Rapid Test Terlalu Mahal, Sopir Sayur-Buah Demo di Pelabuhan Ketapang
loading...
A
A
A
BANYUWANGI - Ratusan supir pick up yang biasa mengirim sayur dan buah ke Pulau Bali, Jumat (26/6/2020) sore, menggelar demo di depan pintu masuk Pelabuhan Penyeberangan ASDP Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur.
Aksi protes tersebut dilakukan sopir lantara merasa tidak mampu membayar biaya rapid test untuk setiap kali menyeberang ke Bali untuk mengirim sayur dan buah-buahan. Akibat demo tersebut, arus lalu lintas jalan raya dan akses masuk pelabuhan sempat terganggu.
Bahakn antar sopir dan polisi lalu lintas sempat bersitegang di depan Pelabuhan ASDP Ketapang. Sebab, aksi para sopir itu mengganggu lalu lintas dan calon penumpang kapal yang hendak masuk ke pelabuhan. Namun, para sopir menolak saat akan dibubarkan oleh petugas.
Para sopir sengaja menggelar aksi unjuk rasa di depan pelabuhan sebagai protes terhadap pemerintah karena biaya rapid test terlalu mahal. Biaya itu harus dikeluarkan para sopir setiap kali mengirim buah dan sayur ke Bali.
aksi para sopir dan kernet tersebut mendapat respons dari Ketua DPRD Banyuwangi I Made Cahyana Negara yang datang ke lokasi demo. "Aspirasi para sopir yang keberatan terhadap biaya rapid test tersebut segera dibahas dengan menghadirkan sejumlah instansi terkait/ termasuk Pemerintah Provinsi Bali," kata Made.
Meski telah ditemui oleh Ketua DPRD Banyuwangi, namun para sopir tak juga membubarkan diri. Mereka tetap menggelar unjuk rasa di depan pelabuhan.
Semua kendaraan pikap bermuatan buah, sayur, dan janur diparkir di pinggir jalan, tak jauh dari pelabuhan. Mereka berhadap kepada pemerintah segera memperhatikan nasib mereka. Massa sopirm engancam akan terus menggelar aksi jika pemerintah tidak segera memberikan solusi terbaik bagi mereka.
Sejumlah supir mengaku harus mengeluarkan uang antara Rp300 ribu-Rp400 ribu setiap kali rapid test dengan massa berlaku tiga hingga empat hari. "Sementara mereka mengirim sayur dan buah ke bali dua sampai tiga kali dalam satu minggunya," kata Wahyu.
Aksi protes tersebut dilakukan sopir lantara merasa tidak mampu membayar biaya rapid test untuk setiap kali menyeberang ke Bali untuk mengirim sayur dan buah-buahan. Akibat demo tersebut, arus lalu lintas jalan raya dan akses masuk pelabuhan sempat terganggu.
Bahakn antar sopir dan polisi lalu lintas sempat bersitegang di depan Pelabuhan ASDP Ketapang. Sebab, aksi para sopir itu mengganggu lalu lintas dan calon penumpang kapal yang hendak masuk ke pelabuhan. Namun, para sopir menolak saat akan dibubarkan oleh petugas.
Para sopir sengaja menggelar aksi unjuk rasa di depan pelabuhan sebagai protes terhadap pemerintah karena biaya rapid test terlalu mahal. Biaya itu harus dikeluarkan para sopir setiap kali mengirim buah dan sayur ke Bali.
aksi para sopir dan kernet tersebut mendapat respons dari Ketua DPRD Banyuwangi I Made Cahyana Negara yang datang ke lokasi demo. "Aspirasi para sopir yang keberatan terhadap biaya rapid test tersebut segera dibahas dengan menghadirkan sejumlah instansi terkait/ termasuk Pemerintah Provinsi Bali," kata Made.
Meski telah ditemui oleh Ketua DPRD Banyuwangi, namun para sopir tak juga membubarkan diri. Mereka tetap menggelar unjuk rasa di depan pelabuhan.
Semua kendaraan pikap bermuatan buah, sayur, dan janur diparkir di pinggir jalan, tak jauh dari pelabuhan. Mereka berhadap kepada pemerintah segera memperhatikan nasib mereka. Massa sopirm engancam akan terus menggelar aksi jika pemerintah tidak segera memberikan solusi terbaik bagi mereka.
Sejumlah supir mengaku harus mengeluarkan uang antara Rp300 ribu-Rp400 ribu setiap kali rapid test dengan massa berlaku tiga hingga empat hari. "Sementara mereka mengirim sayur dan buah ke bali dua sampai tiga kali dalam satu minggunya," kata Wahyu.
(awd)