Yoni di Gunungkidul Diteliti Tim Cagar Budaya, Diduga Peninggalan Abad 9

Kamis, 28 Juli 2022 - 12:27 WIB
loading...
Yoni di Gunungkidul...
Tim ahli cagar budaya Dinas Kebudayaan DIY mendatangi situs yoni yang sudah sejak lama diketahui keberadaanya oleh warga di Pedukuhan Munggur Wetan, Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Ponjong, Kabupaten Gunungkidul. Foto/iNews TV/Kismaya Wibowo
A A A
GUNUNGKIDUL - Batu yoni yang ada di Pedukuhan Munggur Wetan, Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, diteliti oleh tim ahli cagar budaya Dinas Kebudayaan DIY. Penelitian ini sebagai langkah awal terhadap penelitian lanjutan.



Diduga, batu yoni tersebut merupakan peninggalan abad sembilan Masehi, dan kemungkinan masih ada benda cagar budaya lainnya di kawasan tersebut.Tim ahli cagar budaya, masih melakukan penelusuran terkait benda-benda cagar budaya tersebut.



Situs batu yoni tersebut, dijaga oleh warga sejak puluhan tahun silam. Bahkan oleh warga setempat, batu yoni tersebut masih dikeramatkan. Sejak tahun 2021 silam, batu yoni itu menjadi perhatian serius.



Menurut salah seorang warga, Sukirno, setiap orang yang datang harus selalu diantarkannya ke lokasi. "Situs itu ada di ladang milik warga, dan para pengunjung harus saya antarkan kalau ingin melihatnya, agar diketahui keperluannya," tuturnya.

Sukirno mengakui, situs batu yoni ini merupakan simbol peninggalan leluhur, sehingga harus dijaga ketat keberadaanya agar tidak sampai hilang atau dirusak oleh orang-orang tidak bertanggungjawab.

Dilihat dari bentuknya, diduga batu yoni tersebut bagian dari kepercayaan hindu aliran siwa. Batu yoni tersebut dijadikan sebagai media pemujaan bagi Dewi Parwati pasangan Dewa Siwa.



Biasanya batu yoni dilengkapi dengan batu lingga, yang menjadi satu tempat pemujaan Dewi Parwati, namun di lokasi ini batu lingga belum ditemukan. Batu yoni ini berasal dari batu khas Gunungkidul, yakni batu putih.

Keberadaan batu yoni menggunakan batu putih tersebut, tentunya berbeda dari batu yoni lainnya yang jarang menggunakan batu putih. Ini menunjukan, tempat tersebut merupakan tempat yang digunakan untuk pemujaan.

Menurut Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Dinas Kebudayaan DIY, Andi Riana, setelah dilakukan penelitian batu yoni tersebut memiliki dimensi tinggi 40 cm, lebar bawah 56×56 cm, serta badan berukuran 40×40 cm.



"Pada yoni tersebut juga terdapat lubang untuk lingga kedalaman sekitar 25 cm, dengan panjang dan lebar 18×18 cm. Kemungkinan yoni tersebut dibuat di abad sembilan masehi, karena lingga yoni umumnya berasal dari era tersebut," ungkapnya.

Dia mengaku akan mengecek lebih lanjut ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY, untuk memastikan inventarisir yoni tersebut ke dalam benda cagar budaya. Dimungkinkan masih adanya struktur bangunan di bawahnya, namun untuk kepastiannya masih menunggu hasil kajian dari BPCB DIY.
(eyt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1947 seconds (0.1#10.140)