Kisah Kiai Subchi: Kiai Bambu Runcing Pembakar Semangat Laskar Santri Usir Penjajah

Selasa, 22 Maret 2022 - 05:01 WIB
loading...
A A A
Masa sebelum kemerdekaan sangat memprihatinkan bagi rakyat karena kekejaman Belanda yang menerapkan sistem kerja paksa. Ketika Jepang menduduki Jawa, warga Temanggung dipaksa menjadi Romusha. Banyak warga menderita busung lapar karena sulitnya memperoleh makanan. Dalam tulisan Ahmad Adaby Darban,Sejarah Bambu Runcing, Laporan Penelitian: Fakultas Sastra UGM, 1988, karung goni dipakai sebagai penutup tubuh yang menjadi pemandangan biasa pada masa Romusha.

Selama masa perang kemerdekaan, Parakan menjadi simpul pergerakan untuk melawan penjajah. Ketika Pemerintah Hindia Belanda berusaha menggunakan strategi pemisahan wilayah, berupa garis demarkasi Van Mook, warga Temanggung juga bergerak untuk melawan diskriminasi politik yang dilancarkan Hindia Belanda.

Pada saat itu, dibentuklah Barisan Muslimin Temanggung (BMT). Barisan ini dipelopori oleh kiai-santri, yang bertujuan untuk memobilisasi kekuatan rakyat melawan penjajah. BMT didirikan pada 30 Oktober 1945 di masjid Kauman Parakan.

Muhaiminan Gunardo dalambukunya Bambu Runcing Parakan,Yogyakarta: Kota Kembang, 1986 menuliskan terjadinya peristiwa Batuloyo yang mengisahkan penyerangan oleh warga Parakan yang tergabung dalam Barisan Keamanan Rakyat (BKR) terhadap pasukan Jepang. Setelah muncul Barisan Muslimin Temanggung, santri-santri yang tergabung dalam barisan ini, menjadi bertambah semangat dengan dukungan kiai, terutama Kiai Subchi Parakan.

Para santri BMT secara heroik menyerang patroli militer Belanda yang melintasi kawasan Parakan. Perjuangan BMT dan dukungan Kiai Subchi memancing perhatian pejuang santri dan militer. Beberapa tokoh berkunjung ke Parakan, untuk bertemu Kiai Subchi dan pemuda BMT: Jendral Soedirman (1916-1950), Kiai Wahid Hasyim (1914-1953), Kiai Zaenal Arifin (Hizbullah), Kiai Masykur (Sabilillah), Kasman Singadimedja (Jaksa Agung), Mohammad Roem, Mr. Wangsanegara, Mr. Sujudi, Roeslan Abdul Gani dan beberapa tokoh lainnya.

Jenderal Sudirman pun berkunjung ke kediaman Kiai Subchi untuk meminta doa berkah. Jenderal Sudirman sering berperang dalam keadaan suci untuk mengamalkan doa dari Kiai Subchi. Kiai Subchi dikenal sebagai seorang yang murah hati, suka membantu warga sekitar yang kekurangan dengan membagikan hasil pertanian dan lahan kepada warga yang tidak mampu. Ketika barisan Kiai mendirikan Nahdlatul Ulama pada 1926, Kiai Subchi turut serta dengan mendirikan NU Temanggung.

Kiai Subchi menjadi Rais Syuriah NU Temanggung, didampingi Kiai Ali (Pesantren Zaidatul Maarif Parakan) dan Kiai Raden Sumomihardho, sebagai wakil dan sekretaris. Kiai Subchi juga sangat mendukung anak-anak muda untuk berkiprah dalam organisasi.



Pada 1941, Anshor Nahdlatul Oelama (ANO) mengadakan pengkaderan di Temanggung, yang langsung dipantau oleh Kiai Subchi. Dalam catatan Kiai Saifuddin Zuhri (1919-1986), Kiai Subchi menjadi rujukan askar-askar yang berjuang di garda depan revolusi kemerdekaan.

Kiai Subchi dikenal sebagai sosok sederhana, zuhud dan sangat tawadhu. Ketika banyak pemuda pejuang yang sowan untuk minta doa dan asma', Kiai Subchi justru menangis tersedu. Kiai Subchi merasa tidak pantas dengan maqam tersebut.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1386 seconds (0.1#10.140)