Musda Demokrat Sulsel Diharap Tidak Ciptakan Preseden Buruk

Senin, 20 Desember 2021 - 20:47 WIB
loading...
Musda Demokrat Sulsel Diharap Tidak Ciptakan Preseden Buruk
Plt Ketua Demokrat Sinjai Muh Nasyit Umar optimistis DPP Demokrat bersikap netral dan tidak akan mengkhianati suara mayoritas DPC alias voters pada Musda Demokrat Sulsel pada Rabu (22/12/2021) mendatang. Foto: Istimewa
A A A
MAKASSAR - Dua kandidat akan bertarung pada Musda DPD Demokrat Sulsel di Kota Makassar, Rabu (22/12/2021) mendatang. Mereka adalah petahana, Ni'matullah alias Ulla dan mantan ketua, Ilham Arief Sirajuddin (IAS).

Sejauh ini, peta dukungan DPC Demokrat se-Sulsel pun mulai terbaca. Sebanyak 16 DPC solid mendukung IAS. Sedangkan, Ulla sebatas mengklaim punya cukup dukungan sebagai syarat untuk maju sebagai calon. Toh, penetapan ketua ditentukan DPP.

Plt Ketua DPC Demokrat Sinjai, Muhammad Nasyit Umar, mengungkapkan meski ditentukan DPP, namun pemilihan ketua pastinya mempertimbangkan suara akar rumput, terkhusus pemilik suara yakni DPC. Olehnya itu, ia optimistis IAS bisa melenggang menjadi Ketua DPC Demokrat Sulsel yang baru.



Ia menggambarkan peta dukungan IAS yang telah mengantongi suara 16 DPC sejatinya tidak terkejar lagi. Jika pun Ulla mampu mengumpulkan dukungan 8 DPC lain, ditambah dua suara dari DPD dan DPP, artinya hanya memiliki 10 suara. Secara logika, DPP idealnya harus mengakomodir suara mayoritas demi soliditas partai berlambang mercy.

Nasyit meyakini DPP Demokrat akan bersikap netral dan mengedepankan kepentingan partai untuk menatap Pemilu 2024. Toh, sangat berisiko jika ingin memenangkan Ulla yang hanya didukung segelintir DPC. Bila itu yang terjadi, kata dia, akan menjadi preseden buruk bagi DPP Demokrat.

"Jadi preseden buruk bila DPP ( Demokrat ) tidak memilih suara yang terbanyak. Apalagi, yang punya massa kan sebenarnya adalah DPC, jadi jangan khianati suara dari akar rumput," kata mantan anggota DPR RI itu, Senin (20/12/2021).

Lebih jauh, ia memaparkan alasan mayoritas DPC mendukung IAS murni karena ingin melihat Demokrat Sulsel bangkit dan tidak malah terpuruk. Toh, figur IAS memiliki banyak keunggulan dan mempunyai visi misi yang lebih jelas dan terarah. Selain peningkatan kursi parlemen di semua tingkatan, juga mengupayakan kader bertarung pada Pilgub Sulsel 2024.

"Kami pilih IAS karena merasakan ada harapan untuk kemajuan Demokrat Sulsel. Beliau punya visi dan arah yang jelas, termasuk di Pilgub Sulsel 2024, dimana kita inginkan kader bertarung. Sedangkan, Ulla kan belum jelas, apa yang akan dilakukan," tuturnya.

Selain itu, ada beberapa catatan negatif yang ditorehkan Ulla selama memimpin Demokrat Sulsel . Mulai dari berkurangnya kursi parlemen di semua tingkatan hingga lemahnya konsolidasi kepengurusan DPD ke tingkat DPC, apalagi ke tingkat ranting.

"Ulla jarang kunjungi daerah. Pernah terjadi bendahara DPC meninggal, tapi SK (penggantian) baru keluar tiga bulan setelahnya, padahal itu dibutuhkan untuk pencairan dana di Kesbang. Ya ibarat nilai, sembilan lawan enam dan kita tentunya ingin yang terbaik," ungkapnya.

Hal senada disuarakan Ketua DPC Demokrat Toraja Utara, Hatsen Bangri. Adapun preseden buruk yang diharapkan pihaknya tidak muncul pada musda adalah penolakan LPj Ketua Demokrat Sulsel. Nah, hal tersebut tentunya tidak akan terjadi bila Ulla mau legowo. Terlebih, dukungan mayoritas DPC sudah dipastikan mengarah ke rivalnya.



Ia mengakui pihaknya mempertimbangkan menolak LPj UIla bila masih ngotot memimpin Demokrat Sulsel. Toh, kepengurusan yang berjalan bisa dibilang gagal. Pihaknya ingin ada penyegaran dan percaya IAS merupakan figur tepat untuk mengembalikan kejayaan Demokrat di Sulsel .

Ia mencontohkan kepengurusannya di Toraja Utara tidak pernah dilantik oleh Ulla. Lalu, saat ada usungan Demokrat maju di Pilkada Toraja Utara 2020, perhatian DPD pun sangat minim. Kondisi itu pula yang membuat figur usungannya itu, yang belakangan terpilih menjadi bupati malah pindah ke Partai Golkar.

"Yang saya sangat disayangkan adalah Ulla dalam kurun lima tahun terakhir tidak pernah melantik kepengurusan (Demokrat) Toraja Utara. Perhatian ke usungan yang belakangan jadi bupati pun kurang, tidak ada satupun kalimat untuk Bupati Toraja Utara terpilih, hingga akhirnya pindah ke Golkar. Kami dibiarkan bagai ayam kehilangan induk," tuturnya.
(tri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1277 seconds (0.1#10.140)