Pra Event Indonesia Bertutur 2022 Berakhir di Rotterdam

Minggu, 07 Agustus 2022 - 15:34 WIB
loading...
Pra Event Indonesia...
Pra Event Indonesia Bertutur 2022, yakni Temu Seni Indonesia Bertutur 2022 resmi berakhir di Kota Makassar. Foto: Istimewa
A A A
MAKASSAR - Pra Event Indonesia Bertutur 2022, yakni Temu Seni Indonesia Bertutur 2022 resmi berakhir di Kota Makassar. Sebanyak 20 seniman dari berbagai latar genre menampilkan performa terbaiknya di Benteng Fort Rotterdam, Sabtu (6/8/2022).

Sebelumnya, rangkaian pra event ini sudah digelar di beberapa daerah lain seperti Tenggarong, Kalimantan Timur, lalu Sentani, Papua, kemudian Ubud, Bali, dan terakhir di Makassar, Sulawesi Selatan yang mengangkat tema Seni Pertunjukan.



Untuk rangkaian kegiatan di Sulawesi Selatan sendiri, digelar di tiga lokasi, yakni Kota Makassar, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Pangkep. Rangkaian kegiatannya sudah berlangsung mulai 1-7 Agustus 2022.

Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2022, Melati Suryodarmo menuturkan, pihaknya melibatkan 20 seniman dari berbagai wilayah seperti Palu, Makassar, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Sumatera Selatan, Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur.

Mereka ditugaskan untuk meriset tentang warisan cagar budaya yang menjadi fokus Indonesia Bertutur 2022. Mereka diminta untuk mempelajari warisan cagar budaya yang memiliki outstanding universal value yang menurut kategori UNESCO ada nilai lebih.

Sehari sebelum penutupan, mereka menjajaki Benteng Fort Rotterdam untuk menggali pengetahuan tentang latar belakang sejarah dibalik berdirinya benteng megah di kota daeng ini.

"Itu bertujuan untuk menengok kembali narasi sejarah dari cagar budaya. Bahwa kegiatan konservasi itu tidak hanya berhenti pada pelestarian sebagai artefak saja, tapi ini lebih kepada bagaimana kita menarasikan sejarah, dan menghubungkannya dengan kehidupan," jelasnya.

Usai kegiatan temu seni ini, lanjut Melati, pihaknya bakal fokus untuk mempersiapkan pertunjukan pada pagelaran Festival Mega Event Indonesia Bertutur 2022.

Kegiatan ini merupakan bagian dari perhelatan akbar Pertemuan Menteri-Menteri Kebudayaan G20 (G20 Ministerial Meeting on Culture) yang akan dilaksanakan di Kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada 7-11 September mendatang.

"Di sana akan ditampilkan berbagai pertunjukan, mulai dari seni kontemporer, tari, teater, festival tari outdoor, bazar, animasi louyang, dan lain-lain," beber alumni University of Fine Arts Braunschweig (HBK), Jerman ini.



Sebagai program penutup, juga akan dilakukan ruwatan bumi. Salah satu tradisi yang sudah tidak asing lagi di Indonesia. Tradisi ini dimaknai sebagai manifestasi rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang telah diperoleh dari hasil bumi.

Sebanyak 140 orang akan bergabung dalam ruwatan bumi nanti. Khusus dari Sulawesi Selatan sendiri, lanjut Melati, pihaknya akan memboyong beberapa orang yang mewakili sejumlah tradisi.

Mereka yakni, maestro gendang Sulsel Daeng Serang, Puang Matoa Bissu Nani, Puang Matoa Bissu Ancu, serta dua orang dari Takalar yang mewakili tradisi royong.

"Ruwatan bumi ini program penutup yang diciptakan 10 perempuan, ada koreografer, artistik direktur, videografer, ahli aroma, dan lainnya yang bergabung menciptakan peristiwa sakral untuk penyembuhan bumi," jelas Melati.

Sekadar diketahui, Indonesia Bertutur merupakan event yang dihelat oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Tujuannya adalah sebagai sarana penguatan ekosistem seniman-seniman muda untuk memelihara keberlangsungan hidup kesenian nusantara sebagai peninggalan budaya Indonesia.



Selain itu, diharapkan juga akan terbangun jejaring baru di antara para seniman muda yang nantinya akan muncul dukungan terhadap satu sama lain serta menjadi salah satu jalan pembuka terciptanya pengembangan karya baru.

"Diharapkan nanti para peserta bisa mengembangkan pemikirannya bgmn kita sebagai praktisi seni kontemporer bisa menggali lagi, menengok kembali warisan cagar budaya sebagai suatu sumber keilmuan, pemikiran dan spirit dalam melihat zaman sekarang dan mengembangkan praktik lebih lanjut bersama ekosistem yg ada di wilayah masing-masing," jelas Melati.

(agn)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1613 seconds (0.1#10.140)