Nestapa Caca Gadis Cilik asal Ligung Majalengka, Ada Tumor Besar di Perutnya

Senin, 22 Juni 2020 - 13:24 WIB
loading...
Nestapa Caca Gadis Cilik...
Caca bersama ibu dan ayahnya, Neni-Taryan. Foto/SINDOnews/Inin Nastain
A A A
MAJALENGKA - Keceriaan Caca al-Zahra, bocah kelas 4 SD, seketika redup sejak beberapa bulan terakhir. Bahkan, di usianya yang masih belia, anak kedua dari pasangan suami istri Taryan dan Neni, warga Blok Sukatani, Rt 02/04, Desa Sukawera, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat itu, kini dihadapkan dengan ruang operasi.

Kondisi tersebut terpaksa harus dihadapi Nok, demikian panggilan sayang orang tua untuk Caca, lantaran saat ini di tubuh Caca terdapat benjolan tumor yang cukup besar. Sebelum menjalani operasi, beberapa pekan lalu dia juga harus menjalani kemoterapi. (BACA JUGA: Dampak Corona, Penderita Tumor Rahim Ini Tak Jua Dioperasi )

"Ada benjolan, bengkak gitu, di bawah pusar. Awal ketahuannya Februari lalu, karena nok ngeluh sakit. Ukurannya saat itu masih kecil. Sekarang semakin besar. Saat itu dia juga demam," kata Neni, ibu kandung Caca, saat berbincang dengan SINDONews di kediamannya.

Akibat sakit yang dideritanya, kini angankan beraktivitas, untuk sekadar duduk dan makanpun, Caca sudah tidak bisa leluasa lagi. (BACA JUGA: Diserang Tumor Otak, Warga Miskin di Merangin Ini Butuh Bantuan )

"Sebelum sakit mah, dia teh anaknya aktif, tapi nggak manja. Pas awal masuk sekolah dulu, hanya hari pertama saja dianter. Setelah itu nggak mau dianter lagi. Terus kalau mau sekolah, ya dia nyiapin sendiri dari mulai mandi, pakai seragam, nyisir. Segalanya. Main sama teman-temannya ya ceria," ujar Neni.

"Sekarang, sejak mulai ada tumor itu, ya begini. Kalau makan atau duduk saja, dia merasa 'eungap' (sesak napas). Apalagi kalau buang air besar (BAB), dia sering nangis. Karena benjolan itu sudah menutupi saluran buang airnya. Kalau (nafsu) makan mah, seperti biasa sih, tapi ya gitu, cepet merasa 'eungap' sama sakit kalau BAB," tutur sang ibu.

Keceriaan Caca di sekolah juga disampaikan Hana Munawaroh, salah seorang guru di Madrasah Diniyah. Sebelum sakit, Caca merupakan sosok ceria setiap kali berada di sekolah.

"Baik dan ceria. Untuk pelajaran juga, dia termasuk murid yang cepat nangkap (mengerti). Sekarang lihat kondisinya seperti ini," kata Hana sambil meneteskan air mata.

Butuh Uluran Tangan Dermawan
Untuk mendapatkan biaya agar penyakit putrinya itu ditangani dokter, kini Taryan dan Neni harus memeras otak. Saat ini, Caca memiliki jadwal rutin untuk periksa ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Hasan Sadikin atau RSHS Bandung sesuai rujukan dari dokter di RSUD Cideres.

"Dari (RSUD) Cideres dirujuk ke (RS) Hasan Sadikin, karena di sana (RSUD Cideres) nggak ada alatnya. Kami sempat minta dirujuk ke RS yang ada di Cirebon saja, biar deket. Tapi katanya sama, di sana (RS di Cirebon) juga nggak bisa," kata Taryan.

Keinginan Taryan agar Caca dirujuk ke RS di Cirebon, salah satunya adalah atas pertimbangan biaya. Meskipun untuk pengobatan Caca menggunakan kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau BPJS Kesehatan, tetapi tetap diperlukan biaya untuk membayar ongkos transportasi dan memenuhi kebutuhan selama Caca menjalani perawatan di Kota Bandung.

Pasalnya, saat di RSHS, Caca menjalani Kemotherapi yang memaksa mereka tinggal di sana selama sekitar 5 hari. "Waktu ke Bandung, kami pake angkutan umum. Karena kalau nyewa mobil kan pasti lebih mahal. Belum lagi kebutuhan kami selama di sana," ujar dia.

"Untuk kebutuhan perawatan Nok mah ada BPJS, dari pabrik. Tapi kami mau resign, jadi ya nggak tahu nanti gimana nasibnya BPJS itu," tutur Neni.

Di luar biaya untuk kebutuhan sehari-hari, pascakemotherapi juga meninggalkan 'masalah' baru bagi Caca. Pengalaman kemotherapi sebelumnya, Caca mendadak jadi 'rewel' dalam banyak hal.

"Lemas, muntah, nggak mau makan. Bau masakan juga enek, katanya. Kondisi itu berlangsung sampai sekitar dua pekan setelah kemo. Biasanya dia teh nggak suka mabuk kalau naik mobil, tapi pas pulang abis kemo, dia beberapa kali mabuk," kata Neni.

"Proses Kemotherapi di RSHS selama lima hari. Kalau pelayanan (di RSHS) mah, alhamdulillah bagus, terimakasih. Tapi ya itu, untuk kebutuhan pas ke Bandungnya itu, yang bikin bingung. Jadwalnya empat kali lagi, nanti tanggal 25 Juni ke sana (RSHS) lagi, untuk kemo," tutur dia.

Naluri orang tua yang tidak tega melihat anaknya kesakitan, ditambah lagi dengan keharusan mencari cara agar terkumpul uang untuk sementara terpaksa harus dikesampingkan Taryan dan Neni. Harapan besar Nok bisa sembuh agar keceriannya kembali, jadi satu-satunya yang saat ini ada di benak mereka berdua.

"Kami sudah kangen dengan keceriaan Nok. Mudah-mudahan selalu ada jalan agar Nok bisa sehat lagi," kata Neni lirih penuh harap.
(awd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2470 seconds (0.1#10.24)