Ketum IKA UPI Sebut Wabah COVID-19 Percepat Revolusi Industri 4.0

Minggu, 21 Juni 2020 - 07:57 WIB
loading...
Ketum IKA UPI Sebut...
Ketum IKA UPI Enggartiasto Lukito (kiri atas) menjadi pembicara dalam webinar Pendidikan Tinggi dan Iptek: Membangun Kemandirian dan Daya Saing Bangsa. Foto/Tangkapan Layar Webinar
A A A
BANDUNG - Selalu ada hikmah di balik musibah. Istilah itu kiranya tepat dialamatkan pada situasi dan kondisi akibat pandemi COVID-19 saat ini. Di balik pandemi, revolusi industri 4.0 yang kerap digaungkan, tanpa disadari berjalan lebih cepat dari yang dibayangkan.

Pandemi COVID-19 telah 'memaksa' seluruh sektor kehidupan di Tanah Air menerapkan digitaliasi sebagai ciri utama revolusi industri 4.0, dari sektor perekonomian, ketenagakerjaan, hingga pendidikan. (BACA JUGA: Update Corona Jabar: Pasien Positif Tembus 2.758 Orang, Tambah 52 Kasus )

"Bagaimana kita awalnya menghadapi revolusi industri 4.0. Kemudian, tanpa kita rencanakan, kita melakukan percepatan digitalisasi di semua aspek kehidupan sekarang ini," kata Ketua Umum (Ketum) Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI) Enggartiasto Lukita dalam Webinar bertajuk "Pendidikan Tinggi dan Iptek: Membangun Kemandirian dan Daya Saing Bangsa", Sabtu (20/6/2020).

Mantan Menteri Perdagangan (Mendag) itu mencontohkan, akibat pandemi COVID-19, dunia pendidikan mau tak mau harus menerapkan konsep belajar mengajar secara virtual, mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. (BACA JUGA: Pelatihan Bertani on Cloud, Manfaatkan Pekarangan Jadi Lebih Produktif )

"Walaupun, catatannya, kita dari sisi keterjangkauan belum seluruhnya bisa menjangkau ke seluruh bagian dari negara. Tetapi, ini kita sudah mulai, bahkan sampai belanja, perdagangan, dan berbagai hal lainnya melalui digital," ujar dia. (BACA JUGA: Mau daftar SD dan SMP Negeri di Bandung, Ini Kuotanya )

Dalam webinar yang digelar Pengurus Pusat IKA UPI itu, pria yang akrab disapa Enggar itu menilai, akselerasi revolusi industri 4.0 telah membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk mendapatkan manfaat di balik pandemi COVID-19 melalui penerapan teknologi informasi di berbagai bidang kehidupan.

Terlebih, tutur Enggar, percepatan penerapan teknologi sudah dibarengi cara berpikir bangsa Indonesia terhadap teknologi. Kondisi tersebut, menurutnya, dapat dimanfaatkan untuk menggali dan memanfaatkan ilmu pengetahuan demi meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam rangka mewujudkan kemandirian bangsa.

"Kondisi ini harus diantisipasi sekaligus dimanfaatkan secara cermat oleh berbagai elemen masyarakat, terutama akademisi, dunia usaha, dan pemerintah untuk menghindari dampak buruk pandemi sekaligus tetap memajukan berbagai bidang pembangunan," tutur Enggar.

Senada dengan Enggar, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Prof Nizam mengatakan, tanpa terpikirkan sebelumnya, bangsa Indonesia ternyata mampu berinovasi dan menciptakan berbagai alat medis untuk mengatasi wabah COVID-19.

Dia mencontohkan, di Jawa Barat, perguruan tinggi berperan besar dalam menciptakan alat tes COVID-19 dengan kualitas yang sama, bahkan lebih baik dibandingkan alat tes COVID-19 impor. Bahkan, Jabar pun kini dapat memproduksi ventilator yang biasanya diimpor dengan harga mahal.

Tidak hanya itu, di tengah tekanan akibat pandemi COVID-19, inovasi dan kreativitas pun bermunculan. Seperti produksi robot disinfektan hingga berbagai peralatan penunjang lainnya yang ternyata juga dilirik negara lain.

"Gayung pun bersambut, hasil karya akademisi itu diterima industri untuk diproduksi secara massal. Ini salah satu perkawinan yang luar biasa sekali yang dipicu oleh virus corona ini. Sampai kita sendiri bertanya, kok bisa kita membuat hal kreatifitas seperti itu," kata Nizam.

Hasil kolaborasi akademisi dan kalangan industri itu pun, lanjut Nizam, kini sudah membuahkan hasil, seperti produksi 100.000 alat rapid test oleh perusahaan dalam negeri dan telah digunakan rumah sakit umum dan rumah sakit kampus untuk menangani pasien COVID-19.

"Ini adalah sesuatu yang terjadi, dipaksa oleh keadaan, oleh kondisi sekarang. Ini bisa menunjukkan bahwa teknologi merah putih (Indonesia) bisa kita andalkan. Ke depan, harus bisa lebih kita majukan ke industri dengan mata airnya adalah perguruan tinggi," ujar dia.

Berkaca pada fenomena tersebut, tutur Nizam, ke depan, hasil riset perguruan tinggi jangan hanya menjadi tumpukan kertas, namun harus ditindaklanjuti melalui kolaborasi dengan pihak industri, agar dapat diwujudkan menjadi sebuah produk yang bermanfaat bagi masyarakat.

"Untuk membangun kedaulatan teknologi, pangan, obat-obatan, hingga alat kesehatan kuncinya hanya satu, perguruan tinggi harus terbuka dan industri mau menengok dan mau masuk ke perguruan tinggi," tutur Nizam.
(awd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1629 seconds (0.1#10.140)