Kemendikbudristek Usul Jalur Rempah Jadi Warisan Budaya Dunia
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah mengupayakan pengusulan Jalur Rempa h sebagai warisan budaya dunia tak benda ke Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO.
Pengusulan ini sudah dilakukan sejak 2017 dan didasari oleh pemahaman bahwa Jalur Rempah adalah jalur pertukaran antarbudaya dan pertukaran pengetahuan.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Sjamsul Hadi, dalam pelepasan KRI Dewaruci yang ditumpangi oleh rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah di Pelabuhan Hatta, Senin (6/6/2022).
Muhibah Budaya Jalur Rempah sendiri merupakan program yang diinisiasi oleh Kemendikbudristek bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), Pemerintah Daerah, serta berbagai komunitas budaya.
Kegiatan ini menyusuri enam titik Jalur Rempah , yakni Surabaya, Makassar, Bau-bau dan Buton, Ternate dan Tidore, Banda Neira, dan Kupang.
Hal ini merupakan salah satu upaya diplomasi budaya yang diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia, serta upaya untuk melibatkan generasi muda untuk mengenal narasi sejarah peradaban rempah dari geladak kapal Indonesia sendiri.
"Oleh karena itu, melalui program ini kami harapkan dukungan dari provinsi dan kabupaten kota, sebab Kemendikbud akan mengusulkan Jalur Rempah sebagai warisan dunia ke UNESCO ," ungkap Sjamsul.
Dengan fokus warisan budaya tak benda, lanjut dia, program Jalur Rempah bergerak lebih terarah untuk merevitalisasi Jalur Rempah. Dengan cara ini, diharapkan spirit Jalur Rempah menjadi nilai dan gaya hidup masyarakat, mulai pendidikan, kesehatan, ekonomi, sastra, seni dan lainnya.
Termasuk dalam pemberdayaan komunitas rempah, pengembangan eduwisata Jalur Rempah, hingga pertunjukan seni, pengetahuan, dan teknologi, tradisional pengobatan, workshop dan lain sebagainya.
Diajukannya Jalur Rempah ke UNESCO menunjukkan itikad Indonesia untuk mengambil peran dalam menjaga amanah yang diberikan dunia untuk menjaga warisan peradaban manusia. Jalur Rempah bukan lagi warisan milik Indonesia, melainkan warisan milik dunia yang kelestarian dan keberlangsungannya diamanahkan kepada semua pihak.
"Program pelayaran muhibah Jalur Rempah diharapkan dapat berlangsung berkelanjutan sebagai wadah pertemuan pelaku lintas daerah serta sebagai sarana diplomasi dan kampanye untuk mengangkat spirit kejayaan rempah, serta mengantarkan Jalur Rempah sebagai the world heritage yang diakui UNESCO ," pungkasnya.
KRI Dewaruci Bertolak ke Bau-bau
Rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah telah menghabiskan waktu kurang lebih 3 hari menyusuri kebudayaan Sulsel serta menapak tilas jejak perdagangan rempah masa lampau yang terjadi di Makassar.
Para peserta mengunjungi sejumlah situs warisan budaya, di antaranya Museum Karaeng Pattingalloang, Museum Balla Lompoa, Makam Sultan Hasanuddin, Kompleks Makam Raja-Raja Tallo, Kelenteng Thian Ho Kong, Museum Kota Makassar, dan Museum La Galigo.
Pada Senin (6/6/2022), rombongan akhirnya bertolak ke titik persinggahan Jalur Rempah ketiga, yakni Bau-bau dan Buton. Mereka bertolak menggunakan KRI Dewaruci, kapal latih untuk para Kadet Angkatan Laut Indonesia.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel, Muh. Jufri, menuturkan Sulawesi Selatan dan Makassar pada khususnya dipilih sebagai salah satu titik persinggahan, sebab Makassar secara historis menjadi salah satu poros perdagangan rempah dunia di masa lampau.
"Dan sampai hari ini, pemerintah provinsi Selatan tetap komit untuk menjaga, mengembangkan, dan mendorong perdagangan rempah-rempah ini," ungkap Jufri.
Salah satu bukti komitmen pemerintah provinsi dalam mengembangkan potensi perdagangan rempah-rempah, ditunjukkan oleh berhasilnya ekspor rempah-rempah senilai kurang lebih Rp54 miliar yang dilakukan pada tahun 2021 lalu.
"Tahun lalu Pemprov Sulsel mengekspor kurang lebih Rp54 miliar ke negara Asia dan beberapa negara Eropa. ada kemiri, ada cengkeh, kayu manis, itu semua dari sini," jelasnya.
Jufrie berharap program Muhibah Budaya Jalur Rempah mampu memberikan edukasi kepada generasi muda agar tidak melupakan nilai kesejarahan yang terkait jalur rempah.
"Diharapkan aspek kebudayaan Jalur Rempah ini tidak hilang begitu saja, tetapi bisa dikenang, yang memang sampai hari ini menjadi pelajaran di sejarah bahwa Jalur Rempah ini adalah sesuatu yang pernah sangat jaya di masanya," tukas Jufri.
Lihat Juga: UNESCO Tetapkan Gunung Ijen Jadi Global Geopark, Khofifah: Diharapkan Dongkrak Wisatawan ke Jatim
Pengusulan ini sudah dilakukan sejak 2017 dan didasari oleh pemahaman bahwa Jalur Rempah adalah jalur pertukaran antarbudaya dan pertukaran pengetahuan.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Sjamsul Hadi, dalam pelepasan KRI Dewaruci yang ditumpangi oleh rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah di Pelabuhan Hatta, Senin (6/6/2022).
Muhibah Budaya Jalur Rempah sendiri merupakan program yang diinisiasi oleh Kemendikbudristek bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), Pemerintah Daerah, serta berbagai komunitas budaya.
Kegiatan ini menyusuri enam titik Jalur Rempah , yakni Surabaya, Makassar, Bau-bau dan Buton, Ternate dan Tidore, Banda Neira, dan Kupang.
Hal ini merupakan salah satu upaya diplomasi budaya yang diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia, serta upaya untuk melibatkan generasi muda untuk mengenal narasi sejarah peradaban rempah dari geladak kapal Indonesia sendiri.
"Oleh karena itu, melalui program ini kami harapkan dukungan dari provinsi dan kabupaten kota, sebab Kemendikbud akan mengusulkan Jalur Rempah sebagai warisan dunia ke UNESCO ," ungkap Sjamsul.
Dengan fokus warisan budaya tak benda, lanjut dia, program Jalur Rempah bergerak lebih terarah untuk merevitalisasi Jalur Rempah. Dengan cara ini, diharapkan spirit Jalur Rempah menjadi nilai dan gaya hidup masyarakat, mulai pendidikan, kesehatan, ekonomi, sastra, seni dan lainnya.
Termasuk dalam pemberdayaan komunitas rempah, pengembangan eduwisata Jalur Rempah, hingga pertunjukan seni, pengetahuan, dan teknologi, tradisional pengobatan, workshop dan lain sebagainya.
Diajukannya Jalur Rempah ke UNESCO menunjukkan itikad Indonesia untuk mengambil peran dalam menjaga amanah yang diberikan dunia untuk menjaga warisan peradaban manusia. Jalur Rempah bukan lagi warisan milik Indonesia, melainkan warisan milik dunia yang kelestarian dan keberlangsungannya diamanahkan kepada semua pihak.
"Program pelayaran muhibah Jalur Rempah diharapkan dapat berlangsung berkelanjutan sebagai wadah pertemuan pelaku lintas daerah serta sebagai sarana diplomasi dan kampanye untuk mengangkat spirit kejayaan rempah, serta mengantarkan Jalur Rempah sebagai the world heritage yang diakui UNESCO ," pungkasnya.
KRI Dewaruci Bertolak ke Bau-bau
Rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah telah menghabiskan waktu kurang lebih 3 hari menyusuri kebudayaan Sulsel serta menapak tilas jejak perdagangan rempah masa lampau yang terjadi di Makassar.
Para peserta mengunjungi sejumlah situs warisan budaya, di antaranya Museum Karaeng Pattingalloang, Museum Balla Lompoa, Makam Sultan Hasanuddin, Kompleks Makam Raja-Raja Tallo, Kelenteng Thian Ho Kong, Museum Kota Makassar, dan Museum La Galigo.
Pada Senin (6/6/2022), rombongan akhirnya bertolak ke titik persinggahan Jalur Rempah ketiga, yakni Bau-bau dan Buton. Mereka bertolak menggunakan KRI Dewaruci, kapal latih untuk para Kadet Angkatan Laut Indonesia.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel, Muh. Jufri, menuturkan Sulawesi Selatan dan Makassar pada khususnya dipilih sebagai salah satu titik persinggahan, sebab Makassar secara historis menjadi salah satu poros perdagangan rempah dunia di masa lampau.
"Dan sampai hari ini, pemerintah provinsi Selatan tetap komit untuk menjaga, mengembangkan, dan mendorong perdagangan rempah-rempah ini," ungkap Jufri.
Salah satu bukti komitmen pemerintah provinsi dalam mengembangkan potensi perdagangan rempah-rempah, ditunjukkan oleh berhasilnya ekspor rempah-rempah senilai kurang lebih Rp54 miliar yang dilakukan pada tahun 2021 lalu.
"Tahun lalu Pemprov Sulsel mengekspor kurang lebih Rp54 miliar ke negara Asia dan beberapa negara Eropa. ada kemiri, ada cengkeh, kayu manis, itu semua dari sini," jelasnya.
Jufrie berharap program Muhibah Budaya Jalur Rempah mampu memberikan edukasi kepada generasi muda agar tidak melupakan nilai kesejarahan yang terkait jalur rempah.
"Diharapkan aspek kebudayaan Jalur Rempah ini tidak hilang begitu saja, tetapi bisa dikenang, yang memang sampai hari ini menjadi pelajaran di sejarah bahwa Jalur Rempah ini adalah sesuatu yang pernah sangat jaya di masanya," tukas Jufri.
Lihat Juga: UNESCO Tetapkan Gunung Ijen Jadi Global Geopark, Khofifah: Diharapkan Dongkrak Wisatawan ke Jatim
(tri)