Untung Suropati dan Perlawanan Terhadap VOC: Tewasnya Kapten Tack

Minggu, 26 Desember 2021 - 05:34 WIB
loading...
Untung Suropati dan...
Lukisan perang terbunuhnya Kapten Tack. Foto: Istimewa
A A A
UNTUNG Suropati merupakan contoh pahlawan nasional yang lahir dari perbudakan. Sejarawan asing menyebutnya kepala perampok yang tidak tahu diuntung, berkhianat terhadap kompeni, dan musuh yang harus dihancurkan.

Tetapi, pemerintah Indonesia menghargainya sebagai pahlawan gagah berani yang berjuang melawan Belanda. Dia dianugerahi gelar pahlawan nasional, berdasarkan SK Presiden No 106/TK/1975, pada tanggal 3 November 1975.

Riwayat hidupnya tidak jelas. Bapak dan ibunya tidak diketahui. Bahkan, nama kecilnya tidak ada yang tahu. Hanya tahun kelahirannya diketahui. Dia lahir di Bali, pada 1660 dan meninggal di Bangil, Jawa Timur, pada 5 Desember 1706.



Meski begitu, kisah perjuangannya begitu melegenda. Seperti apa? Berikut ulasan Cerita Pagi tentang Untung Suropati.

Sejak kecil, Untung Suropati tidak mengenal kasih sayang ibu dan bapak. Menurut Babad Tanah Jawi, dia dipungut dari kecil oleh Kapten Van Berber, perwira Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang bertugas di Makassar.

Dari Makassar, Untung kecil lalu dijual kepada seorang perwira VOC yang ada di Batavia bernama Moor sebagai budak. Karena selalu membawa keberuntungan bagi Moor, anak kecil itu kemudian diberi nama panggilan Untung.

Selama ikut dengan Moor, Untung banyak belajar tentang perang modern. Dia juga menjadi sangat tahu watak kolonial.



Pada usia 20 tahun, Untung di penjara oleh Moor karena berani menikahi putrinya Suzane. Dari pernikahannya itu, Untung memiliki seorang anak bernama Robert. Saat di penjara, Untung mengorganisir para tahanan dan berhasil kabur.

Saat Raja Banten Sultan Ageng Tirtayasa menyerah kepada VOC, pada 1683, Pangeran Purbaya berhasil melarikan diri ke Gunung Gede. Namun, dia memutuskan menyerah dan hanya mau dijemput oleh Perwira VOC pribumi.

Pemimpin Benteng Tanjungpura Kapten Ruys yang berhasil menemukan Untung, lalu mengajaknya bekerjasama dengan tawaran tidak mengejarnya lagi sebagai buronan kompeni. Saat itu Untung setuju. Dia lalu mengikuti latihan tentara.

Dari hasil latihannya, Untung mendapat pangkat letnan. Setelah dinyatakan siap, Untung bergegas menjemput Purbaya.



Namun, saat Untung sudah menangkap Pangeran Purbaya, pasukan lain yang dipimpin Vaandrig Kuffeler mengambil alih tangkapan. Yang membuat Untung kesal, Perwira VOC itu bersikap kurang ajar dan kasar terhadap Purbaya.

Untung lalu menghancurkan pasukan Vaandrig Kuffeler di Sungai Cikalong, pada 28 Januari 1684. Sebenarnya Pangeran Purbaya bisa melarikan diri, tetapi dia memegang teguh janjinya dan tetap menyerahkan diri ke Benteng Tanjungpura.

Hanya istrinya Gusik Kusuma minta diantar pulang ke Kartasura. Untung lalu mengantarkan istri Purbaya ke Kartasura.

Tidak hanya Vaandrig Kuffeler, Untung juga menghancurkan pasukan Jacob Couper di Desa Rajapalah. Saat tiba di Cirebon, Untung terlibat pertikaian dengan Raden Surapati. Akibat pertikaian itu, Raden Surapati dihukum mati.



Sejak itu, nama Surapati diserahkan kepada Untung dan dirinya menjadi dikenal sebagai Untung Surapati/Suropati, buronan VOC.

Gusik Kusuma akhirnya tiba di Kartasura. Ternyata, ayahanda Gusik Kusuma, yakni Patih Nerangkusuma anti Belanda. Untung Suropati lalu dinikahkan dengan Gusik Kusuma dan mereka membangun kekuatan melawan Belanda.

Perlawanan Untung Suropati terhadap Belanda terdengar seantero negeri. Untung yang awalnya budak VOC, kini menjadi orang yang paling depan melawan VOC. Dari Jawa bagian Barat, perlawanan Untung meluas ke tengah dan timur.

Dalam perlawanan ini, Untung Suropati mendapat dukungan dan perlindungan dari Amangkurat II. Sang Raja bahkan menawarkan persembunyian bagi Untung Suropati di Keraton Kertasura. Tetapi hal ini telah diketahui Kompeni.



Komisaris Pemerintahan Tinggi VOC Kapten Francois Tack akhirnya diterjunkan ke Susuhunan Mataram, pada 1685.

Pada 8 Februari 1686, Kapten Tack dan pasukannya bertolak dari Majasanga menuju Kartasura meminta Amangkurat II agar menyerahkan Untung Suropati dan anak buahnya. Tetapi setibanya dia, Untung dikabarkan meloloskan diri.

Tack lalu mengejar Untung Suropati. Ternyata Untung Suropati tidak kabur. Alangkah kagetnya Tack saat kembali ke alun-alun, melihat Letnan Greving dan Sersan Samuel Maurits, serta 10 prajuritnya sudah berkalang tanah.

Pertempuran hidup dan mati pun terjadi. Tercatat, 68 prajurit Tack tewas, satu hilang, dan 12 lainnya luka berat. Sedang dipihak Untung, 55 tewas dan 20 sekarat. Kapten Tack sendiri tewas dibunuh Pangeran Puger, adik Amangkurat II.



Kematian Kapten Tack dan sejumlah perwira VOC membuat Belanda makin geram dengan gerombolan Untung Suropati.

Selanjutnya, Untung Suropati pergi ke wilayah Jawa Timur dan mendirikan kerajaan di Pasuruan. Dia mendapatkan gelar Adipati Arya Wiranegara. Pada September 1706, pasukan VOC gabungan melakukan serangan balasan ke Pasuruan.

Tanggal 17 Oktober 1706, dalam pertempuran sengit di daerah Bangil, Untung menderita luka parah dan meninggal pada November 1706. Sebelum meninggal, dia berwasiat agar kematiannya dirahasiakan dari Belanda.

Tetapi pada Juni 1707 saat Herman De Wilde mengejar Amangkurat III, dia menemukan makamnya. Kerangka Untung lalu dibakar dan abunya dibuang ke laut agar semangat perlawanan Untung mati. Demikian akhir cerita Untung Suropati.

Sumber tulisan:
Dayat Suryana, Bali dan Sekitarnya, CreateSpace Independent Publishing Platform, 2012.
Christopher Reinhart, Antara Lawu dan Wilis, Kepustakaan Populer Gramedia, 2021.
Joko Darmawan, Sejarah Nasional Ketika Nusantara Berbicara, Deepublish, 2017.
(hsk)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2645 seconds (0.1#10.140)