Bangkit dari Pandemi, Seniman hingga Legislator Pentaskan Ketoprak Salah Kaprah
loading...
A
A
A
“Modar Kowe, modar. Hayo, terusno. Modar Kowe (mati kamu, mati! Ayo lanjutkan. Mati kamu),” seru sang dalang sambil terus menusuk-nusuk kerisnya yang membuat tubuh Gatotkoco luluh ke tanah dan tewas.
Sontak aksi ketiga aktor yang diiringi tetabuhan gendang tersebut membuat penonton terpingkal-pingkal, tidak terkecuali M Zen. Memanfaatkan panggung sederhana kelompok Ketoprak Konyit mampu memadukan kisah pewayangan dengan isu aktual.
Dalang, Gatotkoco dan pemain lainnya tersebut yang ditampilkan oleh kelompok Ketoprak Konyit Pati sangat kocak. Pementasan ini mengawali pertunjukkan saat pandemi mulai melandai di wilayah Pati dengan penonton terbatas dan ketat mematuhi protokol kesehatan.
“Seniman selalu memiliki cara kreatif untuk menyikapi keadaan atau kahanan. Panggung sederhana ini memang diperuntukan bagi seniman, agar mereka tidak mati karya meski ada Corona,” ujar Markonyik.
Seorang seniman ketoprak lain Uthik yang memerankan dalang mengatakan dia bersama seniman ketoprak di Pati lainnya merasakan dampak pandemi yang hampir berlangsung selama dua tahun ini. “Selama pandemi memang membuat seniman ketoprak lesu, meski ada sebagian seniman punya pekerjaan lain, tapi memang belum bisa maksimal,” katanya.
Uthik mengaku selama pandemi sudah menjual mobil, motor. Bahkan tambak miliknya pun kendang dijual untuk menutup kebutuhan hidup, akibat tidak diizinkan untuk pementasan dari pemerintah setempat hingga kehilangan pendapatan dari profesinya.
Dia mengatakan dengan mulai adanya kelonggaran bisa manggung kembali, seniman bisa berkreasi lagi meski dengan keterbatasan waktu. :Namun tanggapan secara komersial hingga saat ini satu pun belum pernah diperoleh,” ujarnya.
Sontak aksi ketiga aktor yang diiringi tetabuhan gendang tersebut membuat penonton terpingkal-pingkal, tidak terkecuali M Zen. Memanfaatkan panggung sederhana kelompok Ketoprak Konyit mampu memadukan kisah pewayangan dengan isu aktual.
Dalang, Gatotkoco dan pemain lainnya tersebut yang ditampilkan oleh kelompok Ketoprak Konyit Pati sangat kocak. Pementasan ini mengawali pertunjukkan saat pandemi mulai melandai di wilayah Pati dengan penonton terbatas dan ketat mematuhi protokol kesehatan.
“Seniman selalu memiliki cara kreatif untuk menyikapi keadaan atau kahanan. Panggung sederhana ini memang diperuntukan bagi seniman, agar mereka tidak mati karya meski ada Corona,” ujar Markonyik.
Seorang seniman ketoprak lain Uthik yang memerankan dalang mengatakan dia bersama seniman ketoprak di Pati lainnya merasakan dampak pandemi yang hampir berlangsung selama dua tahun ini. “Selama pandemi memang membuat seniman ketoprak lesu, meski ada sebagian seniman punya pekerjaan lain, tapi memang belum bisa maksimal,” katanya.
Uthik mengaku selama pandemi sudah menjual mobil, motor. Bahkan tambak miliknya pun kendang dijual untuk menutup kebutuhan hidup, akibat tidak diizinkan untuk pementasan dari pemerintah setempat hingga kehilangan pendapatan dari profesinya.
Dia mengatakan dengan mulai adanya kelonggaran bisa manggung kembali, seniman bisa berkreasi lagi meski dengan keterbatasan waktu. :Namun tanggapan secara komersial hingga saat ini satu pun belum pernah diperoleh,” ujarnya.
(msd)