Kawah Timbang pernah menelan ratusan nyawa

Selasa, 02 April 2013 - 17:28 WIB
Kawah Timbang pernah menelan ratusan nyawa
Kawah Timbang pernah menelan ratusan nyawa
A A A
KAWAH Timbang yang berlokasi di Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah ternyata pernah menelan 149 nyawa warga sekitar. Peristiwa yang terjadi tahun 1979 silam tersebut masih diingat salah satu korban yang selamat.

Riyanto kakek berusia 64 tahun warga Desa Sumberejo ini hanya bisa memandangi celananya yang robek yang dipakai saat kejadian bencana Sinila tanggal 20 Februari 1979 silam. Riyanto menjadi salah satu saksi bencana Kawah Sinila yang masih hidup, meski sempat menghirup gas beracun saat berusaha menolong korban.

Menurut cerita Riyanto, kejadian Sinila 1979 silam berlangsung secara tiba tiba. Waktu itu pada Senin 19 Februari 1979 pukul 00.00 Wib, warga yang berada disekitar Kawah Timbang merasakan adanya gempa.

Lalu pukul 03.30 WIB Kawah Sinila meletus dan membuat warga sekitar panik. Warga Desa Kepucukan yang berada di selatan Kawah Timbang berusaha menyelamatkan diri karena adanya lahar dari letusan Sinila.

Puluhan warga berlari ke arah barat, namun naas warga tidak menyadari adanya aliran gas beracun yang berasal dari Kawah Timbang menyeberangi jalan desa. Satu demi satu warga tumbang dan meninggal akibat menghirup gas beracun.

Mendengar adanya korban yang berjatuhan, pagi harinya Riyanto dan sejumlah warga berusaha menolong dan mengevakuasi korban tewas. Namun saat akan mengangkat korban, Riyanto menghirup gas beracun dan merasakan lehernya bak tercekik.

Riyanto sempat berlari sejauh 10 meter, namun gas beracun yang masuk di tubuhnya menumbangkan langkahnya. Sejumlah temannya berusaha menolong Riyanto dengan menyeretnya sejauh 30 meter. Hingga akhirnya takdir berkata lain, Riyanto selamat dari ancaman gas beracun.

"Saat menghirup gas itu seperti leher tercekil. Saya lari tapi baru 10 meter tumbang. Untung teman menyeret saya hingga akhirnya bisa selamat," kata Riyanto di rumahnya.

Melihat Kawah Timbang kembali aktif, saat ini Riyanto hanya bisa berpesan kepada warga untuk waspada dan mematuhi peringatan. Ancaman gas beracun seperti yang di rasakan Riyanto merupakan penjemput maut yang tidak terlihat dan berbau.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Tunut Pujiarjo menambahkan, warga dulu tidak tahu saat menyelematkan diri ke arah barat, di jalan ada aliran gas beracun dari Kawah Timbang.

"Mungkin saat itu tidak ada peringatan dan warga sedang panik sehingga mereka tak menyadari kalau jalan desa tersebut dilalui gas beracun dari kawah Timbang," ujarnya.

Hingga saat ini kondisi Kawah Timbang masih berada pada level siaga. Asap putih masih terus membumbung hingga ketinggan 70 meter, warga diminta tidak beraktivitas dalam radius satu kilo meter dari Kawah Timbang.

Seharusnya pengalaman Riyanto ini bisa menjadi pelajaran warga yang bermukim di sekitar Kawah Timbang agar bisa meningkatkan kewaspadaan.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6423 seconds (0.1#10.140)