Sejarah Kota Natal dan Hubungannya dengan Kerajaan Pagaruyung
loading...
A
A
A
Sejak dulu Kota Natal yang kini beradaa di Kabupaten Madailing Natal Sumatera Utara merupakan jalur strategis perdagangan penting ke pesisir Sumatera bagian Barat. Lalu bagaimana asal mula penamaan Kota Natal?
Berawal dari pengembaraan seorang pangeran dari Kerajaan Indrapura bernama Indra Sutan. Sekadar diketahui, Kerajaan Idrapura tergabung dalam Kerajaan Pagaruyung di Minangkabau.
Raja Indrapura memiliki dua anak lelaki yang selisih usia mereka hanya satu tahun. Indra Sutan adalah anak bungsu dari dua bersaudara itu.
Sementara si sulung bernama Pangeran Indra Bagindo. Bila keduanya disandingkan, sulit membedakan si sulung dengan si bungsu. Wajah dan gestur mereka juga mirip. Keduanya bagai anak kembar.
Meski demikian, sesuai ketentuan tradisi kerajaan, yang berhak menjadi Putera Mahkota pertama tetap anak sulung. Bila yang bersangkutan berhalangan atau oleh satu dan lain sebab, barulah raja akan memberi mandat pada anak laki-laki berikutnya.
Pada suatu hari di istana Indrapura berlangsung rapat penting. Raja merasa sudah tua dan saatnya tampuk kepemimpinan diserahkan kepada penerusnya.
"Kalian para putera mahkota dan punggawa kerajaan, sengaja aku kumpulkan hari ini karena ada satu hal penting yang ingin kusampaikan berkaitan dengan suksesi Kerajaan Indrapura. Aku sudah tua, karena itulah saatnya putera mahkota akan menggantikan kepemimpinanku di Indapura, Segera atur rencana upacara penobatannya," kata raja.
Tak berapa lama setelah rapat penting itu, Pangeran Indra Bagindo dinobatkan menjadi Raja Indrapura menggantikan ayahanda. Bagaimana dengan Pangeran Indra Sutan?
Tradisi di Kerajaan Indrapura mengharuskan putera mahkota kedua pergi merantau setelah putera mahkota utama dinobatkan menjadi raja.
Saat itu juga Pangeran Indra Sutan mendapat titah harus pergi merantau menemukan wilayah lain untuk dijadikan kerajaan baru. Kerajaan baru itulah yang kelak akan dipimpinnnya.
Berawal dari pengembaraan seorang pangeran dari Kerajaan Indrapura bernama Indra Sutan. Sekadar diketahui, Kerajaan Idrapura tergabung dalam Kerajaan Pagaruyung di Minangkabau.
Raja Indrapura memiliki dua anak lelaki yang selisih usia mereka hanya satu tahun. Indra Sutan adalah anak bungsu dari dua bersaudara itu.
Sementara si sulung bernama Pangeran Indra Bagindo. Bila keduanya disandingkan, sulit membedakan si sulung dengan si bungsu. Wajah dan gestur mereka juga mirip. Keduanya bagai anak kembar.
Meski demikian, sesuai ketentuan tradisi kerajaan, yang berhak menjadi Putera Mahkota pertama tetap anak sulung. Bila yang bersangkutan berhalangan atau oleh satu dan lain sebab, barulah raja akan memberi mandat pada anak laki-laki berikutnya.
Pada suatu hari di istana Indrapura berlangsung rapat penting. Raja merasa sudah tua dan saatnya tampuk kepemimpinan diserahkan kepada penerusnya.
"Kalian para putera mahkota dan punggawa kerajaan, sengaja aku kumpulkan hari ini karena ada satu hal penting yang ingin kusampaikan berkaitan dengan suksesi Kerajaan Indrapura. Aku sudah tua, karena itulah saatnya putera mahkota akan menggantikan kepemimpinanku di Indapura, Segera atur rencana upacara penobatannya," kata raja.
Tak berapa lama setelah rapat penting itu, Pangeran Indra Bagindo dinobatkan menjadi Raja Indrapura menggantikan ayahanda. Bagaimana dengan Pangeran Indra Sutan?
Tradisi di Kerajaan Indrapura mengharuskan putera mahkota kedua pergi merantau setelah putera mahkota utama dinobatkan menjadi raja.
Saat itu juga Pangeran Indra Sutan mendapat titah harus pergi merantau menemukan wilayah lain untuk dijadikan kerajaan baru. Kerajaan baru itulah yang kelak akan dipimpinnnya.