Jadi Episentrum Penularan, Penanganan COVID-19 di Makassar Harus Diseriusi

Selasa, 23 Juni 2020 - 09:10 WIB
loading...
A A A
"Saya yakin Makassar ini adalah episentrum penularan. Kalau Makassar bisa kita selesaikan, maka Sulsel selesai. Jadi kalau Makassar clear, paling mininal 70-80% kasus COVID-19 di Sulsel selesai," tutur Nurdin.

Dia menganggap, jika Kota Makassar tidak diseriusi pencegahannya, maka akan ikut berdampak pada daerah lain. Bahkan masih bisa menjadi penyumbang penularan baru di wilayah lainnya.

Menurut Nurdin, penanganan pasien yang terdampak COVID-19 sudah cukup baik. Misalnya ketersediaan tempat tidur di tiap rumah sakit rujukan, juga terpenuhi. Berbagai program penanganan dan fasilitas layanan kesehatan disebut sudah diakomodir.

"Jadi saya kira begini, yang terpenting sekarang ini bukan tambah tempat tidur, tapi program pencegahan ini yang harus lebih efektif. Karena kalau kita tidak lakukan pencegahan secara masif, pada akhirnya kita juga kolaps juga," tambah dia.

Nurdin juga merencanakan untuk menyiapkan dua RS rujukan khusus untuk ibu hamil yang terdampak COVID-19. Dua RS yang rencana disiapkan, yakni Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi dan Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Fatimah.

"Mungkin kita coba tunjuk ada rumah sakit kita di Fatimah, terus mungkin Rumah Sakit Pertiwi. Dua rumah sakit ini kita fokuskan untuk rumah sakit rujukan bagi ibu hamil yang reaktif (COVID-19)," beber Nurdin.

Langkah ini ditempuh agar tidak ada lagi kejadian yang sebelumnya menimpa kasus Ervina Yana. Seorang ibu hamil yang anaknya meninggal dalam kandungan yang ditolak sejumlah rumah sakit di Makassar karena hasil rapid tesnya reaktif.

"Karena beritanya bahwa gara-gara swab anaknya meninggal. Menunggu swab. Saya bilang itu nggak bener. Yang bersangkutan ini sebenarnya sudah rapid dimana-mana dan reaktif. Cuma mereka tidak transparan. Begitu juga pada saat mereka di rumah sakit. Di rumah sakit sebenarnya udah meninggal (janinnya). Jadi diduuga sehari sebelumnya telah meninggal," kata Nurdin meluruskan.

Nurdin pun meminta tim Gugus Tugas COVID-19 mengevaluasi banyaknya tenaga kesehatan (nakes) yang terdampak virus korona. Meski Nurdin menduga, salah satu alasannya karena alat pelindung diri (APD) yang digubakan tidak berstandar, sehingga rentan terdampak.

"Dan yang lain ini kita harus ketahui para nakes kita ini, reaktif kira-kira apa reason (alasannya), gitu. Apakah tanpa menggunakan APD, ataukah APD-nya tidak standar. Ini mungkin perlu kita ketahui," ucap Ketua Gugus Tugas COVID-19 Sulsel ini.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1191 seconds (0.1#10.140)