Guru Besar Ubaya Jawab Strategi Manufaktur Hadapi Tantangan Pandemi Covid-19

Sabtu, 27 Juni 2020 - 14:58 WIB
loading...
Guru Besar Ubaya Jawab Strategi Manufaktur Hadapi Tantangan Pandemi Covid-19
Prof. Joniarto Parung, menjawab pertanyaan tersebut dalam webinar. Foto/Ist
A A A
SURABAYA - Merebaknya wabah Covid-19 di berbagai belahan dunia telah melumpuhkan banyak sektor, termasuk bidang manufaktur. Lantas, bagaimana strategi sektor manufaktur menghadapi tantangan ini?

Guru Besar bidang Supply Chain Teknik Industri Universitas Surabaya (Ubaya), Prof. Joniarto Parung, menjawab pertanyaan tersebut dalam webinar “Managing Supply Chain Disruptions In The New Era Of Reality” yang diadakan oleh Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Jawa Timur.

Dewan Pakar ALI ini membawakan topik “Analysis and Prediction Of Manufacturing Strategies In A New Era Of Reality”. Dosen Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Ubaya ini menjelaskan, jika pandemi COVID-19 telah menyebabkan adanya supply shocks dan demand shocks yang terjadi pada bidang manufaktur.

Wabah ini juga membawa perubahan serta mempercepat sejumlah tren konsumen seperti pembelajaran online, bekerja dari rumah, layanan streaming, komunikasi video, menjual barang-barang konsumen secara online, dan pengiriman layanan atau jasa ke rumah.

“Di masa depan kita akan terbiasa menghadapi gangguan terus-menerus. Hal tersebut akan melekat pada kehidupan sehari-hari kita di tahun-tahun mendatang dan itu disebut realitas baru,” ucap Prof. Joni, sapaan akrab Rektor Ubaya periode 2011-2019 ini.

(Baca juga: 4 Kawasan Pandemi COVID-19 Tinggi di Surabaya: Tambaksari, Gubeng, Bubutan, Tegalsari )

Sebelum membahas strategi manufaktur dalam menghadapi era realitas baru, Prof. Joni menyampaikan penjelasan terkait past reality pada manufaktur yang terjadi sebelum pandemi.

Menurutnya, ada empat hal menjadi poin penting yaitu strategy, transformation, investment, dan industri revolution 4.0. Jika membahas strategi pada sektor manufaktur maka reshoring serta masalah pabrik telah direncanakan dan dibahas sejak lama.

Sedangkan mengenai tranformation mengacu pada transformasi digital yang telah ada di dalam pabrik dan seluruh ekosistem manufaktur. Selanjutnya, perusahaan memandang investment dalam fasilitas, teknologi dan departemen Research and Development (R&D) sebagai sarana utama dalam meningkatkan kemampuan manufaktur.

Sedangkan revolusi industri 4.0, Internet of Things (IoT), dan smart factory mulai berjalan namun adopsi terkait transformasi digital cenderung belum merata dan lambat dalam pembuatannya.

“Kita juga harus melihat strategi manufaktur sebelum, sesudah, dan setelah pandemi. Terdapat strategi yang dapat dilakukan untuk memulihkan kondisi manufaktur melalui short, medium, dan long-term strategies,” ungkap Joni.

Pada short-term strategies selama dan setelah pandemi maka manufaktur dapat mendukung perusahaan untuk bertahan hidup dengan atau tanpa dukungan atau perlindungan pemerintah. Pertama, mengganti jalur produksi dengan memproduksi critical product atau high demand.

Kedua, produsen mencari cara untuk memastikan kontinuitas produksi dengan cepat dan memperkenalkan fleksibilitas. Ketiga, manufaktur tetap mengharuskan orang berada di lokasi dengan jumlah terbatas seperti operator dan staf pemeliharaan mesin.

Di samping itu, vendor dan kontraktor eksternal juga memerlukan akses situs untuk menyediakan layanan dan membantu mendukung sebagian besar operasi perusahaan.

(Baca juga: Tekan Kasus Covid-19 di Jatim, Ini Langkah Gubernur Khofifah )

Kemudian keempat, manufaktur disarankan berkolaborasi dengan lebih banyak penjual secara daring untuk memenuhi online demand. Kelima, beberapa perusahaan yang memproduksi barang seperti personal care, kertas, dan obat-obatan harus berjuang untuk memenuhi permintaan akibat panic buying. Sedangkan yang lain mengalami penurunan permintaan sehingga terjadi tekanan ekstrem untuk memangkas biaya operasional.

Sedangkan medium dan long-term strategies mengarah pada dukungan dan kolaborasi dari pemerintah. Pemerintah harus segera menyiapkan rencana insentif untuk memulihkan sektor manufaktur yang dianggap penting untuk ketahanann dan keberlajutan nasional.

Prof. Joni menyebutkan bahwa pemerintah di berbagai negara hampir pasti menggunakan manufaktur dalam negeri sebagai bagian dari rencana mereka untuk membangun ketahanan strategis setelah situasi krisis saat ini. Otomasi akan menjadi kunci sebagai upaya menghidupkan kembali manufaktur dalam negeri terutama di negara maju.

“Off-shoring yang sebelumnya didorong oleh biaya tenaga kerja dan biaya transportasi yang rendah sekarang kurang relevan. Perkembangan otomatisasi dan robotika telah secara drastis meningkatkan produktivitas dalam beberapa proses pembuatan,” sambungnya.

Adanya strategi manufaktur maka akan mempercepat reshoring (accelerate reshoring), meningkatkan aplikasi additive manufacturing sekaligus speed atau micro factory. “Indonesia harus terus berjuang untuk menarik investor asing sehingga dapat menjadi tempat utama relokasi sebagai bagian dari reshoring,” tegas Prof. Joni.

Selain Prof. Joniarto Parung, hadir pula tiga narasumber lain, yaitu Dr. Nofrisel, selaku CEO PT. Dewata Freight International, Tbk sekaligus Ketua Dewan Pakar ALI memaparkan topik “Logistics Service In Indonesia: During And After Covid-19 Prediction”.

Selanjutnya, Johnny Jiang selaku Vice Director Op. & SC Excellence Institute in Liverpool University sekaligus Senior Director in FTI Consulting membahas mengenai “Supply Chain Perspective In China In The Post Pandemic”.

Kemudian pemaparan berikutnya mengenai “Global And Local SC Optimization In An International Company Experience Learned From Covid-19 Crisis” disampaikan oleh Forrest Zhang selaku General Manager of ASSA ABLOY Crawford Door (Kunshan) Co., Ltd.

Hadir pula dalam webinar yaitu Zaldy Ilham Masita selaku Chairman ALI dan Ivy Kamadjaja selaku Ketua ALI Jawa Timur. Webinar ini dipandu oleh Wahyu Adi selaku Wakil Ketua Bidang Organisasi ALI Jawa Timur.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3755 seconds (0.1#10.140)