Nyimas Gamparan, Pimpin Pendekar Perempuan Banten Melawan Belanda hingga Kalang Kabut

Kamis, 13 Januari 2022 - 05:25 WIB
loading...
Nyimas Gamparan, Pimpin...
Nyimas Gamparan terkenal dengan kegigihannya memerangi kompeni Belanda yang menerapkan tanam paksa di Banten. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Perjuangan Nyimas Gamparan terkenal dengan perjuangan dankegigihannya memerangi kompeni Belanda yang menerapkan sistem cultuurstelsel atau tanam paksa, khususnya di Banten. Sistem tanam paksa saat itu diterapkanoleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Johannes van den Bosch.

Nyimas Gamparan, Pimpin Pendekar Perempuan Banten Melawan Belanda hingga Kalang Kabut

Sistem tanam paksa atau cultuurstelsel diterapkan penjajah Belanda sekitar tahun 1930. Foto/Ist

Dengan gagah berani, perempuan dari trah Kasultanan Banten ini menjadi panglima perang dengan memimpin laskar perempuan yang membuat pasukan penjajah Belanda kalang kabut dan kocar-kacir.


Sepak terjang Nyimas Gamparan yang menjelma menjadi panglima perang yang ditakuti di antaranya terkenal dalam perang Cikande pada 1829-1830 silam.

Saat itu, perempuan yang ditakuti Belanda ini memimpin belasan pendekar perempuan dari Tanah Jawara.

Laskar perempuan ini memilih angkat senjata dan berperang melawan penjajah Belanda yang menerapkan kerja rodi dalam sistem tanam paksa atau cultuurstelsel kepada warga pribumi.

Nyimas Gamparan, Pimpin Pendekar Perempuan Banten Melawan Belanda hingga Kalang Kabut

Penjajah Belanda menerapkan sistem cultuurstelsel atau tanam paksa pada sekitar tahun 1930. Foto/Ist

Pasukan yang terdiri para perempuan jagoan silat tersebut saat itu bermarkas di kawasan Balaraja, Tangerang. Mereka kerap merepotkan Belanda dengan taktik dan strategi perang gerilya.



Salah satu kisah yang terkenal yakni saat laskar perempuan yang dipimpin Nyimas Gamparan berhasil membebaskan tanah rakyat yang dikuasai tuan tanah Belanda di daerah Cikande, Serang hingga Maja, Lebak.

Bahkan, tuan tanah Belanda beserta keluarganya yang menindas dan menerapkan tanam paksa secara kejam kepada rakyat di kawasan Cikande hingga Maja akhirnya tewas dalam konflik melawan para pendekar perempuan ini.

Belanda pun berusaha menggunakan berbagai strategi untuk menangkap Nyimas Gamparan yang sulit ditaklukkan dan menyebabkan banyak kerugian.

Hingga akhirnya penjajah Belanda memakai cara licik, yakni politik pecah belah adu domba atau devide et impera antar sesama warga pribumi Banten.



Dengan politik adu domba inilah Nyimas Gamparan akhirnya bisa dikalahkan oleh seorang Demang di Jasinga, Bogor yakni Raden Tumenggung Kartanata Nagara. Konon, Ki Demang dijanjikan oleh Belanda bakal diberi kekuasaan di Rangkasbitung jika bisa mengalahkan Nyimas Gamparan.

Petilasan Nyimas Gamparan saat ini juga bisa dijumpai di Kampung Kadaung, Desa Tanjung Sari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang, Banten.

Di kampung inilah Nyimas Gamparan sempat mengatur strategi menggempur pasukan Belanda. Kini, petilasan Nyimas Gamparan ditetapkan sebagai situs cagar budaya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1603 seconds (0.1#10.140)