Kisah Kolonel Sentot, Pemimpin Pasukan Setan yang Ditakuti Belanda karena Kebal Peluru
loading...
A
A
A
Pada Desember 1961, MA Sentot dipindah tugaskan dan ditempatkan sebagai Pamen SUAD III Mabes AD di Jakarta. Kemudian, pada Maret 1963, ia ditugaskan di Operasi Karya menjabat Asisten III dan Juni 1966 dipindahkan kembali ke Mabes AD. Pada Oktober 1969, pangkatnya naik menjadi Kolonel.
MA Sentot pensiun dari tentara pada tahun 1980 dengan pangkat terakhirnya, yaitu Brigadir Jenderal (bintang satu). Setelah pensiun, MA Sentot kembali ke tengah masyarakat dan tinggal di Desa Bugel, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu.
Sentot tercatat memiliki sembilan orang anak. Pernikahannya yang pertama dengan Hj. Siti Aliyah pada tanggal 8 Mei 1946 telah memberinya lima orang anak. Sementara pernikahannya yang kedua dengan Hj. Faidah pada tanggal 12 Februari 1971 memberinya empat orang anak.
Hingga masa tuanya, M.A. Sentot menolak diperlakukan istimewa. Pejuang sekaligus pahlawan Indramayu ini memilih hidup bersama rakyat kebanyakan. Dia menyatu dengan masyarakat di sekitarnya, hingga akhirnya wafat di Rumah Sakit Pertamina Cirebon pada 6 Oktober 2001 dalam usia 76 tahun, kemudian dimakamkan di TMP Cikutra, Kota Bandung, Jawa Barat.
(Sumber: buku dan diolah dari berbagai sumber)
Lihat Juga: Kisah Penyatuan Kekuasaan Kerajaan Singasari dan Kediri Tertulis dalam Prasasti Mula-Malurung
MA Sentot pensiun dari tentara pada tahun 1980 dengan pangkat terakhirnya, yaitu Brigadir Jenderal (bintang satu). Setelah pensiun, MA Sentot kembali ke tengah masyarakat dan tinggal di Desa Bugel, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu.
Sentot tercatat memiliki sembilan orang anak. Pernikahannya yang pertama dengan Hj. Siti Aliyah pada tanggal 8 Mei 1946 telah memberinya lima orang anak. Sementara pernikahannya yang kedua dengan Hj. Faidah pada tanggal 12 Februari 1971 memberinya empat orang anak.
Hingga masa tuanya, M.A. Sentot menolak diperlakukan istimewa. Pejuang sekaligus pahlawan Indramayu ini memilih hidup bersama rakyat kebanyakan. Dia menyatu dengan masyarakat di sekitarnya, hingga akhirnya wafat di Rumah Sakit Pertamina Cirebon pada 6 Oktober 2001 dalam usia 76 tahun, kemudian dimakamkan di TMP Cikutra, Kota Bandung, Jawa Barat.
(Sumber: buku dan diolah dari berbagai sumber)
Lihat Juga: Kisah Penyatuan Kekuasaan Kerajaan Singasari dan Kediri Tertulis dalam Prasasti Mula-Malurung
(nic)