Jenderal Sudirman, Panglima Besar yang Pimpin Perang Gerilya dengan 1 Paru-paru
loading...
A
A
A
Begitu tingginya semangat bela negara Pak Dirman, hingga muncul ungkapan bahwa Sudirman memimpin perang dengan satu paru-paru. Meski hanya satu paru-paru, ditambah keterbatasan fasilitas perang, obat-obatan dan makanan pengabdian Pak Dirman total. Sudirman yang tidak sehat namun masih mampu memimpin perang dan membuat Belanda kelimpungan.
Heroisme Jenderal Sudirman pada masa perang gerilya bahkan dikisahkan dari mulut ke mulut dan menjadi cerita rakyat yang mengandung unsur mistis. Dikisahkan bahwa Pak Dirman memiliki kesaktian sehingga sulit dilacak pasukan Belanda.
Setelah memimpin perang gerilya dari akhir 1948 hingga pertengahan 1949, kesehatan Sudirman makin memburuk. Sang Panglima Besar ini akhirnya mangkat pada 29 Januari 1950, tepat pada usia masih muda, yaitu 34 tahun. Meski mati muda, ia telah menorehkan warisan spektakuler, yaitu semangat juang tanpa kenal lelah.
Dia telah menunjukkan keteguhan tekad dalam membela negara, meski tubuh direnggut penyakit kronis. Pak Dirmna adalah Panglima Besar pertama, sebuah predikat yang layak disandang oleh peribadi sederhana, tapi berjiwa besar. Tidak berlebihan, ketika pada 1997, pemerintah menganugerahi dia pangkat Jenderal Bintang Lima. Karena jasa-jasanya, Pak Dirman digelar sebagai Bapak TNI.
Dengan menjadi Jenderal Besar, Sudirman pun bersanding sejajar bersama jenderal legendaris dunia seperti Vo Nguyen Giap (Vietnam), Georgy Zhukov (Uni Soviet), Douglas McArthur (Amerika Serikat), maupun Erwin Rommel (Jerman).
Heroisme Jenderal Sudirman pada masa perang gerilya bahkan dikisahkan dari mulut ke mulut dan menjadi cerita rakyat yang mengandung unsur mistis. Dikisahkan bahwa Pak Dirman memiliki kesaktian sehingga sulit dilacak pasukan Belanda.
Setelah memimpin perang gerilya dari akhir 1948 hingga pertengahan 1949, kesehatan Sudirman makin memburuk. Sang Panglima Besar ini akhirnya mangkat pada 29 Januari 1950, tepat pada usia masih muda, yaitu 34 tahun. Meski mati muda, ia telah menorehkan warisan spektakuler, yaitu semangat juang tanpa kenal lelah.
Dia telah menunjukkan keteguhan tekad dalam membela negara, meski tubuh direnggut penyakit kronis. Pak Dirmna adalah Panglima Besar pertama, sebuah predikat yang layak disandang oleh peribadi sederhana, tapi berjiwa besar. Tidak berlebihan, ketika pada 1997, pemerintah menganugerahi dia pangkat Jenderal Bintang Lima. Karena jasa-jasanya, Pak Dirman digelar sebagai Bapak TNI.
Dengan menjadi Jenderal Besar, Sudirman pun bersanding sejajar bersama jenderal legendaris dunia seperti Vo Nguyen Giap (Vietnam), Georgy Zhukov (Uni Soviet), Douglas McArthur (Amerika Serikat), maupun Erwin Rommel (Jerman).
(don)