Ekspor Sarang Walet Sulsel Terkendala Ketiadaan Processing House
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Hasil peternakan sarang burung walet di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) memiliki peluang besar sebagai komoditi ekspor. China dan Vietnam menjadi negara tujuan ekspor potensial.
Sayangnya, peluang ini belum bisa dioptimalkan lantaran pengelolaan yang belum maksimal. Alhasil, Sulsel belum bisa melakukan ekspor langsung atau direct expor.
Kepala Dinas Perdagangan Sulsel, Ashari F Radjamilo, menuturkan hambatan itu disebabkan Sulsel yang belum memiliki processing house atau rumah proses. Praktis, sarang walet asal Sulsel hanya dikirim ke Surabaya atau Jakarta untuk diekspor ke luar negeri.
" Sarang burung walet itu potensinya besar sekali tapi selama ini kami tidak direct, tidak ada satu perusahaan yang mengirim langsung keluar negeri. Kendalanya karena persoalan rumah proses untuk pencucian dan pembersihannya," kata Ashari.
Dia mengaku pihaknya tengah berupa menghadirkan processing house di Sulsel agar ekspor sarang burung walet bisa langsung dilakukan.
"Kami berupaya agar ada investor yang mau berinvestasi menyangkut tempat pembersihan itu. Kalau sudah ada itu, kita sudah bisa langsung ekspor ke Cina, dan lain-lain," jelasnya.
"Kalau direct ekspor, Sulsel sangat untung sekali karena ekspor bisa tercatat di sini. Kalau di luar, otomatis perolehan ekspor itu bukan Sulsel," sambung Ashari.
Ashari menyebut, seluruh daerah di Sulsel berpeluang menjadi daerah pengembangan sarang burung walet . Namun, ada empat daerah yang sangat potensial akan hal itu, yakni Kabupaten Barru, Parepare, Pinrang, dan Pangkep.
"Saya belum tahu nilai produksi per hari maupun per bulan, tapi yang pasti hampir setiap hari ada produksi dan itu semua dibawa dulu ke Surabaya sebelum diekspor ," pungkasnya.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Makassar, Lutfie Nasir. Kata Lutfie, kehadiran processing house akan sangat menguntungkan bagi Sulsel. Sebab, nilainya akan jauh lebih tinggi jika ekspor bisa dilakukan langsung dari Sulsel .
"Kami berharap bisa direct karena harganya sangat berbeda jika pengiriman antar area dengan ekspor. Tapi itu, syaratnya harus ada processing house," kata Lutfi.
Sayangnya, kata dia, untuk menghadirkan processing house juga bukan perkara mudah.
"Syaratnya ini agak berat karena dari Cina yg harus mengaudit dan memeriksa langsung. Padahal potensi sarang burung walet ini luar biasa. Sulsel masuk empat besar se-Indonesia dalam produksi sarang burung walet," tutupnya.
Sayangnya, peluang ini belum bisa dioptimalkan lantaran pengelolaan yang belum maksimal. Alhasil, Sulsel belum bisa melakukan ekspor langsung atau direct expor.
Kepala Dinas Perdagangan Sulsel, Ashari F Radjamilo, menuturkan hambatan itu disebabkan Sulsel yang belum memiliki processing house atau rumah proses. Praktis, sarang walet asal Sulsel hanya dikirim ke Surabaya atau Jakarta untuk diekspor ke luar negeri.
" Sarang burung walet itu potensinya besar sekali tapi selama ini kami tidak direct, tidak ada satu perusahaan yang mengirim langsung keluar negeri. Kendalanya karena persoalan rumah proses untuk pencucian dan pembersihannya," kata Ashari.
Dia mengaku pihaknya tengah berupa menghadirkan processing house di Sulsel agar ekspor sarang burung walet bisa langsung dilakukan.
"Kami berupaya agar ada investor yang mau berinvestasi menyangkut tempat pembersihan itu. Kalau sudah ada itu, kita sudah bisa langsung ekspor ke Cina, dan lain-lain," jelasnya.
"Kalau direct ekspor, Sulsel sangat untung sekali karena ekspor bisa tercatat di sini. Kalau di luar, otomatis perolehan ekspor itu bukan Sulsel," sambung Ashari.
Ashari menyebut, seluruh daerah di Sulsel berpeluang menjadi daerah pengembangan sarang burung walet . Namun, ada empat daerah yang sangat potensial akan hal itu, yakni Kabupaten Barru, Parepare, Pinrang, dan Pangkep.
"Saya belum tahu nilai produksi per hari maupun per bulan, tapi yang pasti hampir setiap hari ada produksi dan itu semua dibawa dulu ke Surabaya sebelum diekspor ," pungkasnya.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Makassar, Lutfie Nasir. Kata Lutfie, kehadiran processing house akan sangat menguntungkan bagi Sulsel. Sebab, nilainya akan jauh lebih tinggi jika ekspor bisa dilakukan langsung dari Sulsel .
"Kami berharap bisa direct karena harganya sangat berbeda jika pengiriman antar area dengan ekspor. Tapi itu, syaratnya harus ada processing house," kata Lutfi.
Sayangnya, kata dia, untuk menghadirkan processing house juga bukan perkara mudah.
"Syaratnya ini agak berat karena dari Cina yg harus mengaudit dan memeriksa langsung. Padahal potensi sarang burung walet ini luar biasa. Sulsel masuk empat besar se-Indonesia dalam produksi sarang burung walet," tutupnya.
(tri)