Menkes-Menko PMK Nilai Penanganan COVID-19 di Jabar Semakin Baik
loading...
A
A
A
"Sekarang kondisinya baik, sebagian (daerah) masih (zona) oranye, ada kuning, tapi sudah mulai menghijau kalau dilihat secara gugus parsial, ini bagus untuk Jabar," sambungnya.
Muhajir pun mengapresiasi RSHS Bandung yang sudah mulai menerapkan pengobatan pasien positif COVID-19 dengan metode convalescent plasma dan berhasil membuat kondisi pasien membaik.
"Hasil laporan dari ketua tim juga sudah bagus, hasilnya membaik untuk yang diobati," ujarnya seraya mengatakan, Menkes akan memberikan bantuan peralatan untuk memastikan metode pengobatan tersebut dapat direkomendasikan untuk seluruh Indonesia.(Baca juga : 2 Bulan Berhenti Akibat Pandemi, KA Kaligung Kembali Beroperasi )
Sementara itu, Gubernur Jabar, Ridwan Kamil menuturkan, kasus COVID-19 di Jabar relatif terkendali dimana peningkatan kasus rata-rata 30 kasus per hari. Menurut dia, penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai level provinsi hingga desa serta tes COVID-19 secara masif menjadi kunci penanganan COVID-19 di Jabar.
"Sudah enam pekan angka reproduksi COVID-19 (Rt) kita di bawah 1. Kami di Jabar selalu ilmiah dalam mengambil keputusan. Kami libatkan epidemologis dari perguruan tinggi, ada ahli ekonomi juga. Yang sembuh sudah mendekati angka kasus aktif. Di rumah sakit juga (pasien Covid-19) sudah sedikit. Dari 100 persen kapasitas ruang inap sekarang hanya 29 persen yang dipakai," paparnya.
Meski demikian, Gubenur yang akrab disapa Kang Emil itu mengakui, Jabar memiliki tantangan besar dalam proses transisi adaptasi kebiasaan baru (AKB). Oleh karenanya, dia menginstruksikan Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar terus menggelar tes COVID-19, khususnya di pusat-pusat keramaian, agar masyarakat tak larut dalam euforia.
"Tantangannya, kita ini provinsi paling dekat dengan episentrum. Kami sudah buka kegiatan ekonomi, rumah ibadah dan lain-lain. Kami juga ngetes wisatawan di Puncak karena orang Jakarta sulit ditahan. Makanya kami periksa dipaksa swab, kalau ada anomali kami tutup, kalau enggak kami buka," katanya.
Muhajir pun mengapresiasi RSHS Bandung yang sudah mulai menerapkan pengobatan pasien positif COVID-19 dengan metode convalescent plasma dan berhasil membuat kondisi pasien membaik.
"Hasil laporan dari ketua tim juga sudah bagus, hasilnya membaik untuk yang diobati," ujarnya seraya mengatakan, Menkes akan memberikan bantuan peralatan untuk memastikan metode pengobatan tersebut dapat direkomendasikan untuk seluruh Indonesia.(Baca juga : 2 Bulan Berhenti Akibat Pandemi, KA Kaligung Kembali Beroperasi )
Sementara itu, Gubernur Jabar, Ridwan Kamil menuturkan, kasus COVID-19 di Jabar relatif terkendali dimana peningkatan kasus rata-rata 30 kasus per hari. Menurut dia, penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai level provinsi hingga desa serta tes COVID-19 secara masif menjadi kunci penanganan COVID-19 di Jabar.
"Sudah enam pekan angka reproduksi COVID-19 (Rt) kita di bawah 1. Kami di Jabar selalu ilmiah dalam mengambil keputusan. Kami libatkan epidemologis dari perguruan tinggi, ada ahli ekonomi juga. Yang sembuh sudah mendekati angka kasus aktif. Di rumah sakit juga (pasien Covid-19) sudah sedikit. Dari 100 persen kapasitas ruang inap sekarang hanya 29 persen yang dipakai," paparnya.
Meski demikian, Gubenur yang akrab disapa Kang Emil itu mengakui, Jabar memiliki tantangan besar dalam proses transisi adaptasi kebiasaan baru (AKB). Oleh karenanya, dia menginstruksikan Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar terus menggelar tes COVID-19, khususnya di pusat-pusat keramaian, agar masyarakat tak larut dalam euforia.
"Tantangannya, kita ini provinsi paling dekat dengan episentrum. Kami sudah buka kegiatan ekonomi, rumah ibadah dan lain-lain. Kami juga ngetes wisatawan di Puncak karena orang Jakarta sulit ditahan. Makanya kami periksa dipaksa swab, kalau ada anomali kami tutup, kalau enggak kami buka," katanya.
(nun)