Kisah Tragis Dibalik Nama Desa Matamu di Gresik yang Berganti Jadi Tulung
loading...
A
A
A
GRESIK - Pemberian nama-nama desa sering kali identik dengan situasi yang berkembang di awal desa itu ada. Namanya pun banyak yang unik, termasuk desa-desa yang ada di Kecamatan Kademangan, Kabupaten Gresik.
Ada tiga desa di Kecamatan Kademangan yang memiliki nama sangat unik, dan memiliki cerita tersendiri dalam penamaannya. Tidak banyak anak zaman sekarang yang tahu dari mana nama desa mereka berasal. Yang pasti, nama-nama desa ini sudah ada sejak zaman nenek moyang.
Di Kecamatan Kedamean ada nama Desa Tulung, Desa Lampah, dan Dusun Gorekan. Ketiganya memiliki sejarah yang panjang tentang pemberian namanya. Desa Tulung, Kecamatan Kedamean, misalnya. Tidak banyak yang mengetahui jika nama desa ini terdahulunya adalah Desa Matamu.
Seiring waktu, karena konotasi "matamu" mengandung makna makian, maka digantilah dengan nama yang lebih baik. Namun pemberian nama baru tersebut, juga masih terkait dengan nama sebelumnya.
Hal itu seperti disampaikan Mbah Supi warga Desa Tulung, yang tertuang dalam buku "Sang Gresik Bercerita Lagi" karangan Kris Adji dan kawan-kawan. Disebutkan, dahulu kala ada sepasang pengembara yang sedang berpetualang ke Pulau Jawa. Pengembara tersebut telah sampai di Jawa Timur.
"Pengembara tersebut tersesat di sebuah desa, dan dia tidak tahu kemana akan melanjutkan perjalanan. Begitu dia sampai di tepi desa di melihat seorang yang berada di tengah sawah," tulisnya.
Karena tempatnya yang agak jauh di tengah sawah, pengembara itu berteriak dari pematang sawah "Pak, ini desa mana?" Petani yang ada di sawah itu pun berteriak menjawab "Matamu!"
Pengembara itu pun kaget, karena tidak yakin dengan pendengarannya. Ia lantas bertanya lagi, namun petani itu tetap tegas menjawab bahwa ini Desa Matamu. Anehnya, para pengembara itu malah tersinggung dengan pernyataan petani tersebut.
"Dalam keadaan yang kelelahan dan tersesat seperti itu, ia mendengar umpatan yang membuat emosinya langsung naik. Pengembara langsung marah. Dia langsung lari mendekat kepada petani itu. Petani itu pun mencoba mendekat karena dia menduga sang pengembara tidak mendengar dengan jelas jawabannya," bebernya.
Tanpa diduga oleh si petani, pengembara itu memukulinya bertubi-tubi. Sambil berlari menyelamatkan diri, petani melewati lurung desa sambil berteriak "Tulung, tulung, tulung!" ke warga desa. Atas kejadian itu, warga Desa Matamu merasa khawatir kalau kejadian itu terulang lagi. Akhirnya dengan pertimbangan sesesepuh desa, nama berubah menjadi Desa Tulung.
Kemudian nama desa unik lain, yakni Desa Lampah, Kecamatan Kedamean. Masih dalam literasi buku tersebut, diceritakan ada sepasang pengembara melakukan perjalanan ke arah utara dengan berjalan kaki.
Dalam Bahasa Jawa Kromo, berjalan kaki itu disebut mlampah. Karena berniat hendak menegur, maka seorang warga menegur dengan kalimat "Kok mlampah mawon?" Artinya kok berjalan saja. "Karena seringnya orang menyapa dengan kata-kata itu maka desa itu disebut denga Desa Lampah," tegasnya.
Selanjutnya, nama unik Dusun Gorekan. Perlu diingat, selain karena nama unik, dusun ini juga kerap viral di media sosial karena peristiwa meyebrangkan jenazah orang meninggal ke bantaran sungai Kali Lamong, menuju pemakaman desa setempat. Namun, dari sepenggal kisah dramatis itu ternyata dusun itu memilki sejarah penamaan.
Diceritakan, suatu hari seorang warga memandikan kerbau, tiba-tiba muncul dua orang laki-laki dan perempuan dari balik gerumbul semak-semak. Suami istri yang ditegur tiba-tiba, merasa takut dan kaget. Karena takut dan kaget yang sangat, kedua orang itu terkena serangan jantung dan meninggal seketika.
"Kedua pengembara itu merasa sedih karena menyebabkan kematian suami istri itu. Mereka kemudian menguburkan kedua orang disamping lubang penampungan air yang ada," bebernya. Desa tempat meninggalnya kedua orang itu kemudian diberi nama Gorekan, yang bermakna ditegur malah gemetaran dan akhirnya meninggal. Wis-wis, onok- onok ae.
Cerita asal-usul nama desa ini masih patut untuk dicari kebenaran, karena masih berasal dari cerita rakyat. Tetapi banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dan ditularkan pada generasi muda. Bagi sebagian orang, mungkin pemberian nama itu asal-asalan saja. Apalah arti sebuah nama. Tetapi sesungguhnya nama adalah doa.
Ada tiga desa di Kecamatan Kademangan yang memiliki nama sangat unik, dan memiliki cerita tersendiri dalam penamaannya. Tidak banyak anak zaman sekarang yang tahu dari mana nama desa mereka berasal. Yang pasti, nama-nama desa ini sudah ada sejak zaman nenek moyang.
Di Kecamatan Kedamean ada nama Desa Tulung, Desa Lampah, dan Dusun Gorekan. Ketiganya memiliki sejarah yang panjang tentang pemberian namanya. Desa Tulung, Kecamatan Kedamean, misalnya. Tidak banyak yang mengetahui jika nama desa ini terdahulunya adalah Desa Matamu.
Seiring waktu, karena konotasi "matamu" mengandung makna makian, maka digantilah dengan nama yang lebih baik. Namun pemberian nama baru tersebut, juga masih terkait dengan nama sebelumnya.
Hal itu seperti disampaikan Mbah Supi warga Desa Tulung, yang tertuang dalam buku "Sang Gresik Bercerita Lagi" karangan Kris Adji dan kawan-kawan. Disebutkan, dahulu kala ada sepasang pengembara yang sedang berpetualang ke Pulau Jawa. Pengembara tersebut telah sampai di Jawa Timur.
"Pengembara tersebut tersesat di sebuah desa, dan dia tidak tahu kemana akan melanjutkan perjalanan. Begitu dia sampai di tepi desa di melihat seorang yang berada di tengah sawah," tulisnya.
Karena tempatnya yang agak jauh di tengah sawah, pengembara itu berteriak dari pematang sawah "Pak, ini desa mana?" Petani yang ada di sawah itu pun berteriak menjawab "Matamu!"
Pengembara itu pun kaget, karena tidak yakin dengan pendengarannya. Ia lantas bertanya lagi, namun petani itu tetap tegas menjawab bahwa ini Desa Matamu. Anehnya, para pengembara itu malah tersinggung dengan pernyataan petani tersebut.
"Dalam keadaan yang kelelahan dan tersesat seperti itu, ia mendengar umpatan yang membuat emosinya langsung naik. Pengembara langsung marah. Dia langsung lari mendekat kepada petani itu. Petani itu pun mencoba mendekat karena dia menduga sang pengembara tidak mendengar dengan jelas jawabannya," bebernya.
Tanpa diduga oleh si petani, pengembara itu memukulinya bertubi-tubi. Sambil berlari menyelamatkan diri, petani melewati lurung desa sambil berteriak "Tulung, tulung, tulung!" ke warga desa. Atas kejadian itu, warga Desa Matamu merasa khawatir kalau kejadian itu terulang lagi. Akhirnya dengan pertimbangan sesesepuh desa, nama berubah menjadi Desa Tulung.
Kemudian nama desa unik lain, yakni Desa Lampah, Kecamatan Kedamean. Masih dalam literasi buku tersebut, diceritakan ada sepasang pengembara melakukan perjalanan ke arah utara dengan berjalan kaki.
Dalam Bahasa Jawa Kromo, berjalan kaki itu disebut mlampah. Karena berniat hendak menegur, maka seorang warga menegur dengan kalimat "Kok mlampah mawon?" Artinya kok berjalan saja. "Karena seringnya orang menyapa dengan kata-kata itu maka desa itu disebut denga Desa Lampah," tegasnya.
Selanjutnya, nama unik Dusun Gorekan. Perlu diingat, selain karena nama unik, dusun ini juga kerap viral di media sosial karena peristiwa meyebrangkan jenazah orang meninggal ke bantaran sungai Kali Lamong, menuju pemakaman desa setempat. Namun, dari sepenggal kisah dramatis itu ternyata dusun itu memilki sejarah penamaan.
Diceritakan, suatu hari seorang warga memandikan kerbau, tiba-tiba muncul dua orang laki-laki dan perempuan dari balik gerumbul semak-semak. Suami istri yang ditegur tiba-tiba, merasa takut dan kaget. Karena takut dan kaget yang sangat, kedua orang itu terkena serangan jantung dan meninggal seketika.
"Kedua pengembara itu merasa sedih karena menyebabkan kematian suami istri itu. Mereka kemudian menguburkan kedua orang disamping lubang penampungan air yang ada," bebernya. Desa tempat meninggalnya kedua orang itu kemudian diberi nama Gorekan, yang bermakna ditegur malah gemetaran dan akhirnya meninggal. Wis-wis, onok- onok ae.
Cerita asal-usul nama desa ini masih patut untuk dicari kebenaran, karena masih berasal dari cerita rakyat. Tetapi banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dan ditularkan pada generasi muda. Bagi sebagian orang, mungkin pemberian nama itu asal-asalan saja. Apalah arti sebuah nama. Tetapi sesungguhnya nama adalah doa.
(eyt)