Dikutuk Brahma Purwa karena Culik Ken Dedes Anaknya, Tunggul Ametung Tewas Ditikam Keris Sakti Mpu Gandring

Selasa, 14 Juni 2022 - 05:04 WIB
loading...
Dikutuk Brahma Purwa karena Culik Ken Dedes Anaknya, Tunggul Ametung Tewas Ditikam Keris Sakti Mpu Gandring
Niat Tunggul Ametung untuk menguasai Kerajaan Kediri dihentikan oleh Ken Arok, pengawal pribadinya. Disaksikan Ken Dedes istrinya, Tunggul Ametung mati ditikam Ken Arok. Foto ilustrasi SINDOnews
A A A
JAKARTA - Niat Tunggul Ametung untuk menguasai Kerajaan Kediri dihentikan oleh Ken Arok, pengawal pribadinya. Disaksikan Ken Dedes istrinya, Tunggul Ametung mati ditikam Ken Arok dengan menggunakan keris sakti buatan Mpu Gandring.

Dalam Pararaton, dikisahkan bagaimana keris sakti buatan Mpu Gandring itu menghabisi tujuh nyawa lelaki yang berambisi menjadi raja. Semuanya terkena warisan kutukan.



Dikisahkan, Tunggul Ametung adalah akuwu Tumapel. Tumapel sendiri merupakan pecahan dari kerajaan besar, yaitu Kerajaan Jenggala yang hancur diserang Kerajaan Kadiri. Saat Kediri diperintah Kertajaya (1185-1222), Tunggul Ametung direkomendasi jadi akuwu Tumapel. Jabatan akuwu, kala itu, setara dengan camat di masa sekarang.

Dalam buku berjudul ‘Hitam Putih Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan’ tulisan Muhammad Syamsuddin, disebutkan bahwa Tunggul Ametung adalah seorang Hindu dari kasta sudra. Berkat bantuan Kertajaya dari Kediri itu, Ametung naik kelas.

Disebutkan pula bahwa Ametung dan Kertajaya mempunyai kesamaan karakter. Keduanya sama-sama berwatak keras dan kerap cenderung memeras dan merampas milik orang lain. Dan sifat yang paling buruk dari keduanya adalah kecenderungan menistakan para kaum brahma atau pendeta agama Hindu.

Padahal dalam kitab Kutara Manawa ada peraturan yang melarang para pejabat yang berkuasa untuk merampas, terutama milik Brahma atau pendeta. Dan jika sampai melanggar, pejabat tersebut akan mati karea kutukan. Baca juga: Kutukan Keris Sakti Mpu Gandring dan Terbunuhnya 7 Tokoh Kerajaan Singasari

Ambisi Membawa Petaka

Saat menjabat akuwu di Tumapel, Tunggul Ametung menerapkan kewajiban pajak tinggi kepada rakyatnya. Ini menimbulkan gejolak sosial. Muncul pertikaian dan perampokan di mana-mana. Geng perampok paling terkenal adalah kelompok yang dipimpin Ken Arok. Para perampok bahkan kerap mengadang dan merampas upeti atau pajak yang hendak dibawa ke Kerajaan Kediri.

Kurangnya upeti membuat Raja Kertajaya marah. Tunggul Ametung terancam disingkirkan jika tidak bisa mengatasi kekacauan di wilayahnya. Di tengah situasi ini, Tunggul Ametung didatangi seorang brahma atau resi yang memberi solusi kepada Ametung dalam meraih impian kekuasaan.

Sang resi menceritakan bahwa Brahma atau Mpu Parwa mempunyai seorang anak gadis yang sangat cantik dan memiliki aura kewanitaan yang memancarkan cahaya. Disampaikannya bahwa siapa pun yang dapat menjadikan gadis itu sebagai istri, maka semua ambisi kekuasaan akan tercapai.

Mendengar cerita itu, Tunggul Ametung yang mempunyai ambisi berkuasa dan sedang terancam nasibnya, langsung tergugah hatinya. Ametung membayangkan, dengan mendapatkan gadis itu dan menjadikan dia sebagai istri, dirinya bisa menyingkirkan Kertajaya dan menguasai Kerajaan Kediri.

Maka tibalah saatnya, ketika Ametung pergi berburu dan singgah di Desa Paniwijen, tempat tinggalnya Brahma Purwa bersama sang anak, Ken Dedes. Saat bertemu dan melihat Ken Dedes, Tunggul Ametung sangat kagum melihat kecantikannya. Hasrat untuk berkuasa dengan menjadikannya sebagai istri bergelora.

Tanpa menunggu lama, Tunggul Ametung langsung menyampaikan niatnya kepada anak gadis itu. Namun karena saat itu ayahnya masih di hutan, sang gadis meminta Ametung agar menunggu hingga kepulangan ayahnya. Karena tak sabar dan tabiat yang suka merampas, Tunggul Ametung membawa paksa Ken Dedes ke Tumapel untuk dijadikan permaisurinya.

Setiba dari hutan, Mpu Purwa mengetahui anaknya sudah diculik Ametung. Dia pun marah dan menyumpahi Ametung dengan mengatakan bahwa siapa pun yang menculik putrinya akan mati karena tikaman keris.

“Demi semesta serta isinya, aku menyumpahimu untuk tidak bahagia, tidak mengenyam kenikmatan dan terbunuh dengan keris dengan sekali tebasan. Aku juga bersumpah demi langit serta penghuninya, keringlah sumur penduduk Panawijen dan kolamnya tak mengeluarkan air.”

Setelah berhasil menculik Ken Dedes, Tumapel semakin tidak terkendali. Dikisahkan bahwa Ametung gagal meredam berbagai perampokan. Semetara itu, Ken Arok, yang menjadi dalang perampokan orang kaya dan upeti untuk Kediri -atas arahan penasihat spiritual yakni Resi Lohgawe- menawarkan diri menjadi pengawal Tunggul Ametung.

Menurut terawangan Lohgawe, Ken Arok bakal menjadi penguasa Kerajaan Kediri, namun dengan mengabdi terlebih dahulu kepada Tunggul Ametung. Ken Arok lantas diberi tugas terhormat dengan menjadi pengawal Tunggul Ametung. Sayangnya, kepecyaan ini awal malapetaka bagi Ametung.

Sebab, ternyata Ken Arok juga tertarik pesona Ken Dedes. Apa lagi sang penasihat Lohgawe meramalkan bahwa dari Ken Dedes akan lahir raja-raja tanah Jawa. Ramalan ini membuat Ken Arok semakin bergairah untuk merebut Ken Dedes dengan cara membunuh Tunggul Ametung.

Untuk memuluskan rencananya membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok kemudian memesan keris kepada seorang pandai besi terkenal bernama Mpu Gandring. Empu Gandring pun menyanggupi akan menyelesaikan pesanan keris itu dalam waktu dua tahun.

Bagi Ken Arok, dua tahun terlalu lama. Karena begitu bernafsu, baru beberapa bulan, Ken Arok nekat mengambil paksa keris yang belum sempurna itu. Sadis! Saat mengambil paksa keris itu, Ken Arok menusukkannya ke dada Mpu Gandring hingga tewas.

Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring menyumpahi bahwa keris itu nantinya akan membunuh tujuh orang raja, termasuk Ken Arok dan anak cucunya.

Setelah kembali ke Tumapel, Ken Arok melancarkan siasat busuk. Keris itu sengaja ia pinjamkan kepada Kebo Hijo, sahabat dekatnya. Kebo Hijo yang tidak tahu apa maksud Ken Arok, menerima begitu saja. Namun, beberapa malam berikutnya, Ken Arok mengambil keris dari Kebo Hijo, lalu menyusup ke kamar Tunggul Ametung dan menikamnya.

Atas kematian itu, semua heboh dan menuduh si pemilik keris yang tidak lain adalah Kebo Hijo. Atas tuduhan itu, Kebo Hijo dihukum mati lantaran keris yang diduga miliknya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung.

Sementara itu, Ken Dedes yang menjadi saksi kunci pembunuhan suaminya, tidak mengungkap fakta sebenarnya. Itu karena rayuan maut Ken Arok yang ingin menikahinya.

Setelah peristiwa itu, Ken Arok menyatakan dirinya sebagai akuwu baru Tumapel dan menikahi Ken Dedes. Ketika dinikahi Ken Arok, saat itu Ken Dedes tengah mengandung anak Tunggul Ametung, yang kemudian diberi nama Anusapati.

Anusapati inilah yang kemudian membalas kematian ayahnya dengan membunuh Ken Arok menggunakan keris yang sama. Anuspati berhasil membunuh Ken Arok melalui tangan pembantunya yang menjadikannya raja Tumapel kedua.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1987 seconds (0.1#10.140)