Kisah Wisatawan COVID-19: Sembuh Setelah 18 Hari Jalani Isolasi di Hotel
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Seorang peserta Wisata COVID-19, mengisahkan kesembuhannya dari virus berbahaya Coronavirus Disease. Ia berhasil sembuh setelah menjalani isolasi di salah satu hotel di Makassar. Bagaimana hari-harinya selama isolasi? berikut kisah lengkapnya.
Bermula dari swab yang saya lakukan pada hari Senin tgl 1 juni 2020, kisah ‘wisata"’ saya pun dimulai. Kehidupan saya seketika berubah pada saat hasil swab saya keluar di tanggal 3 Juni 2020. Hasil tersebut menyatakan saya positif COVID-19.
Secara manusiawi, saya agak down saat mendengar berita ini, tapi sebagai orang yang beragama, saya berkata dalam hati ini adalah kehendak ilahi rabbi yang harus saya terima dengan ikhlas, tabah dan sabar. Hal ini pun saya jadikan sebagai obat dan sugesti untuk diri saya agar dengan ikhlas menerimanya dan menjalani treatment dengan baik.
Saya pun menjalani karantina di salah satu hotel bintang 4 yang ada di Kota Makassar pada hari Jumat tanggal 5 Juni. Sesampai di hotel tersebut, kami disterilkan dengan disinfektan, takut juga saya karena di hotel ada tentara, polisi, org berpakaian apd lengkap. Baca : Program Wisata COVID-19 Sulsel Berhasil Sembuhkan 1.688 Pasien
Pada saat kami diterima di lobby hotel, kami diberikan tata tertib selama menjalani wisata ini, disampaikan bahwa ada pendamping yg akan membantu kita. Dengan perasaan yang agak ragu dan was-was, bagaimana bentuk kamar di hotel, apakah sudah berubah konsep? Tidak lagi seperti kamar hotel yang seperti yang kita tahu selama ini? Apakah di kamar hotel tersebut akan tersedia alat infus, alat bantu nafas?
Saya memasuki ruangan kamar saya sambil mengucapkan salam. Ternyata, kamar tersebut seperti biasa, masyaa allah, dan pada saat itu juga saya yakin akan sembuh karena betul slogan bahwa kita ini lagi wisata COVID. Sebetulnya, sebagai orang beragama saya selalu yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri kita ada hikmahnya. Termasuk COVID-19 yang saya alami.
Hari demi hari saya lewati karantina di kamar dengan berzikir, salawat, mengaji dan mentadaburi Alquran. Saya merasa ibadah saya semakin meningkat. Doa yang saya panjatkan kepada Allah juga tidak pernah putus, dan itu menjadi obat yang sangat berpengaruh untuk kesembuhan saya.
Namun, terkadang rasa sedih juga muncul. Hal itu memang sangat manusiawi. Hari-hari selama di karantina ini pun membuat perasaan saya campur aduk, dan membuat nafsu makan saya sedikit berkurang. Baca Juga : Sukses Ikuti Isolasi Mandiri di Hotel, 60% Peserta Wisata Covid-19 Dipulangkan
Terlepas dari hal tersebut, pelayanan dan kenyaman hotel tempat saya dikarantina sangat nyaman dan bersih. Setiap hari pakaian saya dilaundry-kan. Saya juga bisa menikmati hangatnya minum teh dan makan kue sambil mengisi waktu isolasi saya. Perlengkapan mandi pun diberikan secara lengkap dan cuma-cuma.
Selain itu, di sini kebutuhan gizi saya juga dipenuhi dengan baik. Pelayanan makanannya sangat baik. Beragam keperluan lain seperti air mineral juga dipenuhi setiap harinya. Sesekali ketika saya rindu dengan masakan rumahan, banyak sahabat dan keluarga yang mengirimkan makanan, kue, buah, dll. Hal ini merupakan hal yang sangat saya syukuri karena masih dikelilingi orang-orang yang sayang dengan saya.
Yang paling penting dari ‘wisata’ ini adalah pelayanan tim COVID-19 yang sangat bagus, termasuk para pendamping saya. Selama saya menjalani karantina, berbagai kegiatan dilaksanakan di hotel, seperti sosialisasi tentang pencegahan COVID-19, stigma masyarakat tentang COVID-19, dan tak ketinggalan pula materi dari psikolog yang menurut saya penting sekali dalam memberikan semangat kepada kami yang di karantina. Konseling dengam psikolog ini biasanya diberikan sebanyak dua kali dalam sepekan.
Bermula dari swab yang saya lakukan pada hari Senin tgl 1 juni 2020, kisah ‘wisata"’ saya pun dimulai. Kehidupan saya seketika berubah pada saat hasil swab saya keluar di tanggal 3 Juni 2020. Hasil tersebut menyatakan saya positif COVID-19.
Secara manusiawi, saya agak down saat mendengar berita ini, tapi sebagai orang yang beragama, saya berkata dalam hati ini adalah kehendak ilahi rabbi yang harus saya terima dengan ikhlas, tabah dan sabar. Hal ini pun saya jadikan sebagai obat dan sugesti untuk diri saya agar dengan ikhlas menerimanya dan menjalani treatment dengan baik.
Saya pun menjalani karantina di salah satu hotel bintang 4 yang ada di Kota Makassar pada hari Jumat tanggal 5 Juni. Sesampai di hotel tersebut, kami disterilkan dengan disinfektan, takut juga saya karena di hotel ada tentara, polisi, org berpakaian apd lengkap. Baca : Program Wisata COVID-19 Sulsel Berhasil Sembuhkan 1.688 Pasien
Pada saat kami diterima di lobby hotel, kami diberikan tata tertib selama menjalani wisata ini, disampaikan bahwa ada pendamping yg akan membantu kita. Dengan perasaan yang agak ragu dan was-was, bagaimana bentuk kamar di hotel, apakah sudah berubah konsep? Tidak lagi seperti kamar hotel yang seperti yang kita tahu selama ini? Apakah di kamar hotel tersebut akan tersedia alat infus, alat bantu nafas?
Saya memasuki ruangan kamar saya sambil mengucapkan salam. Ternyata, kamar tersebut seperti biasa, masyaa allah, dan pada saat itu juga saya yakin akan sembuh karena betul slogan bahwa kita ini lagi wisata COVID. Sebetulnya, sebagai orang beragama saya selalu yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri kita ada hikmahnya. Termasuk COVID-19 yang saya alami.
Hari demi hari saya lewati karantina di kamar dengan berzikir, salawat, mengaji dan mentadaburi Alquran. Saya merasa ibadah saya semakin meningkat. Doa yang saya panjatkan kepada Allah juga tidak pernah putus, dan itu menjadi obat yang sangat berpengaruh untuk kesembuhan saya.
Namun, terkadang rasa sedih juga muncul. Hal itu memang sangat manusiawi. Hari-hari selama di karantina ini pun membuat perasaan saya campur aduk, dan membuat nafsu makan saya sedikit berkurang. Baca Juga : Sukses Ikuti Isolasi Mandiri di Hotel, 60% Peserta Wisata Covid-19 Dipulangkan
Terlepas dari hal tersebut, pelayanan dan kenyaman hotel tempat saya dikarantina sangat nyaman dan bersih. Setiap hari pakaian saya dilaundry-kan. Saya juga bisa menikmati hangatnya minum teh dan makan kue sambil mengisi waktu isolasi saya. Perlengkapan mandi pun diberikan secara lengkap dan cuma-cuma.
Selain itu, di sini kebutuhan gizi saya juga dipenuhi dengan baik. Pelayanan makanannya sangat baik. Beragam keperluan lain seperti air mineral juga dipenuhi setiap harinya. Sesekali ketika saya rindu dengan masakan rumahan, banyak sahabat dan keluarga yang mengirimkan makanan, kue, buah, dll. Hal ini merupakan hal yang sangat saya syukuri karena masih dikelilingi orang-orang yang sayang dengan saya.
Yang paling penting dari ‘wisata’ ini adalah pelayanan tim COVID-19 yang sangat bagus, termasuk para pendamping saya. Selama saya menjalani karantina, berbagai kegiatan dilaksanakan di hotel, seperti sosialisasi tentang pencegahan COVID-19, stigma masyarakat tentang COVID-19, dan tak ketinggalan pula materi dari psikolog yang menurut saya penting sekali dalam memberikan semangat kepada kami yang di karantina. Konseling dengam psikolog ini biasanya diberikan sebanyak dua kali dalam sepekan.