Budidaya Pisang Cavendish, Asa di Tengah Pandemi COVID-19

Jum'at, 19 Juni 2020 - 14:50 WIB
loading...
Budidaya Pisang Cavendish, Asa di Tengah Pandemi COVID-19
Kebun pisang cavendish milik Susanto, mampu bertahan dari krisis akibat pandemi COVID-19. Foto/SINDOnews/Edi Purwanto
A A A
Hamparan warna hijau menyergap. Ratusan tandan pisang menusuk retina mata, mengirim sinyal ke otak. Seperti air segar mengalir ke dalam tenggorokan, kebun pisang di Desa Kapi, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, itu menyajikan kesejukan lahir dan batin di tengah udara yang panas menyengat.

(Baca juga: Polisi Selidiki Raibnya Rp5 Miliar Milik Nasabah BMT Insan Mandiri )

Total luas kebun pisang cavendish itu ada lima hektare. Terbagi menjadi lima petak besar. Masing-masing petak terhubung jalan berukuran sekitar 2 meter. Dari ujung ke ujung yang tampak adalah hijau daun pisang.

Yang lebih membangkitkan rasa bersyukur adalah buahnya. Hampir semua pohon pisang sedang berbuah mendekati panen. Tinggi tandan pisang berkisar 1 meter, dengan jumlah sisir antara 10 sampai 15 sisir.

Nikmat mana yang engkau dustakan. Kalimat itu yang selalu terngiang saat berjalan di tengah kebun pisang. Indonesia negeri yang subur. Tongkat dan kayu jadi tanaman. Apalagi pohon pisang yang cocok ditanam pada suhu 26 sampai 30 derajat celcius.

"Kebun ini baru berumur tiga tahun. Sudah 6 sampai 7 kali panen, atau satu kali panen membutuhkan waktu 7-8 bulan," kata Ian Cavendish, penanggung jawab kebun pisang milik H Susanto, Rabu (17/6/2020).

Ian enggan menyebutkan nama lengkapnya. "Sebut saja Ian Cavendish karena lebih dikenal dengan sebutan itu," lanjut pria berumur sekira 35 tahun tersebut. Ian selama ini bertanggung jawab memelihara ribuan tanaman pisang Cavendish milik Susanto.

(Baca juga: Lanjutkan Kompetisi IBL, PB Perbasi Tunggu Arahan FIBA )

Dia bersama 12 orang staf, yang ke sana kemari memelihara pohon pisang agar menghasilkan pisang cavendish berkualitas. Sebutan Ian Cavendish akhirnya melekat dengan sendirinya.

"Menanam pisang bukan hal yang sulit. Tanah dibuat lubang ukuran 50 x 50 cm dan ke dalaman sekitar 30 cm. Selanjutnya kasih pupuk organik. Langsung bisa ditanam," ujarnya sedikit memberi tips.

Perbincangan seru dengan Ian berlangsung di bawah pohon pisang yang rindang. Sinar matahari pukul 13.30 WIB nyaris redup tertutup hijau daun pisang. "Pak Haji Susanto masih istirahat siang. Sebentar lagi akan kemari," lanjut Ian. Dia lantas menunjukkan bangunan semi permanen tempat pembibitan dan pengolahan pasca panen.

Bangunan itu ada di samping kebun. Luasnya sekitar 15 x 15 meter persegi. Pada sudut bangunan, ada lima orang yang mengerubuti tiga tandan pisang. Ternyata mereka bertugas menyisir pisang. Pria lainnya menghadap dua tandon air berkapasitas 1000 liter. Tandon air itu untuk membersihkan getah pisang.

"Permintaan pisang selama Corona ini cenderung meningkat. Seminggu sekali bisa 400 sampai 500 boks karton dikirim ke Surabaya. Satu boks nya berisi 13 kg pisang," kata Ian.

Menurut Ian, kebun pisang H Susanto membuka pintu lebar bagi yang ingin belajar tentang perawatan pisang. Banyak petani, atau komunitas lain yang sudah datang ke kebun untuk belajar atau sekadar cuci mata. "Monggo kalau yang ingin belajar. Pak Haji juga terbuka," imbuhnya.

Budidaya Pisang Cavendish, Asa di Tengah Pandemi COVID-19


Pasar Pisang Masih Terbuka Lebar

Produksi pisang di Indonesia, menurut Pusat Kajian Hortikultura Tropika LPPM IPB, tahun 2007 mencapai sekitar 5.2 juta ton per tahun yang merupakan campuran berbagai jenis pisang.

Dari produksi pisang yang dihasilkan di Indonesia, 90% untuk konsumsi dalam negeri, sedangkan sisanya adalah untuk ekspor. Konsumsi pisang pada tahun 2005 mencapai 7.85 kg/kapita/tahun atau sekitar 30% dari total konsumsi buah/kapita/tahun (Deptan, 2007).

Volume ekspor pisang Indonesia untuk pasar manca negara mulai tahun 1995 sampai dengan 2000 mengalami peningkatan. Peningkatan nilai ekspor ini selain disebabkan oleh meningkatnya volume pisang yang di minta juga oleh bertambahnya negara pengimpor pisang dari Indonesia. Akan tetapi terjadi penurunan nilai ekspor sejak tahun 2001-2002 dan kembali meningkat pada tahun 2003-2006.

(Baca juga: Zoom Tawarkan Fitur Enkripsi untuk Pengguna Gratis )

Pasang surut nilai ekspor pisang Indonesia terutama disebabkan oleh hancurnya perkebunan pisang di Halmahera, dan Lampung akibatnya produksi pisang nasional Indonesia menjadi turun dratis.

Untuk petani yang mengincar pasar ekspor, pusat kajian IPB menilai petani harus bermitra dengan beberapa perusahaan seperti PT Nusantara Tropical Fruits (NTF) dengan Del Monte, Ekspor pisang Indonesia ke berbagai negara berasal dari produksi perkebunan besar seperti PT. NTF dan PT.Global Agronusa Indonesia (GAI).

Pasar Kebun Pisang Susanto belum mengarah ke ekspor atau wilayah di luar Jawa Timur. Tapi untuk melayani permintaan di daerah Kabupaten Kediri dan beberapa kota di Jawa Timur sudah kewalahan.

Pemilik Kebun Pisang Desa Kapi, Susanto menuturkan, kebun pisang miliknya merupakan hasil perenungan setelah berkiprah selama 35 tahun dari pekerjaannya di tambang batu bara, Kalimantan Timur.

"Saat harga minyak jatuh, batu bara juga jatuh. Saya berpikir investasi ke bidang apa, properti atau yang lain. Tapi setelah dipikir lebih mendalam akhirnya saya pilih menanam pisang. Saya ingin menikmati hidup. Apalagi yang dicari," kata Susanto ditemui seusai istirahat siang.

Menurut Susanto, meski sudah ada 11 hektare lahan yang ditanami pisang, hidupnya jauh lebih tenang karena perawatan pisang sangat mudah. Tidak seperti petani cabai yang masih stres memikirkan harga cabai yang anjlok, sekali tanam bibit pisang bisa sampai 3 tahun panen. Harga pisang juga relatif stabil.

Satu hektare lahan bisa diisi 2.250 bibit pisang. Dalam 7-8 bulan sudah panen pisang. Juga panen anak pisang yang hanya diambil dua batang untuk ditumbuhkan.

"Anggap saja satu tanda pisang dijual Rp 50 ribu (harga di pasar bisa mencapai Rp 150 ribu per tandan), petani sudah mengantongi uang Rp 112.5 juta. Padahal itu hanya memasok pasar di daerah kita sendiri, belum ke mana mana," tandas pria asli Udanawu, Kabupaten Blitar ini.

(Baca juga: WHO Optimistis Ratusan Juta Dosis Vaksin Covid-19 Bisa Siap Sebelum 2021 )

Demikian pula pada saat musim pandemi COVID-19. Saat bidang-bidang lain terdampak, seperti banyak pemutusan hubungan kerja, penurunan penjualan, justru kebun pisang Susanto semakin eksis.

Permintaan pisang tetap lancar bahkan sedikit kewalahan melayani pesanan dari daerah lain."Bagi yang ingin belajar tentang pisang monggo bisa berdiskusi dan belajar di tempat kami," katanya.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1212 seconds (0.1#10.140)