembali lagi.
Tetapi pertanda itu tidak dihiraukan sama sekali oleh Maharaja Linggabuana Wisesa yang sudah membuatkan tekad.
Setibanya di Pesanggrahan Bubat, rombongan Kerajaan Sunda Galuh disambut oleh Gaja Mada. Dari sinilah, bencana terjadi. Gajah Mada dengan lancang meminta putri raja sebagai tanda takluk Kerajaan Sunda terhadap Majapahit.
Menurut Gajah Mada, kedatangan rombongan Kerajaan Sunda Galuh itu bukan karena undangan pesta pernikahan. Tetapi untuk menyerahkan Dyah Pithaloka Citrasemi kepada Hayam Wuruk, sebagai tanda takluk.
Mendengar keterangan tersebut, Maharaja Linggabuana Wisesa seperti tersambar petir, harga dirinya diinjak-injak.
Peperangan pun tidak bisa dihindari. Sebenarnya, lukisan atas peristiwa tersebut lebih tepat disebut tragedi berdarah pembantaian rombongan pengantin Kerajaan Sunda Galuh oleh tentara Majapahit, ketimbang disebut sebagai peperangan.
Dalam peristiwa itu, Raja Sunda Galuh, Prabu Maharaja Linggabuana Wisesa, permaisuri, pejabat-pejabat kerajaan, serta prajurit kerajaan gugur. Tragisnya lagi, putri Dyah Pithaloka Citrasemi akhirnya bunuh diri.
Tetapi pertanda itu tidak dihiraukan sama sekali oleh Maharaja Linggabuana Wisesa yang sudah membuatkan tekad.
Setibanya di Pesanggrahan Bubat, rombongan Kerajaan Sunda Galuh disambut oleh Gaja Mada. Dari sinilah, bencana terjadi. Gajah Mada dengan lancang meminta putri raja sebagai tanda takluk Kerajaan Sunda terhadap Majapahit.
Menurut Gajah Mada, kedatangan rombongan Kerajaan Sunda Galuh itu bukan karena undangan pesta pernikahan. Tetapi untuk menyerahkan Dyah Pithaloka Citrasemi kepada Hayam Wuruk, sebagai tanda takluk.
Mendengar keterangan tersebut, Maharaja Linggabuana Wisesa seperti tersambar petir, harga dirinya diinjak-injak.
Peperangan pun tidak bisa dihindari. Sebenarnya, lukisan atas peristiwa tersebut lebih tepat disebut tragedi berdarah pembantaian rombongan pengantin Kerajaan Sunda Galuh oleh tentara Majapahit, ketimbang disebut sebagai peperangan.
Dalam peristiwa itu, Raja Sunda Galuh, Prabu Maharaja Linggabuana Wisesa, permaisuri, pejabat-pejabat kerajaan, serta prajurit kerajaan gugur. Tragisnya lagi, putri Dyah Pithaloka Citrasemi akhirnya bunuh diri.