Derita Marbut Masjid, Rela Tidak Digaji Rawat Musala dan Masjid
loading...
A
A
A
KAMPAR - Penjaga masjid atau marbut memiliki tugas menjaga dan merawat tempat ibadah, agar masyarakat dapat beribadah dengan tenang dan nyaman. Namun pengabdian mereka, belum berbanding lurus dengan kesejahteraannya.
Beberapa dari marbut ikhlas mengabdi dan semata-mata sebagai bentuk beribadah kepada-Nya. Ada pula mereka yang tidak digaji. Pun kalau ada, dengan nominal yang tidak begitu besar.
Hal ini yang dirasakan Anwar (59), marbut Masjid Istiqomah Perumahan Desa Karya Indah, Tapung, Kabupaten Kampar.
Dari menjaga masjid, Anwar menerima gaji Rp400 ribu per bulan. Jumlah tersebut bisa berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali, karena bergantung pada jumlah sedekah dari jemaah.
“Paling-paling ratusan ribu, itu juga kalo ada sedekah dari jemaah. Tapi tetap bersyukur bisa menjadi marbut di sini,” ujar Anwar menceritakan soal pengalamannya sebagai marbut, kepada wartawan, Selasa (8/3/2022).
Meskipun penghasilan tidak menentu, Anwar mengaku senang menjadi marbut. Baginya, marbut bukanlah pekerjaan biasa, melainkan pengabdian dan bentuk ibadah kepada Allah.
Untuk menambah pemasukan, Anwar bekerja sampingan. Penghasilan dari pekerjaan sampingan itu pun, tergantung dari permintaan.
“Marbut itu ikhlas saja, diniatkan ibadah. Mengurus rumah-Nya kan ibadah, bagaimana caranya biar orang salat nyaman, dipel, disapu, toilet dan tempat wudu juga dibersihkan. Kalau untuk makan sehari-hari, jadi kuli atau buruh tani,” jelasnya.
Tim Global Zakat-ACT menyampaikan bantuan paket pangan kepada Anwar melalui program Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia. Anwar selaku penerima mengucapkan terima kasih atas paket yang diberikan.
“Semoga kebaikan para donatur dan muzaki mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah,” harapnya.
Melalui program ini, Global Zakat-ACT terus berikhtiar untuk membersamai pengabdian dan perjuangan para dai, termasuk di dalamnya petugas penjaga masjid. Kehadiran program ini juga, untuk mendukung dan meringankan perjuangan mereka yang istikamah mengabdi.
Beberapa dari marbut ikhlas mengabdi dan semata-mata sebagai bentuk beribadah kepada-Nya. Ada pula mereka yang tidak digaji. Pun kalau ada, dengan nominal yang tidak begitu besar.
Hal ini yang dirasakan Anwar (59), marbut Masjid Istiqomah Perumahan Desa Karya Indah, Tapung, Kabupaten Kampar.
Dari menjaga masjid, Anwar menerima gaji Rp400 ribu per bulan. Jumlah tersebut bisa berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali, karena bergantung pada jumlah sedekah dari jemaah.
“Paling-paling ratusan ribu, itu juga kalo ada sedekah dari jemaah. Tapi tetap bersyukur bisa menjadi marbut di sini,” ujar Anwar menceritakan soal pengalamannya sebagai marbut, kepada wartawan, Selasa (8/3/2022).
Meskipun penghasilan tidak menentu, Anwar mengaku senang menjadi marbut. Baginya, marbut bukanlah pekerjaan biasa, melainkan pengabdian dan bentuk ibadah kepada Allah.
Untuk menambah pemasukan, Anwar bekerja sampingan. Penghasilan dari pekerjaan sampingan itu pun, tergantung dari permintaan.
“Marbut itu ikhlas saja, diniatkan ibadah. Mengurus rumah-Nya kan ibadah, bagaimana caranya biar orang salat nyaman, dipel, disapu, toilet dan tempat wudu juga dibersihkan. Kalau untuk makan sehari-hari, jadi kuli atau buruh tani,” jelasnya.
Tim Global Zakat-ACT menyampaikan bantuan paket pangan kepada Anwar melalui program Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia. Anwar selaku penerima mengucapkan terima kasih atas paket yang diberikan.
“Semoga kebaikan para donatur dan muzaki mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah,” harapnya.
Melalui program ini, Global Zakat-ACT terus berikhtiar untuk membersamai pengabdian dan perjuangan para dai, termasuk di dalamnya petugas penjaga masjid. Kehadiran program ini juga, untuk mendukung dan meringankan perjuangan mereka yang istikamah mengabdi.
(hsk)