Penjaga Karst Rammang-rammang Iwan Dento Raih Penghargaan Kick Andy Heroes
loading...
A
A
A
MAROS - Muhammad Ikhwan atau lebih dikenal degan nama Iwan Dento yang sangat identik dengan Karst Rammang-rammang , menjadi warga Maros pertama yang menerima penghargaan Kick Andy Heroes.
Aktivis lingkungan warga Desa Salenrang, Kabupaten Maros ini, dianugerahi Kick Andy Heroes 2022 sebagai penjaga alam Karst Rammang-rammang.
"Kalau bicara Ramang-ramang, pertama kita bicara soal kehidupan dan kedua kita bicara soal identitas. Ada peninggalan leluhur kami yang berusia 42 ribu tahun lalu di Ramang-rammang," ujar Iwan Dento.
Iwan mengatakan, salah satu titik awal lahirnya Rammang-rammang adalah Festival Full Moon yang dilaksanakan Gubernur Sulsel kala itu, SYL pada tahun 2015 lalu. Festival itu juga yang kemudian menjadi tolak ukur desa wisata sampai hari ini.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Chaidir Syam , A Muawiyah Ramli, AM Irfan Ab Muh Nasir, kedua orang tua saya, anak istri saya yang cukup lama 'saya terlantarkan', dan terkhusus kepada orang tua kami, Bapak Syahrul Yasin Limpo atas semua dukungan yang diberikan," lanjutnya.
Saat ini, Iwan bersama komunitas anak sungai, terus aktif terlibat dalam proses pengusulan kawasan karst Maros Pangkep terkhusus Geosite Rammang-rammang agar bisa masuk dalam UNESCO Global Geopark, sebagai upaya perlindungan warisan masa depan.
"Sekali lagi terima kasih banyak, bagi kami menjaga karst itu menjaga kehidupan, juga menjaga identitas," katanya.
Sebagai informasi, Kick Andy Heroes ini dihadiri langsung Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri KLHK Siti Nurbaya Bakar, Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, beberapa waktu lalu.
Selain Kick Andy Heroes, Iwan Dento juga telah dianugerahi penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Meskipun hanya sampai di 20 besar nominasi penerima penghargaan Kalpataru 2020 dan tahun ini kembali diusulkan sebagai calon penerima Kalpataru 2022.
Penghargaan tersebut diperuntukkan bagi mereka yang telah menjadi pemerhati lingkungan selama 5 tahun lebih.
Sosok Iwan Dento yang sederhana ini terlihat jelas, ketika para pelancong Wisata kars berkunjung ke rumah pria kelahiran Maros 10 Oktober 1980 tersebut.
Rumah yang terletak di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros ini, diberi nama rumah kedua Rammang-rammang. Selain sebagai tempat tinggalnya, Iwan Dento juga menfungsikan rumahnya sebagai kedai bernama 'Rumah Kedua'.
Pria lulusan IAIN Alauddin Makassar ini telah menghabiskan waktunya selama 12 tahun sebagai pemerhati lingkungan yang menolak tambang karst di Desa Salenrang.
"Saya mulai melawan saat anak pertama saya lahir, sekitar tahun 2007. Saat itu ada perusahaan marmer yang akan melakukan penambangan. Hanya saja saya dan segenap warga disini bersikeras melakukan perlawanan," jelasnya.
Sambil sesekali menyeruput kopinya, Iwan menjelaskan, hal ini dia lakukan semata-mata sebagai bentuk tanggung jawab kepada anaknya.
"Ini saya lakukan bukan untuk menang, tapi untuk mempersiapkan jawaban ke anak-anak saya nanti, apabila perusahaan berhasil mengeruk habis karst di sini," lanjutnya sambil menunjuk gunung yang dipenuhi karst di samping rumahnya.
Bukan tanpa hasil, pria dengan empat anak ini sudah berhasil mencabut 3 izin pertambangan yang ada di Desa Salenrang dengan efek domino sekitar 9 izin tambang di luar Desa Salenrang.
Saat ditanya tentang kapan dia akan berhenti dari aktivitasnya ini, pria yang hobi mendaki ini mengatakan dirinya akan berhenti apabila Tuhan menggerakkannya untuk melakukan hal lain.
"Saya selalu percaya, bahwa apa yang saat ini kita lakukan pasti ada campur tangan Tuhan. Dan saat ini Tuhan ingin saya tetap berlawan," katanya sambil tertawa.
Lahir dari Ayah yang bekerja sebagai pegawai negeri, tidak membuat Iwan ingin mengikuti jejak sang Ayah. Dia lebih memilih untuk tidak bekerja di instansi negeri maupun swasta, pemikiran ini didapatkannya saat duduk dibangku kuliah.
"Saya kuliah jurusan management, di situ saya belajar cara bagaimana membuat orang-orang bekerja untuk mencapai tujuan kita. Dan saya tidak ingin menghabiskan sisa hidup hanya untuk mencapai tujuan orang lain," tutupnya.
Aktivis lingkungan warga Desa Salenrang, Kabupaten Maros ini, dianugerahi Kick Andy Heroes 2022 sebagai penjaga alam Karst Rammang-rammang.
"Kalau bicara Ramang-ramang, pertama kita bicara soal kehidupan dan kedua kita bicara soal identitas. Ada peninggalan leluhur kami yang berusia 42 ribu tahun lalu di Ramang-rammang," ujar Iwan Dento.
Iwan mengatakan, salah satu titik awal lahirnya Rammang-rammang adalah Festival Full Moon yang dilaksanakan Gubernur Sulsel kala itu, SYL pada tahun 2015 lalu. Festival itu juga yang kemudian menjadi tolak ukur desa wisata sampai hari ini.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Chaidir Syam , A Muawiyah Ramli, AM Irfan Ab Muh Nasir, kedua orang tua saya, anak istri saya yang cukup lama 'saya terlantarkan', dan terkhusus kepada orang tua kami, Bapak Syahrul Yasin Limpo atas semua dukungan yang diberikan," lanjutnya.
Saat ini, Iwan bersama komunitas anak sungai, terus aktif terlibat dalam proses pengusulan kawasan karst Maros Pangkep terkhusus Geosite Rammang-rammang agar bisa masuk dalam UNESCO Global Geopark, sebagai upaya perlindungan warisan masa depan.
"Sekali lagi terima kasih banyak, bagi kami menjaga karst itu menjaga kehidupan, juga menjaga identitas," katanya.
Sebagai informasi, Kick Andy Heroes ini dihadiri langsung Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri KLHK Siti Nurbaya Bakar, Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, beberapa waktu lalu.
Selain Kick Andy Heroes, Iwan Dento juga telah dianugerahi penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Meskipun hanya sampai di 20 besar nominasi penerima penghargaan Kalpataru 2020 dan tahun ini kembali diusulkan sebagai calon penerima Kalpataru 2022.
Penghargaan tersebut diperuntukkan bagi mereka yang telah menjadi pemerhati lingkungan selama 5 tahun lebih.
Sosok Iwan Dento yang sederhana ini terlihat jelas, ketika para pelancong Wisata kars berkunjung ke rumah pria kelahiran Maros 10 Oktober 1980 tersebut.
Rumah yang terletak di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros ini, diberi nama rumah kedua Rammang-rammang. Selain sebagai tempat tinggalnya, Iwan Dento juga menfungsikan rumahnya sebagai kedai bernama 'Rumah Kedua'.
Pria lulusan IAIN Alauddin Makassar ini telah menghabiskan waktunya selama 12 tahun sebagai pemerhati lingkungan yang menolak tambang karst di Desa Salenrang.
"Saya mulai melawan saat anak pertama saya lahir, sekitar tahun 2007. Saat itu ada perusahaan marmer yang akan melakukan penambangan. Hanya saja saya dan segenap warga disini bersikeras melakukan perlawanan," jelasnya.
Sambil sesekali menyeruput kopinya, Iwan menjelaskan, hal ini dia lakukan semata-mata sebagai bentuk tanggung jawab kepada anaknya.
"Ini saya lakukan bukan untuk menang, tapi untuk mempersiapkan jawaban ke anak-anak saya nanti, apabila perusahaan berhasil mengeruk habis karst di sini," lanjutnya sambil menunjuk gunung yang dipenuhi karst di samping rumahnya.
Bukan tanpa hasil, pria dengan empat anak ini sudah berhasil mencabut 3 izin pertambangan yang ada di Desa Salenrang dengan efek domino sekitar 9 izin tambang di luar Desa Salenrang.
Saat ditanya tentang kapan dia akan berhenti dari aktivitasnya ini, pria yang hobi mendaki ini mengatakan dirinya akan berhenti apabila Tuhan menggerakkannya untuk melakukan hal lain.
"Saya selalu percaya, bahwa apa yang saat ini kita lakukan pasti ada campur tangan Tuhan. Dan saat ini Tuhan ingin saya tetap berlawan," katanya sambil tertawa.
Lahir dari Ayah yang bekerja sebagai pegawai negeri, tidak membuat Iwan ingin mengikuti jejak sang Ayah. Dia lebih memilih untuk tidak bekerja di instansi negeri maupun swasta, pemikiran ini didapatkannya saat duduk dibangku kuliah.
"Saya kuliah jurusan management, di situ saya belajar cara bagaimana membuat orang-orang bekerja untuk mencapai tujuan kita. Dan saya tidak ingin menghabiskan sisa hidup hanya untuk mencapai tujuan orang lain," tutupnya.
(agn)