Komnas HAM Dalami Dugaan Pelanggaran HAM soal Penggunaan Gas Air Mata dalam Tragedi Kanjuruhan
loading...
A
A
A
MALANG - Dugaan pelanggaran penggunaan gas air mata oleh kepolisian saat tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Apalagi dugaannya gas air mata yang digunakan disebut dirasakan berbeda dengan yang pernah disemprotkan saat peristiwa Tragedi Stadion Kanjuruhan.
Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) bidang Penyelidikan dan Pemantauan Mohammad Choirul Anam mengatakan, timnya masih bekerja dengan mengumpulkan barang bukti terkait adanya indikasi penggunaan gas air mata yang berlebihan. Apalagi gas air mata merupakan zat yang pasti memiliki kadaluarsa, sehingga menimbulkan tingkat sesak napas yang tentunya akan ada ukurannya.
Baca juga: Usut Penembakan Gas Air Mata saat Tragedi Kanjuruhan, Polri Periksa 18 Anggota Polisi
"Semua zat yang terbuat pasti memiliki logika kadaluarsa, concern kami yang menjadi salah satu kunci akan kami tanya teman medis. Apa memang sekian korban sesak nafas, kalau iya kadar, oksigen gimana,"ucap Choirul Anam di Kantor Arema FC saat Senin (3/10/2022).
Pihaknya sendiri juga telah menerima sejumlah bukti - bukti lain berupa foto, video, dan rekaman suara dari Aremania, yang berkaitan dengan Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Selain itu Komnas HAM juga telah berkomunikasi dengan beberapa keluarga yang meninggal dunia untuk mengambil keterangan.
"Agenda komnas HAM memang, satu, mengunjungi keluarga korban, mengunjungi rumah sakit, terus tadi juga berkoordinasi dengan teman - teman Arema, untuk bisa bertemu dengan beberapa pemain. Kami ingin tahu langsung apa yang sebenarnya terjadi," ungkapnya.
"Semoga perostiwa ini jadi terang benderang. Semoga peristiwa ini tidak terulang kembali, tidak hanya untuk Arema atau Aremania, tapi untuk seluruh suporter di Indonesia dan seluruh komunitas di Indonesia. Nah ini ga boleh terjadi lagi," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, kerusuhan pecah setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya. Pertandingan sendiri dimenangkan tim tamu Persebaya dengan skor 2 - 3. Para suporter merangsak masuk ke lapangan dan menyerbu pemain.
Tak hanya para pemain Persebaya saja, pemain Arema FC juga diserang oleh sekitar tiga ribuan Aremania sesuai pernyataan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta. Bahkan petugas kepolisian juga diserang hingga mengakibatkan dua orang kepolisian meninggal dunia. Selanjutnya 10 mobil dinas kepolisian juga dinyatakan rusak dan tiga mobil pribadi dirusak massa.
Akibat kejadian Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut ada sebanyak 125 jiwa meninggal dunia. Tak hanya itu ada 323 korban luka yang menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di Kabupaten Malang dan Kota Malang.
Lihat Juga: Terungkap, Ini Alasan Pembongkaran Pintu 13 Stadion Kanjuruhan Saksi Bisu Tewasnya 135 Orang
Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) bidang Penyelidikan dan Pemantauan Mohammad Choirul Anam mengatakan, timnya masih bekerja dengan mengumpulkan barang bukti terkait adanya indikasi penggunaan gas air mata yang berlebihan. Apalagi gas air mata merupakan zat yang pasti memiliki kadaluarsa, sehingga menimbulkan tingkat sesak napas yang tentunya akan ada ukurannya.
Baca juga: Usut Penembakan Gas Air Mata saat Tragedi Kanjuruhan, Polri Periksa 18 Anggota Polisi
"Semua zat yang terbuat pasti memiliki logika kadaluarsa, concern kami yang menjadi salah satu kunci akan kami tanya teman medis. Apa memang sekian korban sesak nafas, kalau iya kadar, oksigen gimana,"ucap Choirul Anam di Kantor Arema FC saat Senin (3/10/2022).
Pihaknya sendiri juga telah menerima sejumlah bukti - bukti lain berupa foto, video, dan rekaman suara dari Aremania, yang berkaitan dengan Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Selain itu Komnas HAM juga telah berkomunikasi dengan beberapa keluarga yang meninggal dunia untuk mengambil keterangan.
"Agenda komnas HAM memang, satu, mengunjungi keluarga korban, mengunjungi rumah sakit, terus tadi juga berkoordinasi dengan teman - teman Arema, untuk bisa bertemu dengan beberapa pemain. Kami ingin tahu langsung apa yang sebenarnya terjadi," ungkapnya.
"Semoga perostiwa ini jadi terang benderang. Semoga peristiwa ini tidak terulang kembali, tidak hanya untuk Arema atau Aremania, tapi untuk seluruh suporter di Indonesia dan seluruh komunitas di Indonesia. Nah ini ga boleh terjadi lagi," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, kerusuhan pecah setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya. Pertandingan sendiri dimenangkan tim tamu Persebaya dengan skor 2 - 3. Para suporter merangsak masuk ke lapangan dan menyerbu pemain.
Tak hanya para pemain Persebaya saja, pemain Arema FC juga diserang oleh sekitar tiga ribuan Aremania sesuai pernyataan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta. Bahkan petugas kepolisian juga diserang hingga mengakibatkan dua orang kepolisian meninggal dunia. Selanjutnya 10 mobil dinas kepolisian juga dinyatakan rusak dan tiga mobil pribadi dirusak massa.
Akibat kejadian Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut ada sebanyak 125 jiwa meninggal dunia. Tak hanya itu ada 323 korban luka yang menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di Kabupaten Malang dan Kota Malang.
Lihat Juga: Terungkap, Ini Alasan Pembongkaran Pintu 13 Stadion Kanjuruhan Saksi Bisu Tewasnya 135 Orang
(msd)