Antisipasi Cacar Monyet, Warga Diimbau Kurangi Kontak dengan Hewan
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Dinas Kesehatan Kota Makassar mengimbau masyarakat agar mengurangi dan meminimalisir kontak langsung dengan hewan. Hal itu bertujuan untuk mengantisipasi penyebaran virus cacar monyet atau monkeypox.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, Nursaidah Sirajuddin mengungkapkan, meski dinamakan cacar monyet, bukan berarti hanya monyet yang menjadi reservoirnya. Sebab, beberapa spesies hewan lain telah diidentifikasi rentan terinfeksi virus cacar monyet.
"Jangan kontak dengan binatang bila binatang tersebut tidak diketahui status kesehatannya. Seperti kontak dengan tikus, kontak dengan kucing, dan sebagainya, meskipun memang namanya cacar monyet ," ungkap Ida, sapaan akrabnya.
Saat ini diketahui sudah ada dua pasien suspek cacar monyet yang tengah dirawat di Makassar. Salah satunya merupakan warga Kabupaten Maros yang berdomisili di Antang, Kecamatan Manggala. Dia kini dirawat di Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Hasanuddin.
Sementara pasien lainnya merupakan warga Kassi-Kassi, Kecamatan Rappocini, Makassar. Saat ini dia menjalani perawatan di Rumah Sakit Labuang Baji.
Warga Maros itu diketahui pernah melakukan perjalanan dari Jakarta. Sementara warga Kassi-kassi tidak pernah melakukan perjalanan keluar daerah.
Ida menyebut, sampel keduanya sudah dikirim ke Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan untuk diidentifikasi lebih lanjut.
Sembari itu, pihaknya juga sudah mulai mengambil sejumlah langkah antisipasi agar penularan tidak terjadi. Di antaranya bekerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan bandara untuk mengantisipasi arus keluar masuknya warga.
Selain itu, sistem kewaspadaan dini dan respons (SKDR) di setiap puskesmas juga ditingkatkan. "Tapi yang paling penting sekarang adalah SKDR semua di puskesmas dimaksimalkan. Itu dulu yang paling penting," tegasnya.
Lebih jauh, Ida juga menekankan kepada masyarakat agar disiplin dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Bila memiliki gejala demam, segera memeriksa diri ke puskesmas untuk diberikan penanganan dini.
"Masa inkubasi cacar monyet ini kam sampai 14 hari. Jadi kalau ada gejala demam, segera periksa ke puskesmas dan puskesmas wajib memantau sampai dua pekan ke depan," jelasnya.
Sejauh ini, lanjut Ida, pihaknya belum memberlakukan posko-posko penanganan cacar monyet. Namun tidak menutup kemungkinan langkah itu diambil bila ada pasien yang terkonfirmasi positif. Kontainer Makassar Recover akan disiapkan sebagai posko penanganan.
Ruang isolasi pun bakal disiapkan bagi pasien positif . Hal itu diperlukan membatasi kontak pasien dengan orang lain agar penularan tidak semakin meluas.
"Kalau memang ada yang dinyatakan terkonfirmasi, pastinya kami masukkan di rumah sakit untuk isolasi. Karena ini seperti cacar air gejalanya, ada ruam-ruam yang menunjukkan bahwa orang tersebut sakit. Jadi pastinya akan kami masukkan dalam ruang isolasi," pungkasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, Nursaidah Sirajuddin mengungkapkan, meski dinamakan cacar monyet, bukan berarti hanya monyet yang menjadi reservoirnya. Sebab, beberapa spesies hewan lain telah diidentifikasi rentan terinfeksi virus cacar monyet.
"Jangan kontak dengan binatang bila binatang tersebut tidak diketahui status kesehatannya. Seperti kontak dengan tikus, kontak dengan kucing, dan sebagainya, meskipun memang namanya cacar monyet ," ungkap Ida, sapaan akrabnya.
Saat ini diketahui sudah ada dua pasien suspek cacar monyet yang tengah dirawat di Makassar. Salah satunya merupakan warga Kabupaten Maros yang berdomisili di Antang, Kecamatan Manggala. Dia kini dirawat di Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Hasanuddin.
Sementara pasien lainnya merupakan warga Kassi-Kassi, Kecamatan Rappocini, Makassar. Saat ini dia menjalani perawatan di Rumah Sakit Labuang Baji.
Warga Maros itu diketahui pernah melakukan perjalanan dari Jakarta. Sementara warga Kassi-kassi tidak pernah melakukan perjalanan keluar daerah.
Ida menyebut, sampel keduanya sudah dikirim ke Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan untuk diidentifikasi lebih lanjut.
Sembari itu, pihaknya juga sudah mulai mengambil sejumlah langkah antisipasi agar penularan tidak terjadi. Di antaranya bekerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan bandara untuk mengantisipasi arus keluar masuknya warga.
Selain itu, sistem kewaspadaan dini dan respons (SKDR) di setiap puskesmas juga ditingkatkan. "Tapi yang paling penting sekarang adalah SKDR semua di puskesmas dimaksimalkan. Itu dulu yang paling penting," tegasnya.
Baca Juga
Lebih jauh, Ida juga menekankan kepada masyarakat agar disiplin dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Bila memiliki gejala demam, segera memeriksa diri ke puskesmas untuk diberikan penanganan dini.
"Masa inkubasi cacar monyet ini kam sampai 14 hari. Jadi kalau ada gejala demam, segera periksa ke puskesmas dan puskesmas wajib memantau sampai dua pekan ke depan," jelasnya.
Sejauh ini, lanjut Ida, pihaknya belum memberlakukan posko-posko penanganan cacar monyet. Namun tidak menutup kemungkinan langkah itu diambil bila ada pasien yang terkonfirmasi positif. Kontainer Makassar Recover akan disiapkan sebagai posko penanganan.
Ruang isolasi pun bakal disiapkan bagi pasien positif . Hal itu diperlukan membatasi kontak pasien dengan orang lain agar penularan tidak semakin meluas.
"Kalau memang ada yang dinyatakan terkonfirmasi, pastinya kami masukkan di rumah sakit untuk isolasi. Karena ini seperti cacar air gejalanya, ada ruam-ruam yang menunjukkan bahwa orang tersebut sakit. Jadi pastinya akan kami masukkan dalam ruang isolasi," pungkasnya.
(agn)