Pengakuan Korban Erupsi Gunung Semeru, Tak Ada Peringatan dan Gelap Gulita
loading...
A
A
A
MALANG - Erupsi Gunung Semeru terjadi secara tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda atau peringatan dini sebelumnya. Akibatnya dampak erupsi Gunung Semeru kali ini cukup luar biasa, hampir seribu orang lebih mengungsi.
Salah satu warga Desa Supit Urang Abdul Manan menyatakan, saat erupsi Gunung Semeru kemarin sore ia dan beberapa warga lain tengah beraktivitas seperti biasa di rumah. Ia kini mengungsi di salah satu masjid yang menjadi posko pengungsian di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
Baca juga: 8 Kecamatan Ini Terdampak Abu Vulkanik Gunung Semeru
"Jika memang kami diberi tahu akan erupsi, tentunya masyarakat sudah siap. Karena saat erupsi tengah beraktivitas seperti biasa," ucap Manaf kepada wartawan, pada Minggu pagi (5/12/2021).
Ia menambahkan, saat itu ia tengah berada di halaman rumahnya. Namun tiba - tiba suasana berubah menjadi gelap gulita seperti malam hari. Ia pun akhirnya berlari masuk ke dalam rumah bersama anaknya.
"Kemudian saya lari ke halaman rumah dan tiba-tiba cuaca seperti malam hari, sudah gelap gulita. Kemudian saya tarik anak saya masuk kedalam rumah lalu pintu saya tutup. Saya sudah pasrah dan khawatir saat itu dan merasa sudah tidak akan selamat," kata dia.
Baca juga: Kisah Pertemuan Bripda Randy dan Novia Widyasari hingga Berakhir Bunuh Diri
Dirinya mengaku tidak ada tanda atau peringatan apapun sesaat sebelum Gunung Semeru erupsi. "Tidak ada tanda-tanda Semeru akan erupsi, tidak ada peringatan apapun kalau Semeru akan meletus. Saat itu saya ada di dalam rumah. Istirahat setelah aktivitas di luar, dan kejadian ini luar biasa dari tahun lalu," tuturnya.
Kemudian, suasana perlahan-lahan mulai terang dan ada cahaya, dari sanalah ia kemudian bergegas menyelamatkan diri bersama keluarganya. "Cuaca kembali terang akhirnya, terus saya lari menyelamatkan diri," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang mengalami erupsi sekitar pukul 15.00 WIB. Awan panas keluar dan mengarah ke Curah Kobokan sejauh 10 - 11 kilometer dari kawah Gunung Semeru.
Catatan yang dihimpun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500-800 meter dengan pusat guguran berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.
Akibat erupsi ini 14 orang dinyatakan meninggal dunia, sedangkan ada 41 warga terluka akibat terkena material awan panas dan abu vulkanik Gunung Semeru. Sedangkan masih ada beberapa warga yang dilaporkan dalam pencarian karena diduga hilang.
Salah satu warga Desa Supit Urang Abdul Manan menyatakan, saat erupsi Gunung Semeru kemarin sore ia dan beberapa warga lain tengah beraktivitas seperti biasa di rumah. Ia kini mengungsi di salah satu masjid yang menjadi posko pengungsian di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
Baca juga: 8 Kecamatan Ini Terdampak Abu Vulkanik Gunung Semeru
"Jika memang kami diberi tahu akan erupsi, tentunya masyarakat sudah siap. Karena saat erupsi tengah beraktivitas seperti biasa," ucap Manaf kepada wartawan, pada Minggu pagi (5/12/2021).
Ia menambahkan, saat itu ia tengah berada di halaman rumahnya. Namun tiba - tiba suasana berubah menjadi gelap gulita seperti malam hari. Ia pun akhirnya berlari masuk ke dalam rumah bersama anaknya.
"Kemudian saya lari ke halaman rumah dan tiba-tiba cuaca seperti malam hari, sudah gelap gulita. Kemudian saya tarik anak saya masuk kedalam rumah lalu pintu saya tutup. Saya sudah pasrah dan khawatir saat itu dan merasa sudah tidak akan selamat," kata dia.
Baca juga: Kisah Pertemuan Bripda Randy dan Novia Widyasari hingga Berakhir Bunuh Diri
Dirinya mengaku tidak ada tanda atau peringatan apapun sesaat sebelum Gunung Semeru erupsi. "Tidak ada tanda-tanda Semeru akan erupsi, tidak ada peringatan apapun kalau Semeru akan meletus. Saat itu saya ada di dalam rumah. Istirahat setelah aktivitas di luar, dan kejadian ini luar biasa dari tahun lalu," tuturnya.
Kemudian, suasana perlahan-lahan mulai terang dan ada cahaya, dari sanalah ia kemudian bergegas menyelamatkan diri bersama keluarganya. "Cuaca kembali terang akhirnya, terus saya lari menyelamatkan diri," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang mengalami erupsi sekitar pukul 15.00 WIB. Awan panas keluar dan mengarah ke Curah Kobokan sejauh 10 - 11 kilometer dari kawah Gunung Semeru.
Catatan yang dihimpun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500-800 meter dengan pusat guguran berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.
Akibat erupsi ini 14 orang dinyatakan meninggal dunia, sedangkan ada 41 warga terluka akibat terkena material awan panas dan abu vulkanik Gunung Semeru. Sedangkan masih ada beberapa warga yang dilaporkan dalam pencarian karena diduga hilang.
(msd)