Kisah Agustinus Kehilangan Ibu karena Terlambat Dapat Obat, Kini Jadi Pengusaha Apotek
loading...
A
A
A
SEMARANG - Ingatan Agustinus Safirin atas meninggalnya sang ibu Elisabeth Ester Lusur, tak bisa dilupakan. Kehilangan sosok ibu, pada tahun 1982, meninggalkan cerita pedih di hatinya.
Agustinus menceritakan, mamanya, begitu ia memanggilnya, meninggal dunia karena sakit keras dan tidak tertolong karena terlambat mendapatkan obat.
Saat itu, Agustinus Safirin masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan harus menempuh waktu 10 jam ke kota untuk membeli obat. Karena apotek memang berada di kawasan kota.
Berawal dari kejadian itu, terbesit keinginannya membuat apotek di pelosok-pelosok desa. Hal itu dilakukan agar bisa membantu masyarakat di daerah terpencil yang umumnya banyak masyarakat tak mampu.
Setelah merantau dan sukses bekerja di Jakarta, putra Flores itu kemudian merealisasikan cita-citanya dengan menekuni usaha apotek yang khusus dibukanya di daerah pelosok, yakni di Flores, Nusa Tenggara Timur.
Kini sudah ada 10 apotek yang dinamainya Apotik Peduli. Di Kota Semarang, Agustinus Sarifin mulai mengembangkan Apotek Peduli di wilayah Kelurahan Palebon, Pedurungan.
Ini pun atas pertimbangan belum ada apotek yang dekat dengan wilayah Palebon.
"Saya memang mendasarkan pada kepentingan sosial. Di mana apotik yang saya beri nama Peduli ini harus benar-benar bisa membantu masyarakat yang membutuhkan obat,” kata Agustinus, Jumat (18/2/2022).
“Hal ini karena pengalaman saya bagaimana nasib orang tua saya yang tak sempat mendapatkan obat karena memang sulitnya saat itu untuk menemukan apotek. Akhirnya tak tertolong dan meninggal sebelum saya datang membawakannya obat,” katanya.
Oleh sebab itu, dia ingin membantu masyarakat di sekitar apotek yang didirikan. Apotek Peduli yang ke-10 ini dibukanya di Kota Semarang.
Menurutnya, sangat mungkin ada apotek-apotek Peduli lainnya yang akan menyusul. Asal di mana saya temukan ada daerah yang ada penduduknya, namun tak ada apotek, kemungkinan saya akan mendirikannya di sana.
Apotek Peduli milik Agustinus Sarifin ini dilengkapi oleh apoteker dan tenaga medis yang bisa melakukan diagnosa penyakit ringan seperti kolesterol, tekanan darah hingga gejala diabetes.
Oleh karena itu, apotek ini memberikan layanan gratis kepada masyarakat untuk melakukan pengecekan tensi, asam urat, gula darah dan kolesterol.
Meski dalam daftar tutup hingga pukul 22.00 WIb, menurut Sarifin Apotek Peduli memiliki jam layanan hingga 24 jam non stop. Artinya siapapun yang membutuhkan obat akan dilayaninya, bahkan pesanan siap diantar ke pemesan.
"Kami punya prinsip, melayani kebutuhan obat pasien secepat dan setepat mungkin. Pengalaman masa lalu kami selalu menjadi motivasi agar tidak terlambat melayani," ujar Agustinus yang didampingi Paulus Pangka, teman semasa SMP di Flores.
Agustinus juga berencana akan mengembangkan Apotek Peduli hingga pelosok-pelosok Yogyakarta. "Saya kebetulan punya anak dokter dan praktik di Kota Jogja. Oleh karena itu saya ingin membantu masyarakat di Jogja, khususnya di daerah pelosok yang belum dijangkau apotek," katanya.
Pertimbangan mengembangkan Apotek Peduli juga dilatarbelakangi kasus Covid-19 yang merebak hingga pelosok desa. “Sehingga keberadaan apotik ini sangat perlu dan dibutuhkan,” ujarnya.
Agustinus menceritakan, mamanya, begitu ia memanggilnya, meninggal dunia karena sakit keras dan tidak tertolong karena terlambat mendapatkan obat.
Saat itu, Agustinus Safirin masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan harus menempuh waktu 10 jam ke kota untuk membeli obat. Karena apotek memang berada di kawasan kota.
Berawal dari kejadian itu, terbesit keinginannya membuat apotek di pelosok-pelosok desa. Hal itu dilakukan agar bisa membantu masyarakat di daerah terpencil yang umumnya banyak masyarakat tak mampu.
Setelah merantau dan sukses bekerja di Jakarta, putra Flores itu kemudian merealisasikan cita-citanya dengan menekuni usaha apotek yang khusus dibukanya di daerah pelosok, yakni di Flores, Nusa Tenggara Timur.
Kini sudah ada 10 apotek yang dinamainya Apotik Peduli. Di Kota Semarang, Agustinus Sarifin mulai mengembangkan Apotek Peduli di wilayah Kelurahan Palebon, Pedurungan.
Ini pun atas pertimbangan belum ada apotek yang dekat dengan wilayah Palebon.
"Saya memang mendasarkan pada kepentingan sosial. Di mana apotik yang saya beri nama Peduli ini harus benar-benar bisa membantu masyarakat yang membutuhkan obat,” kata Agustinus, Jumat (18/2/2022).
“Hal ini karena pengalaman saya bagaimana nasib orang tua saya yang tak sempat mendapatkan obat karena memang sulitnya saat itu untuk menemukan apotek. Akhirnya tak tertolong dan meninggal sebelum saya datang membawakannya obat,” katanya.
Oleh sebab itu, dia ingin membantu masyarakat di sekitar apotek yang didirikan. Apotek Peduli yang ke-10 ini dibukanya di Kota Semarang.
Menurutnya, sangat mungkin ada apotek-apotek Peduli lainnya yang akan menyusul. Asal di mana saya temukan ada daerah yang ada penduduknya, namun tak ada apotek, kemungkinan saya akan mendirikannya di sana.
Apotek Peduli milik Agustinus Sarifin ini dilengkapi oleh apoteker dan tenaga medis yang bisa melakukan diagnosa penyakit ringan seperti kolesterol, tekanan darah hingga gejala diabetes.
Oleh karena itu, apotek ini memberikan layanan gratis kepada masyarakat untuk melakukan pengecekan tensi, asam urat, gula darah dan kolesterol.
Meski dalam daftar tutup hingga pukul 22.00 WIb, menurut Sarifin Apotek Peduli memiliki jam layanan hingga 24 jam non stop. Artinya siapapun yang membutuhkan obat akan dilayaninya, bahkan pesanan siap diantar ke pemesan.
"Kami punya prinsip, melayani kebutuhan obat pasien secepat dan setepat mungkin. Pengalaman masa lalu kami selalu menjadi motivasi agar tidak terlambat melayani," ujar Agustinus yang didampingi Paulus Pangka, teman semasa SMP di Flores.
Agustinus juga berencana akan mengembangkan Apotek Peduli hingga pelosok-pelosok Yogyakarta. "Saya kebetulan punya anak dokter dan praktik di Kota Jogja. Oleh karena itu saya ingin membantu masyarakat di Jogja, khususnya di daerah pelosok yang belum dijangkau apotek," katanya.
Pertimbangan mengembangkan Apotek Peduli juga dilatarbelakangi kasus Covid-19 yang merebak hingga pelosok desa. “Sehingga keberadaan apotik ini sangat perlu dan dibutuhkan,” ujarnya.
(hsk)