Kisah Haru Muhammad Naufal Alfaris, Anak Tukang Sapu Jadi Taruna Akademi Angkatan Laut
loading...
A
A
A
Diakuinya, sejak kecil Faris memang punya mimpi menjadi Tentara Negara Indonesia (TNI). Bahkan anak sulungnya itu sering curhat kepadanya untuk masa depannya. Itu dilakukan sejak Faris masih di bangku SMP Surabaya.
“Sejak itu sudah tanya dan membandingkan kuliah atau masuk sekolah dinas. Kalau nanti kakak kuliah gimana? Keadaan ibu seperti ini,” ucap Rodiyah kepada anak pertamanya saat itu.
Lalu sang anak meyakinkan Rodiyah akan masuk sekolah kedinasan angkatan laut. “Percayalah pada kakak,” kata Rodiyah menirukan perkataan pesan anak saat itu kepadanya.
Rodiyah pun tidak yakin bisa masuk sekolah militer seperti apa yang didiamkan anaknya. Namun dirinya tetap mendukung sepenuh kemampuan keluarganya.
Seperti membelikan sepatu sport untuk melatih fisik, dan membelikan sepatu untuk latihan basket. Meskipun harganya terbilang murah dan bekas.
“Kita orang biasa, bukan keluarga militer. Namun namanya orang tua harus memberikan yang terbaik kepada anaknya,” ujar ibu berusia 44 tahun itu.
“Saya sendiri juga takut anak cemas (down), ibu tidak tau apapun. Wis nurut kakak (sudah ikut kakak saja). Kakak akhirnya pada tahun itu (2020) daftar sendiri sekolah militer, dan tidak ada beban biaya yang tinggi. Hanya biaya fotocopy, tes kesehatan dan lainnya,” tambahnya.
Dia menuturkan, sebelum diterima Akmil, Faris lebih dulu diterima kuliah di Institut Teknologi Surabaya (ITS) jurusan teknik mesin perkapalan.
Melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Nah, setelah satu hari pengumuman, sang anak juga mendapatkan informasi lolos Akmil. Dirinya pun meminta saran keluarga. Akhirnya anak kelahiran Kediri itu memilih Akmil AL di bagian teknik mesin AL.
“Sejak itu sudah tanya dan membandingkan kuliah atau masuk sekolah dinas. Kalau nanti kakak kuliah gimana? Keadaan ibu seperti ini,” ucap Rodiyah kepada anak pertamanya saat itu.
Lalu sang anak meyakinkan Rodiyah akan masuk sekolah kedinasan angkatan laut. “Percayalah pada kakak,” kata Rodiyah menirukan perkataan pesan anak saat itu kepadanya.
Rodiyah pun tidak yakin bisa masuk sekolah militer seperti apa yang didiamkan anaknya. Namun dirinya tetap mendukung sepenuh kemampuan keluarganya.
Seperti membelikan sepatu sport untuk melatih fisik, dan membelikan sepatu untuk latihan basket. Meskipun harganya terbilang murah dan bekas.
“Kita orang biasa, bukan keluarga militer. Namun namanya orang tua harus memberikan yang terbaik kepada anaknya,” ujar ibu berusia 44 tahun itu.
“Saya sendiri juga takut anak cemas (down), ibu tidak tau apapun. Wis nurut kakak (sudah ikut kakak saja). Kakak akhirnya pada tahun itu (2020) daftar sendiri sekolah militer, dan tidak ada beban biaya yang tinggi. Hanya biaya fotocopy, tes kesehatan dan lainnya,” tambahnya.
Dia menuturkan, sebelum diterima Akmil, Faris lebih dulu diterima kuliah di Institut Teknologi Surabaya (ITS) jurusan teknik mesin perkapalan.
Melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Nah, setelah satu hari pengumuman, sang anak juga mendapatkan informasi lolos Akmil. Dirinya pun meminta saran keluarga. Akhirnya anak kelahiran Kediri itu memilih Akmil AL di bagian teknik mesin AL.