Renungan Paskah Umat Kristiani, Ini Pesan Tokoh Agama di Papua
loading...
A
A
A
"Aksi penistaan, fitnah, iri hati, kebencian dan dendam sedang merajalela dalam hubungan antar manusia, suku, ras, agama, dan kelompok masyarakat baik secara horizontal maupun secara vertikal dengan pemerintah," tegasnya.
Menurutnya, kehidupan saat ini dipenuhi dengan keburukan komunikasi dan kecenderungan/pretensi untuk saling mengungguli (kalau tidak hendak disebut sebagai saling membantai satu sama lain).
Merayakan dan menjalani Minggu Paskah, lanjut dia, bukan sekedar merayakan atau menyelengarakan perayaan-perayaan gerejawi dengan ritus-ritus dan seremoni-seremoni yang panjang dan syahdu saja.
"Merayakan dan menjalani Minggu Paskah adalah saat terindah untuk memeriksa suasana batin dan membersihkannya dari semua beban perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak mengandung berkat, kemudian mengisi kembali batin dan menyalakan nurani kemanusiaan yang suci, mulia, adil dan beradab sebagaimana diperlihatkan oleh Kristus ketika Ia berdoa “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan (Lukas 23:34 )," ucapnya.
Dia menambahkan, "Bukankah Tuhan mengajar kita untuk hidup kudus sebagai warga kerajaan Surgawi yang senantiasa mengamalkan nilai-nilai surgawi yaitu Kasih, Kebenaran, Keadilan, Damai, sejahtera dan suka cita oleh Roh Kudus ( Roma 14 ; 17 )".
Kehidupan beradab dan bermartabat di mana setiap orang mengamalkan dan menjunjung sikap penghargaan, penghormatan, kesamaan derajat dan saling mengutamakan serta toleransi berdasarkan kasih.
"Dengan kata lain, hidup Kudus adalah hidup dalam keseimbangan dengan sesama manusia dan alam sekitar (bandingkan Matius 25 : 40). Dengan memperingati sengsara dan salib Yesus Kristus sebagai puncak dari iman Kristiani, setiap pribadi Kristen menghayati arti dan makna dari kasih, pengampunan dan ketaatan," tukasnya.
Selain itu, pengampunan adalah sebuah tindak etis untuk merangkul kembali sesama yang terdepak dan terpinggirkan dari kehidupan kita oleh berbagai sebab; serta membalut semua luka batin, mencabut akar kepahitan dan melepaskan pengampunan tanpa syarat.
Sedangkan ketaatan adalah kehidupan dalam irama hidup yang serasi dan sepadan, seimbang adil dan bijaksana sesuai ajaran Krisus Yesus Tuhan kita (Titus 2 : 12).
"Itulah sebabnya puncak penyaliban didahului oleh tujuh minggu perenungan dan puasa batiniah. Dalam menghayati dan memaknai minggu–minggu sengsara, kematian dan kebangkitan Kristus, saya dapat menyampaikan beberapa pandangan yang dapat menjadi bahan perenungan bersama," turutnya
Menurutnya, kehidupan saat ini dipenuhi dengan keburukan komunikasi dan kecenderungan/pretensi untuk saling mengungguli (kalau tidak hendak disebut sebagai saling membantai satu sama lain).
Merayakan dan menjalani Minggu Paskah, lanjut dia, bukan sekedar merayakan atau menyelengarakan perayaan-perayaan gerejawi dengan ritus-ritus dan seremoni-seremoni yang panjang dan syahdu saja.
"Merayakan dan menjalani Minggu Paskah adalah saat terindah untuk memeriksa suasana batin dan membersihkannya dari semua beban perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak mengandung berkat, kemudian mengisi kembali batin dan menyalakan nurani kemanusiaan yang suci, mulia, adil dan beradab sebagaimana diperlihatkan oleh Kristus ketika Ia berdoa “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan (Lukas 23:34 )," ucapnya.
Dia menambahkan, "Bukankah Tuhan mengajar kita untuk hidup kudus sebagai warga kerajaan Surgawi yang senantiasa mengamalkan nilai-nilai surgawi yaitu Kasih, Kebenaran, Keadilan, Damai, sejahtera dan suka cita oleh Roh Kudus ( Roma 14 ; 17 )".
Kehidupan beradab dan bermartabat di mana setiap orang mengamalkan dan menjunjung sikap penghargaan, penghormatan, kesamaan derajat dan saling mengutamakan serta toleransi berdasarkan kasih.
"Dengan kata lain, hidup Kudus adalah hidup dalam keseimbangan dengan sesama manusia dan alam sekitar (bandingkan Matius 25 : 40). Dengan memperingati sengsara dan salib Yesus Kristus sebagai puncak dari iman Kristiani, setiap pribadi Kristen menghayati arti dan makna dari kasih, pengampunan dan ketaatan," tukasnya.
Selain itu, pengampunan adalah sebuah tindak etis untuk merangkul kembali sesama yang terdepak dan terpinggirkan dari kehidupan kita oleh berbagai sebab; serta membalut semua luka batin, mencabut akar kepahitan dan melepaskan pengampunan tanpa syarat.
Sedangkan ketaatan adalah kehidupan dalam irama hidup yang serasi dan sepadan, seimbang adil dan bijaksana sesuai ajaran Krisus Yesus Tuhan kita (Titus 2 : 12).
"Itulah sebabnya puncak penyaliban didahului oleh tujuh minggu perenungan dan puasa batiniah. Dalam menghayati dan memaknai minggu–minggu sengsara, kematian dan kebangkitan Kristus, saya dapat menyampaikan beberapa pandangan yang dapat menjadi bahan perenungan bersama," turutnya