Kisah Johar Manik Naik Kuda Putih Kyai Bangkol, Senopati Sakti Mandraguna Kepercayaan Pangeran Diponegoro
loading...
A
A
A
Dalam peperangan, Johar Manik yang saat itu menunggangi kuda, tertusuk tombak di badannya hingga menderita luka parah.
Meski demikian, dia masih tetap bisa mengendalikan kuda tunggangannya menuju tempat persembunyiannya di daerah Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
"Kudanya sudah sangat terlatih dan ketika Mbah Johar Manik terluka parah, langsung menuju tempat persembunyiannya di Sumogawe,” kata Sri Kuntrasih.
Di Sumogawe ada Pangeran Sumonegoro yang merupakan saudara Pangeran Diponegoro yang ikut berjuang melawan penjajah. Johar Manik yang terluka parah kemudian dirawat, namun nyawanya akhirnya tidak tertolong.
Sebelum meninggal, Johar Manik yang asli Bantul tersebut berpesan kepada anaknya Karmin Karyodino agar dimakamkan di dekat rumahnya, yaitu di sekitaran Blondo.
Jenasah Johar Manik pun akhirnya dimakamkan di daeah Tanggulayu tak jauh dari Blondo. “ Mbah Johar juga berpesan kepada anaknya agar makamnya jangan diberi cungkup atau rumah-rumahan dan tidak boleh dibuat permanen seperti diberi nisan,” kata Kuntrasih.
Pesan dari mbah Johar Manik itu pun dipegang teguh oleh anak cucunya hingga sekarang. Hanya pernah suatu kali salah seorang cucunya membuatkan cungkup makam.
Namun tak lama kemudian cungkup itu tersapu angin kencang yang entah datangnya dari mana. “ Bapak saya pernah membuatkan cungkup, namun tak lama cungkup itu tersapu angin. Sejak saat itu sudah tidak ada lagi yang mencoba membuatkan cungkup Mbah Johar,” ujarnya.
Dia menceritakan, pernah suatu kali ada orang tak dikenal yang mecoba memperindah makam Johar Manik yang sebelumnya hanya gundukan tanah yang dikelilingi bata dengan memberi semen.
Meski demikian, dia masih tetap bisa mengendalikan kuda tunggangannya menuju tempat persembunyiannya di daerah Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
"Kudanya sudah sangat terlatih dan ketika Mbah Johar Manik terluka parah, langsung menuju tempat persembunyiannya di Sumogawe,” kata Sri Kuntrasih.
Di Sumogawe ada Pangeran Sumonegoro yang merupakan saudara Pangeran Diponegoro yang ikut berjuang melawan penjajah. Johar Manik yang terluka parah kemudian dirawat, namun nyawanya akhirnya tidak tertolong.
Sebelum meninggal, Johar Manik yang asli Bantul tersebut berpesan kepada anaknya Karmin Karyodino agar dimakamkan di dekat rumahnya, yaitu di sekitaran Blondo.
Jenasah Johar Manik pun akhirnya dimakamkan di daeah Tanggulayu tak jauh dari Blondo. “ Mbah Johar juga berpesan kepada anaknya agar makamnya jangan diberi cungkup atau rumah-rumahan dan tidak boleh dibuat permanen seperti diberi nisan,” kata Kuntrasih.
Pesan dari mbah Johar Manik itu pun dipegang teguh oleh anak cucunya hingga sekarang. Hanya pernah suatu kali salah seorang cucunya membuatkan cungkup makam.
Namun tak lama kemudian cungkup itu tersapu angin kencang yang entah datangnya dari mana. “ Bapak saya pernah membuatkan cungkup, namun tak lama cungkup itu tersapu angin. Sejak saat itu sudah tidak ada lagi yang mencoba membuatkan cungkup Mbah Johar,” ujarnya.
Dia menceritakan, pernah suatu kali ada orang tak dikenal yang mecoba memperindah makam Johar Manik yang sebelumnya hanya gundukan tanah yang dikelilingi bata dengan memberi semen.