Peringatan Tsunami Dicabut, Warga Maumere Masih Trauma dan Enggan Turun Gunung
loading...
A
A
A
SIKKA - Pasca diguncang gempa bumi bermagnitudo 7,5 yang diperbaharui menjadi magnitudo 7,4. Warga di Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, masih takut untuk kembali ke rumahnya masing-masing yang ada di pesisir pantai.
Warga memilih bertahan di rumah-rumah warga yang ada di perbukitan, meskipun BMKG telah mencabut peringatan bahaya tsunami. Sebelumnya, mereka lari berhamburan keluar rumah, hingga membuat kemacetan di sepanjang Jalan El Tari; Jalan Gajah Mada; Jalan Moan Subuh Sadipun; Jalan Brai; Jalan Adisucipto; hingga lingkar luar Maumere.
Salah seorang warga yang turut mengungsi, Santy mengaku berasal dari Kampung Wuring yang ada di pesisir utara Maumere. "Kami masih trauma, karena pernah mengalami bencana gempa dan tsunami pada tahun 1992," ungkapnya.
Makanya Santy memilih untuk tetap bertahan di perbukitan, meskipun peringatan bahaya tsunami telah dicabut. Dia mengaku takut ketika mengingat bencana tahun 1992, di mana air laut naik dan menggulung permukiman warga.
Warga memilih bertahan di rumah-rumah warga yang ada di perbukitan, meskipun BMKG telah mencabut peringatan bahaya tsunami. Sebelumnya, mereka lari berhamburan keluar rumah, hingga membuat kemacetan di sepanjang Jalan El Tari; Jalan Gajah Mada; Jalan Moan Subuh Sadipun; Jalan Brai; Jalan Adisucipto; hingga lingkar luar Maumere.
Salah seorang warga yang turut mengungsi, Santy mengaku berasal dari Kampung Wuring yang ada di pesisir utara Maumere. "Kami masih trauma, karena pernah mengalami bencana gempa dan tsunami pada tahun 1992," ungkapnya.
Makanya Santy memilih untuk tetap bertahan di perbukitan, meskipun peringatan bahaya tsunami telah dicabut. Dia mengaku takut ketika mengingat bencana tahun 1992, di mana air laut naik dan menggulung permukiman warga.
(eyt)