Cerita Warga Semarang Rogoh Rp1,3 Juta Untuk Rapid Test

Selasa, 23 Juni 2020 - 12:25 WIB
loading...
Cerita Warga Semarang Rogoh Rp1,3 Juta Untuk Rapid Test
Biaya untuk melakukan rapid test secara mandiri dinilai masih terlalu mahal. FOTO : Ilustrasi/SINDOnews/AHMAD ANTONI
A A A
SEMARANG - Beragam cerita muncul terkait dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalani rapid test dalam upaya mencegah persebaran virus corona jenis baru, COVID-19. Cerita itu datang dari seorang warga Kota Semarang, Jawa Tengah, bernama Herry Wahyu Bawono. Ia membeberkan pengalamannya ketika harus merogoh kocek sekitar Rp1,3 juta untuk melakukan rapid test secara mandiri.

“Pada waktu itu (23/3/2020) pagi sekitar jam 07.00 an badan saya terasa kurang enak semua. Kemudian atas inisiatif sendiri saya brangkat ke IGD (RS swasta di Semarang). Di IGD saya diperiksa tensi dan dilakukan rapid tes,” ungkap Herry saat dihubungi SINDOnews, Selasa (23/6/2020).(Baca:Wali Kota Solo Izinkan Anak 5 Tahun ke Atas Pergi ke Mal )

“Karena waktu itu saya habis pulang dari Bali, oleh dokter dilakukan rapid tes. Setelah menunggu beberapa jam hasilnya keluar dan dinyatakan negatif. Saya pun diperbolehkan pulang dan diberi obat untuk penurun tensi. Total biaya yang harus saya bayar Rp1 juta 300 sekian, persisnya saya lupa. Untuk biaya rapid tes saya lupa (harus lihat lagi kwitansi). Biaya itu sudah ternasuk obat, dokter jaga dan tindakan medis,” ungkap Herry yang berprofesi sebagai wiraswasta ini.

Herry menilai, biaya tersebut terbilang mahal karena dirinya telah memiliki BPJS namun tak bisa digunakan di rumah sakit. “Habis biaya segitu ya mahal mas. Saya punya BPJS tapi di RS tersebut tidak bisa dipakai dengan alasan beiya tidak bisa dicover dengan BPJS,” ujar warga Jalan Wonodri Baru, KelurahanWonodri, Semarang Selatan ini.

Menurutnya, kalau memang rapid test itu bisa memutus mata rantai penularan virus corona, semestinya biaya untuk itu bisa ditanggung seluruhnya oleh pemerintah agar masayarakat mau dengan inisiatif sendiri periksa rapid test. “Selama ini mungkin masyarakat taunya kalau mau rapid tes bayarnya mahal, makanya banyak masyarakat yang menolak di rapid tes,” tandasnya.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1815 seconds (0.1#10.140)