Pemerintah Bangun Jembatan Gantung di Gladak Perak, Hanya untuk Roda 2 dan 3
loading...
A
A
A
SURABAYA - Pemerintah akan membangun jembatan gantung untuk menggantikan Jembatan Gladak Perak yang putus akibat erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021). Upaya darurat ini dilakukan agar koneksitas antara Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang tetap terhubung.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan, jembatan gantung ini hanya bersifat sementara. Jembatan ini hanya mampu untuk dilalui kendaraan roda dua dan roda tiga. Sementara untuk jembatan permanen, rencananya akan mulai dikerjakan bulan depan dan memakan waktu selama 9 bulan.
Baca juga: Cerita Mistis Gunung Semeru dan Awal Mula Ranu Kumbolo hingga Dewi Cantik Berkebaya Kuning
“Ini (jembatan gantung) hanya untuk distribusi logistik yang bisa diangkut roda tiga,” katanya saat meeting via online dengan BNPB, Selasa (7/12/2021).
Sedangkan untuk roda empat, kata dia, pemerintah masih mencari akses alternatif. Rencananya, akan dicarikan jalan dari Pasirian – Tempursari menuju Pronojiwo. Akses jalan ini biasanya digunakan masyarakat untuk pergi berkebun. Jalan itu berada di lahan milik Perhutani. “Nanti ini akan dijadikan jalan umum. Nanti ada mekanismenya,” tandas Thoriq.
Gunung Semeru meletus atau erupsi pada Sabtu (4/12/2021) pukul 15.20 WIB dengan mengeluarkan awan panas di wilayah Lumajang dan sekitarnya. Hujan deras pada hari itu juga menyebabkan lahar dingin dari kawah gunung tertinggi di Pulau Jawa itu meluncur deras menerjang desa di bawahnya.
Baca juga: Cegah Penjarahan Barang Milik Korban Erupsi Gunung Semeru, Polda Jatim Rutin Patroli
Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah putusnya Jembatan Gladak Perak, Lumajang. Akibatnya, jalur alternatif Lumajang-Malang ditutup total dan dialihkan melalui jalur lain. Jembatan Gladak Perak terdiri dari dua jembatan. Satu jembatan lama dan tidak difungsikan.
Jembatan yang berstatus cagar budaya itu dibangun pada masa pemerintahan Belanda, sekitar tahun 1925-1940. Sedangkan satu jembatan baru masih digunakan untuk lalu lintas. Kedua jembatan ini terletak di atas Sungai Besuk Sat, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan, jembatan gantung ini hanya bersifat sementara. Jembatan ini hanya mampu untuk dilalui kendaraan roda dua dan roda tiga. Sementara untuk jembatan permanen, rencananya akan mulai dikerjakan bulan depan dan memakan waktu selama 9 bulan.
Baca juga: Cerita Mistis Gunung Semeru dan Awal Mula Ranu Kumbolo hingga Dewi Cantik Berkebaya Kuning
“Ini (jembatan gantung) hanya untuk distribusi logistik yang bisa diangkut roda tiga,” katanya saat meeting via online dengan BNPB, Selasa (7/12/2021).
Sedangkan untuk roda empat, kata dia, pemerintah masih mencari akses alternatif. Rencananya, akan dicarikan jalan dari Pasirian – Tempursari menuju Pronojiwo. Akses jalan ini biasanya digunakan masyarakat untuk pergi berkebun. Jalan itu berada di lahan milik Perhutani. “Nanti ini akan dijadikan jalan umum. Nanti ada mekanismenya,” tandas Thoriq.
Gunung Semeru meletus atau erupsi pada Sabtu (4/12/2021) pukul 15.20 WIB dengan mengeluarkan awan panas di wilayah Lumajang dan sekitarnya. Hujan deras pada hari itu juga menyebabkan lahar dingin dari kawah gunung tertinggi di Pulau Jawa itu meluncur deras menerjang desa di bawahnya.
Baca juga: Cegah Penjarahan Barang Milik Korban Erupsi Gunung Semeru, Polda Jatim Rutin Patroli
Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah putusnya Jembatan Gladak Perak, Lumajang. Akibatnya, jalur alternatif Lumajang-Malang ditutup total dan dialihkan melalui jalur lain. Jembatan Gladak Perak terdiri dari dua jembatan. Satu jembatan lama dan tidak difungsikan.
Jembatan yang berstatus cagar budaya itu dibangun pada masa pemerintahan Belanda, sekitar tahun 1925-1940. Sedangkan satu jembatan baru masih digunakan untuk lalu lintas. Kedua jembatan ini terletak di atas Sungai Besuk Sat, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
(msd)