Menengok Pesantren Nurul Iman Lapas Karawang, Lantunan Ayat Suci Napi Pembunuhan Ini Bikin Merinding
loading...
A
A
A
KARAWANG - Suasana bulan Ramadhan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Karawang sedikit religius. Lantunan suara orang mengaji terdengar di sekeliling blok D yang dihuni 200 orang warga binaan. Di blok D ini berdiri Pesantren Nurul Iman dalam Masjid lapas. Kegiatan keagamaan saat Ramadhan semakin rutin dari pagi hari hingga malam.
Tidak ada yang menyangka jika suara alunan ayat suci Alquran dibacakan begitu fasih oleh Ujang Jayadi (40), warga binaan dalam kasus pembunuhan.
Baca juga: Penampakan Jembatan Apung yang Membelah Waduk Saguling, Bermunculan dan Jadi Ladang Bisnis
Ujang sebelum masuk Lapas Karawang dikenal sebagai santri di tempat tinggalnya. Namun karena alasan membela kehormatan keluarga, dia melakukan pembunuhan terhadap seseorang. "Itu masa lalu sekarang saya semakin rajin beribadah," katanya mengenang peristiwa kelam yang dialaminya.
Menurut Ujang, Pesantren Nurul Iman di Lapas Karawang yang dibangun 22 Oktober 2021 lalu, membuat dirinya lebih khusuk menjalankan ibadah. Sebelum dibangun pesantren dia hanya melakukan pengajian dan sholat di masjid lapas kemudian kembali ke sel tahanan.
Namun setelah ada pesantren setiap hari dia bisa mendengarkan ceramah atau diskusi dengan santri lapas lainnya. "Apalagi bulan ramadan saat ini kita bisa taraweh atau mendengarkan ceramah setiap harinya," katanya.
Kepala Seksi Pembinaan dan Pendidikan (Binadik) Lapas Kelas II A Karawang, Kamesworo mengatakan Pesantren Nurul Iman memang didirikan didalam Lapas Kelas II A Karawang, tepatnya di Blok D. Pendirian pesantren ini merupakan upaya pihak Lapas melakukan pembinaan moral kepada para warga binaan.
"Ketika keluar dari Lapas warga binaan sudah memiliki bekal agama kembali kemasyarakat," kata Kamesworo, Jumat (15/4/22).
Kamesworo mengatakan untuk menjadi santri didalam pesantren Nurul Iman harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu berkelakuan baik dan rajin menjalankan ibadah setiap harinya. "Sebenarnya itu harus dari kemauan sendiri kami tidak memaksakan. Jika mereka memang ingin benar-benar taubat kita hanya memfasilitasinya," katanya.
Tidak ada yang menyangka jika suara alunan ayat suci Alquran dibacakan begitu fasih oleh Ujang Jayadi (40), warga binaan dalam kasus pembunuhan.
Baca juga: Penampakan Jembatan Apung yang Membelah Waduk Saguling, Bermunculan dan Jadi Ladang Bisnis
Ujang sebelum masuk Lapas Karawang dikenal sebagai santri di tempat tinggalnya. Namun karena alasan membela kehormatan keluarga, dia melakukan pembunuhan terhadap seseorang. "Itu masa lalu sekarang saya semakin rajin beribadah," katanya mengenang peristiwa kelam yang dialaminya.
Menurut Ujang, Pesantren Nurul Iman di Lapas Karawang yang dibangun 22 Oktober 2021 lalu, membuat dirinya lebih khusuk menjalankan ibadah. Sebelum dibangun pesantren dia hanya melakukan pengajian dan sholat di masjid lapas kemudian kembali ke sel tahanan.
Namun setelah ada pesantren setiap hari dia bisa mendengarkan ceramah atau diskusi dengan santri lapas lainnya. "Apalagi bulan ramadan saat ini kita bisa taraweh atau mendengarkan ceramah setiap harinya," katanya.
Kepala Seksi Pembinaan dan Pendidikan (Binadik) Lapas Kelas II A Karawang, Kamesworo mengatakan Pesantren Nurul Iman memang didirikan didalam Lapas Kelas II A Karawang, tepatnya di Blok D. Pendirian pesantren ini merupakan upaya pihak Lapas melakukan pembinaan moral kepada para warga binaan.
"Ketika keluar dari Lapas warga binaan sudah memiliki bekal agama kembali kemasyarakat," kata Kamesworo, Jumat (15/4/22).
Kamesworo mengatakan untuk menjadi santri didalam pesantren Nurul Iman harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu berkelakuan baik dan rajin menjalankan ibadah setiap harinya. "Sebenarnya itu harus dari kemauan sendiri kami tidak memaksakan. Jika mereka memang ingin benar-benar taubat kita hanya memfasilitasinya," katanya.
(msd)