4 Dewi Penguasa Lautan Nusantara, dari Ratu Kidul hingga Putri Mandalika
loading...
A
A
A
JAKARTA - Terdapat empat dewi penguasa lautan nusantara yang banyak dibicarakan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memang memiliki beragam cerita fakta ataupun mitos tentang lautnya.
Salah satu mitos yang paling terkenal adalah para dewi yang menjadi penjaga dan penguasa laut nusantara.
Baca juga : Kisah Dewi Lanjar, Putri Cantik Penguasa Laut Utara Jawa
Berikut empat dewi penguasa lautan nusantara seperti dilansir dari berbagai sumber :
1. Nyi Roro Kidul
Nama ini mungkin populer bagi masyarakat yang tinggal di sekitaran pantai selatan wilayah Jawa dan Bali. Nyi Roro Kidul atau Kanjeng Ratu Kidul ini leah lama menjadi simbolisasi Indonesia sebagai negara bahari.
Dewi Retno Suwodo merupakan nama aslinya, seorang putri dari Kerajaan Padjajaran. Dia memilih mengakhiri hidupnya ke laut selatan lantaran penyakit guna guna yang dideritanya tak kunjung sembuh.
Nyi Roro Kidul digambarkan sebagai sosok wanita cantik bergaun hijau yang memiliki kerajaan besar memimpin para makhluk halus di wilayah pantai selatan.
Sampai saat ini pemujaan dan penghormatan terhadapnya kerap dilakukan oleh masyarakat Jawa dan Bali. Ritual atau upacara yang dilakukan oleh masyarakat pesisir adalah salah satu bentuknya.
2. Putri Hijau
Mitos tentang Putri Hijau berkembang di wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Dikisahkan terdapat seorang putri nan cantik dari Kesultanan Deli. Putri Hijau merupakan adik dari sang penguasa bernama Mambang Yazid.
Suatu saat datanglah lamaran dari Sultan Aceh untuk meminang Putri Hijau. Sayangnya penawaran itu ditolak dan membuat sang sultan murka sehingga mengirimkan bala tentara untuk memerangi Kesultanan Deli.
Dalam perang yang berkecamuk itu muncullah sesosok naga yang ternyata perwujudan dari Mambang Yazid. Naga tersebut membawa sang putri untuk dibawa ke dalam laut dan di sinilah singgasana baru sang Putri Hijau.
Baca juga : Kilau Sinar Betis Indah Ratu Laut Selatan yang Membuat Penguasa Mataram Terhenyak
3. Dewi Lanjar
Bila di selatan ada Ratu Kidul maka di utara terdapat Dewi Lanjar. Dewi ini dikisahkan berasal dari Pekalongan dengan nama asli Dewi Rara Kuning. Karena merupakan seorang janda dia disebut sebagai Dewi Lanjar.
Suatu hari dia sempat mendapat nasihat dari Panembahan Senopati dan Mahapatih Singoranu untuk menghadap Ratu Kidul demi memecahkan kegelisahannya yang menjanda dan tidak ingin menikah lagi.
Pertemuannya dengan Nyi Roro Kidul inilah dimana dia ingin diangkat menjadi anak buahnya. Karena itu dia dipercaya oleh Ratu Kidul untuk berkuasa di wilayah laut utara.
4. Putri Mandalika
Ternyata nama sirkuit yang berada di Lombok berdasarkan nama dari legenda pelindung lautnya yakni Putri Mandalika. Putri ini terkenal akan parasnya yang cantik dan sikapnya yang lembut pada jaman dulu di Kerajaan Sekar Kuning.
Ketika tumbuh dewasa sang putri mendapat banyak lamaran dari beberapa kerajaan di Lombok. Namun Putri Mandalika tidak ingin memilih salah satu dari mereka karena nantinya bisa menimbulkan perpecahan di daerah tersebut.
Sehingga sang putri memilih untuk terjun ke laut, ketika semua orang ikut terjun mereka tidak menemukan jasad Putri Mandalika melainkan hanya muncul cacing yang disebut Nyale.
Untuk menghormati kisah dan mitos ini, masyarakat NTB sampai saat ini masih melakukan upacara adat Nyale yang dilakukan setahun sekali pada bulan Februari.
Salah satu mitos yang paling terkenal adalah para dewi yang menjadi penjaga dan penguasa laut nusantara.
Baca juga : Kisah Dewi Lanjar, Putri Cantik Penguasa Laut Utara Jawa
Berikut empat dewi penguasa lautan nusantara seperti dilansir dari berbagai sumber :
1. Nyi Roro Kidul
Nama ini mungkin populer bagi masyarakat yang tinggal di sekitaran pantai selatan wilayah Jawa dan Bali. Nyi Roro Kidul atau Kanjeng Ratu Kidul ini leah lama menjadi simbolisasi Indonesia sebagai negara bahari.
Dewi Retno Suwodo merupakan nama aslinya, seorang putri dari Kerajaan Padjajaran. Dia memilih mengakhiri hidupnya ke laut selatan lantaran penyakit guna guna yang dideritanya tak kunjung sembuh.
Nyi Roro Kidul digambarkan sebagai sosok wanita cantik bergaun hijau yang memiliki kerajaan besar memimpin para makhluk halus di wilayah pantai selatan.
Sampai saat ini pemujaan dan penghormatan terhadapnya kerap dilakukan oleh masyarakat Jawa dan Bali. Ritual atau upacara yang dilakukan oleh masyarakat pesisir adalah salah satu bentuknya.
2. Putri Hijau
Mitos tentang Putri Hijau berkembang di wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Dikisahkan terdapat seorang putri nan cantik dari Kesultanan Deli. Putri Hijau merupakan adik dari sang penguasa bernama Mambang Yazid.
Suatu saat datanglah lamaran dari Sultan Aceh untuk meminang Putri Hijau. Sayangnya penawaran itu ditolak dan membuat sang sultan murka sehingga mengirimkan bala tentara untuk memerangi Kesultanan Deli.
Dalam perang yang berkecamuk itu muncullah sesosok naga yang ternyata perwujudan dari Mambang Yazid. Naga tersebut membawa sang putri untuk dibawa ke dalam laut dan di sinilah singgasana baru sang Putri Hijau.
Baca juga : Kilau Sinar Betis Indah Ratu Laut Selatan yang Membuat Penguasa Mataram Terhenyak
3. Dewi Lanjar
Bila di selatan ada Ratu Kidul maka di utara terdapat Dewi Lanjar. Dewi ini dikisahkan berasal dari Pekalongan dengan nama asli Dewi Rara Kuning. Karena merupakan seorang janda dia disebut sebagai Dewi Lanjar.
Suatu hari dia sempat mendapat nasihat dari Panembahan Senopati dan Mahapatih Singoranu untuk menghadap Ratu Kidul demi memecahkan kegelisahannya yang menjanda dan tidak ingin menikah lagi.
Pertemuannya dengan Nyi Roro Kidul inilah dimana dia ingin diangkat menjadi anak buahnya. Karena itu dia dipercaya oleh Ratu Kidul untuk berkuasa di wilayah laut utara.
4. Putri Mandalika
Ternyata nama sirkuit yang berada di Lombok berdasarkan nama dari legenda pelindung lautnya yakni Putri Mandalika. Putri ini terkenal akan parasnya yang cantik dan sikapnya yang lembut pada jaman dulu di Kerajaan Sekar Kuning.
Ketika tumbuh dewasa sang putri mendapat banyak lamaran dari beberapa kerajaan di Lombok. Namun Putri Mandalika tidak ingin memilih salah satu dari mereka karena nantinya bisa menimbulkan perpecahan di daerah tersebut.
Sehingga sang putri memilih untuk terjun ke laut, ketika semua orang ikut terjun mereka tidak menemukan jasad Putri Mandalika melainkan hanya muncul cacing yang disebut Nyale.
Untuk menghormati kisah dan mitos ini, masyarakat NTB sampai saat ini masih melakukan upacara adat Nyale yang dilakukan setahun sekali pada bulan Februari.
(bim)