Menkes-Menko PMK Nilai Penanganan COVID-19 di Jabar Semakin Baik

Sabtu, 20 Juni 2020 - 21:05 WIB
loading...
Menkes-Menko PMK Nilai Penanganan COVID-19 di Jabar Semakin Baik
Menkes dan Menko PMK saat mengunjungi RSHS sebagai rumah sakit rujukan COVID-19 di Provinsi Jabar. Foto:SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhajir Effendy menilai, penanganan COVID-19 di Provinsi Jabar semakin baik.

Penilaian tersebut disampaikan Menkes dan Menko PMK saat keduanya mengunjungi Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung yang merupakan rumah sakit rujukan pasien COVID-19 di Provinsi Jabar, Sabtu (20/6/2020).

Menurut Menkes, sinergitas antarlembaga membuat penanganan COVID-19 di Jabar berjalan baik. Begitupun dengan kinerja rumah sakit dan para tenaga medis yang membuat kasus COVID-19 di Jabar relatif bisa terkendali.

"Kita melihat effort dari Pemprov Jabar begitu bagus dan hasilnya membuat Provinsi Jabar semkain membaik dalam penanganan Covid-19," ungkap Menkes.

Menkes juga menilai, rumah sakit di Jabar sangat baik dalam merawat pasien COVID-19. Hal itu ditandai dengan sedikitnya jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit, sehingga rumah sakit tidak dipenuhi pasien COVID-19.

"Sehingga, masih banyak relaksasi waktu, betul-betul tim dokter bisa mempunyai konsentrasi untuk menangani pasien yang berat dengan baik," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Menkes juga menyampaikan komitmennya untuk membantu memfasilitasi proses pendaftaran sejumlah alat medis COVID-19 yang diproduksi di Jabar kepada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), agar bisa diproduksi massal.

Seperti diketahui, Jabar berhasil membuat sejumlah alat medis untuk penanganan COVID-19, di antaranya ventilator buatan PT Dirgantara Indonesia, rapid test antigen karya ITB dan Unpad, serta laboratorium kontainer buatan PT Biofarma.

Senada dengan Menkes, Menko PMK, Muhajir Effendy pun menilai, penanganan COVID-19 di provinsi berpenduduk hampir 50 juta jiwa ini sudah sangat baik. Hal itu ditandai dengan level kewaspadaan daerah di Jabar yang relatif sudah baik.

"Tadi ada penjelasan dari Gubernur tentang bagaimana langkah sistematis di Jabar untuk menangani COVID-19. Menurut saya, Jabar termasuk sangat bagus di dalam penanganan Covid-19 dengan jumlah penduduk terbesar," ungkapnya.

"Sekarang kondisinya baik, sebagian (daerah) masih (zona) oranye, ada kuning, tapi sudah mulai menghijau kalau dilihat secara gugus parsial, ini bagus untuk Jabar," sambungnya.

Muhajir pun mengapresiasi RSHS Bandung yang sudah mulai menerapkan pengobatan pasien positif COVID-19 dengan metode convalescent plasma dan berhasil membuat kondisi pasien membaik.

"Hasil laporan dari ketua tim juga sudah bagus, hasilnya membaik untuk yang diobati," ujarnya seraya mengatakan, Menkes akan memberikan bantuan peralatan untuk memastikan metode pengobatan tersebut dapat direkomendasikan untuk seluruh Indonesia.(Baca juga : 2 Bulan Berhenti Akibat Pandemi, KA Kaligung Kembali Beroperasi )

Sementara itu, Gubernur Jabar, Ridwan Kamil menuturkan, kasus COVID-19 di Jabar relatif terkendali dimana peningkatan kasus rata-rata 30 kasus per hari. Menurut dia, penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai level provinsi hingga desa serta tes COVID-19 secara masif menjadi kunci penanganan COVID-19 di Jabar.

"Sudah enam pekan angka reproduksi COVID-19 (Rt) kita di bawah 1. Kami di Jabar selalu ilmiah dalam mengambil keputusan. Kami libatkan epidemologis dari perguruan tinggi, ada ahli ekonomi juga. Yang sembuh sudah mendekati angka kasus aktif. Di rumah sakit juga (pasien Covid-19) sudah sedikit. Dari 100 persen kapasitas ruang inap sekarang hanya 29 persen yang dipakai," paparnya.

Meski demikian, Gubenur yang akrab disapa Kang Emil itu mengakui, Jabar memiliki tantangan besar dalam proses transisi adaptasi kebiasaan baru (AKB). Oleh karenanya, dia menginstruksikan Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar terus menggelar tes COVID-19, khususnya di pusat-pusat keramaian, agar masyarakat tak larut dalam euforia.

"Tantangannya, kita ini provinsi paling dekat dengan episentrum. Kami sudah buka kegiatan ekonomi, rumah ibadah dan lain-lain. Kami juga ngetes wisatawan di Puncak karena orang Jakarta sulit ditahan. Makanya kami periksa dipaksa swab, kalau ada anomali kami tutup, kalau enggak kami buka," katanya.
(nun)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5193 seconds (0.1#10.140)