Kesadaran Masyarakat Terhadap Bahaya COVID-19 Masih Rendah
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Pakar Epidemologi Universitas Hasanuddin (Unhas) , Prof Ridwan Amiruddin menyampaikan, pelibatan aktif masyarakat menjadi kesuksesan penanganan COVID-19 . Menurut dia, pendekatan yang selama ini dilakukan belum tepat.
"Bagaimana mengajak masyarakat keluar dari krisis ini. Pendekatan yang ada saat ini adalah top down, ini harus dibalik, dengan melakukan akselerasi penguatan di masyarakat,” terang Ridwan usai melakukan rapat koordinasi bersama Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah di ruang rapat gubernur, kemarin seperti dikutip SINDOnews dari laman Pemprov Sulsel , Rabu (1/7/2020).
Prof Ridwan menerangkan, tingkat kepatuhan dan disiplin masyarakat akan bahaya COVID-19 masih rendah, berada di angka 30%.
“Hasil survei mengenai kesadaran masyarakat atas bahaya COVID-19 masih sampai di 35%. Kalau angka kepatuhan disiplin yang kurang, konsekuensinya adalah kalau ada 10 orang keluar, hanya 3 orang bermasker, itu artinya 7 orang menjadi potensi tertular,” jelas Ridwan.
Menurut Ketua Perhimpunan Ahli Epidemologi Sulawesi Selatan (Sulsel) ini, dari studi epidemologi, COVID-19 dapat dibaca dari tiga poin penting. Yakni, waktu, lokasi, dan orang.
Dari segi waktu kata Ridwan, saat ini terjadi peningkatan kasus positif. Meskipun, tingkat kesembuhan juga cukup tinggi.
Sementara dari segi lokasi, di Sulsel terdapat tujuh lokasi dengan jumlah kasus tertinggi yakni Makassar, Maros, Takalar, Gowa, Jeneponto, Bulukumba dan Luwu Timur. Sedangkan dari sisi orang, saat ini ia membaca jumlah positif COVID-19 didominasi oleh usia produktif karena adanya pelonggaran yang terjadi.
Berdasarkan hal ini, Ridwan menilai perlu dilakukan berbagai intevensi untuk menekan penularan dan mengoptimalkan upaya penyembuhan pasien positif COVID-19.
Ia juga menyebutkan, berdasarkan prediksi Pennsylvania University, pertengahan Juli menjadi puncak tertinggi angka positif COVID-19 dengan melihat jumlah populasi rentan, kecepatan penularan, angka kesembuhan, layanan rumah sakit, dan mitigasi yakni upaya preventif dan memberikan tekanan terhadap kurva.
“Sangat ditentukan oleh capaian intervensi yang dilakukan. Semakin tinggi capaian mitigasi yang dilakukan, semakin landai kurvanya. Untuk itu, pelibatan masyarakat menjadi salah satu kunci penanganan COVID-19,” tutupnya.
"Bagaimana mengajak masyarakat keluar dari krisis ini. Pendekatan yang ada saat ini adalah top down, ini harus dibalik, dengan melakukan akselerasi penguatan di masyarakat,” terang Ridwan usai melakukan rapat koordinasi bersama Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah di ruang rapat gubernur, kemarin seperti dikutip SINDOnews dari laman Pemprov Sulsel , Rabu (1/7/2020).
Prof Ridwan menerangkan, tingkat kepatuhan dan disiplin masyarakat akan bahaya COVID-19 masih rendah, berada di angka 30%.
“Hasil survei mengenai kesadaran masyarakat atas bahaya COVID-19 masih sampai di 35%. Kalau angka kepatuhan disiplin yang kurang, konsekuensinya adalah kalau ada 10 orang keluar, hanya 3 orang bermasker, itu artinya 7 orang menjadi potensi tertular,” jelas Ridwan.
Menurut Ketua Perhimpunan Ahli Epidemologi Sulawesi Selatan (Sulsel) ini, dari studi epidemologi, COVID-19 dapat dibaca dari tiga poin penting. Yakni, waktu, lokasi, dan orang.
Dari segi waktu kata Ridwan, saat ini terjadi peningkatan kasus positif. Meskipun, tingkat kesembuhan juga cukup tinggi.
Sementara dari segi lokasi, di Sulsel terdapat tujuh lokasi dengan jumlah kasus tertinggi yakni Makassar, Maros, Takalar, Gowa, Jeneponto, Bulukumba dan Luwu Timur. Sedangkan dari sisi orang, saat ini ia membaca jumlah positif COVID-19 didominasi oleh usia produktif karena adanya pelonggaran yang terjadi.
Berdasarkan hal ini, Ridwan menilai perlu dilakukan berbagai intevensi untuk menekan penularan dan mengoptimalkan upaya penyembuhan pasien positif COVID-19.
Ia juga menyebutkan, berdasarkan prediksi Pennsylvania University, pertengahan Juli menjadi puncak tertinggi angka positif COVID-19 dengan melihat jumlah populasi rentan, kecepatan penularan, angka kesembuhan, layanan rumah sakit, dan mitigasi yakni upaya preventif dan memberikan tekanan terhadap kurva.
“Sangat ditentukan oleh capaian intervensi yang dilakukan. Semakin tinggi capaian mitigasi yang dilakukan, semakin landai kurvanya. Untuk itu, pelibatan masyarakat menjadi salah satu kunci penanganan COVID-19,” tutupnya.
(luq)