Kuota BBM Bersubsidi Dipangkas, Nelayan di Sorong Menjerit Tak Dapat Melaut
loading...
A
A
A
SORONG - Nelayan di Kabupaten Sorong, Papua Barat, menjerit karena tak dapat melaut selama berhari-hari akibat pemangkasan kuota BBM bersubsidi. Kapal-kapal mereka hanya bersandar di dermaga Pantai Sorong, untuk menunggu pengisian solar subsidi.
SPBU khusus untuk nelayan di Pelabuhan Perikanan Sorong, saat ini hanya mendapatkan kuota 30 Kilo Liter (KL) solar bersubsidi, dari biasanya 60 KL. Kondisi ini memicu kelangkaan solar.
Kondisi ini sudah berlangsung cukup lama, nelayan harus dipusingkan dengan minimnya solar bersubsidi. Lutfi, salah satu nelayan pencari telur ikan terbang, mengaku sudah tiga hari menunggu solar bersubsidi di Pelabuhan Perikanan Sorong.
"Sekarang, hanya dapat membeli solar bersubsidi sebanyak satu ton. Itu pun harus menunggu tiga hari. Sementara untuk sekali melaut, dibutuhkan solar sebanyak 3-4 ton," ungkapnya.
Lufti berharap, kondisi ini segera ada perubahan dan ada penambahan pasokan solar bersubsidi. Sehingga, persoalan kelangkaan solar bersubsidi untuk para nelayan di Sorong, dapat segera diatasi.
Pengelola SPBU Nelayan Momar, Yohana mengatakan, alokasi solar untuk SPBU Nelayan ini normalnya 60 KL. "Bahkan, sempat dihentikan dan terjadi pengurangan menjadi 15 KL. Baru beberapa hari ini naik menjadi 30 KL," ungkapnya.
Pasokan solar bersubsidi sebanyak 30 KL tersebut, menurut Yohana, tidak mampu memenuhi tingginya permintaan para nelayan. "Saat ini kapal-kapal nelayan harus menunggu berhari-hari di pelabuhan, menunggu solar bersubsidi untuk melaut," imbuhnya.
SPBU khusus untuk nelayan di Pelabuhan Perikanan Sorong, saat ini hanya mendapatkan kuota 30 Kilo Liter (KL) solar bersubsidi, dari biasanya 60 KL. Kondisi ini memicu kelangkaan solar.
Kondisi ini sudah berlangsung cukup lama, nelayan harus dipusingkan dengan minimnya solar bersubsidi. Lutfi, salah satu nelayan pencari telur ikan terbang, mengaku sudah tiga hari menunggu solar bersubsidi di Pelabuhan Perikanan Sorong.
"Sekarang, hanya dapat membeli solar bersubsidi sebanyak satu ton. Itu pun harus menunggu tiga hari. Sementara untuk sekali melaut, dibutuhkan solar sebanyak 3-4 ton," ungkapnya.
Lufti berharap, kondisi ini segera ada perubahan dan ada penambahan pasokan solar bersubsidi. Sehingga, persoalan kelangkaan solar bersubsidi untuk para nelayan di Sorong, dapat segera diatasi.
Baca Juga
Pengelola SPBU Nelayan Momar, Yohana mengatakan, alokasi solar untuk SPBU Nelayan ini normalnya 60 KL. "Bahkan, sempat dihentikan dan terjadi pengurangan menjadi 15 KL. Baru beberapa hari ini naik menjadi 30 KL," ungkapnya.
Pasokan solar bersubsidi sebanyak 30 KL tersebut, menurut Yohana, tidak mampu memenuhi tingginya permintaan para nelayan. "Saat ini kapal-kapal nelayan harus menunggu berhari-hari di pelabuhan, menunggu solar bersubsidi untuk melaut," imbuhnya.
(eyt)