Kisah Inspiratif UMKM Difabel Tetap Produktif dengan Teknologi Digital

Sabtu, 04 Desember 2021 - 06:00 WIB
loading...
Kisah Inspiratif UMKM Difabel Tetap Produktif dengan Teknologi Digital
Keterbatasan fisik tidak menghalangi seseorang untuk berbuat dan memberi kontribusi positif, memanfaatkan teknologi digital.Foto/ist
A A A
SURABAYA - Keterbatasan fisik tidak menghalangi seseorang untuk berbuat dan memberi kontribusi positif. Banyak contoh inspiratif dari penyandang difabel yang memanfaatkan teknologi digital, yaitu The Able Art dan warung kelontong Toko Lariz.

Kisah-kisah inspiratif inilah yang dihadirkan Tokopedia memperingati Hari Disabilitas Internasionall 2021. “Tokopedia terus memberikan panggung seluas-luasnya bagi pegiat UMKM lokal, termasuk difabel, untuk menciptakan peluang lewat pemanfaatan teknologi agar bisa bangkit bersama memulihkan ekonomi,” kata External Communications Senior Lead Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya.

Baca juga: Hari Penyandang Disabilitas Internasional, Khofifah : Semua Warga Jatim Dapat Perlakuan Sama

Salah satu penyandang disabilitas itu adalah ommy Budianto mendirikan The Able Art di Pasuruan pada 2017. Bermula dari kecintaan terhadap dunia sosial, Tommy membantu mereproduksi lukisan-lukisan karya seniman difabel menjadi berbagai produk, seperti hijab, tas, pouch dan lain-lain, untuk dijual offline maupun online.

“The Able Art didirikan untuk memberdayakan para seniman difabel agar tetap bisa berkarya sehingga mereka bisa memperoleh pendapatan tetap. Kami ingin setiap karya memiliki nilai sosial bagi masyarakat Indonesia,” jelas Tommy.

Tommy menggandeng seniman lukis difabel dari sejumlah daerah di Indonesia, mulai dari Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Malang hingga Bali. Tak jarang, untuk mendapatkan hasil reproduksi lukisan yang berkualitas tinggi, Tommy datang langsung ke tempat para seniman.

Baca juga: Serang dan Lumpuhkan Pengawal hingga Tak Berdaya, Tahanan Kejari Gresik Kabur

“Di awal berjualan, penjualan kami hanya berkisar 10-20% dari sebelum kami bergabung dengan Tokopedia. Setelah memanfaatkan Tokopedia, The Able Art bisa mengirimkan rata-rata 100 pesanan dalam sebulan ke berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Papua,” kata Tommy.

Kisah lainnya datang dari pemilik warung kelontong Toko Lariz sekaligus tunadaksa asal Semarang, Suhartini. Wanita ini bergabung ke ekosistem Mitra Tokopedia pada 2019. Hal ini memungkinkan Suhartini menstok produk sembako hanya melalui aplikasi, tanpa harus keluar rumah.

Aplikasi digital juga membuat Suhartini bisa menambah varian produk digital di tokonya, seperti pulsa, paket data, token listrik dan PDAM, sehingga pendapatannya pun meningkat.

“Sejak bergabung di Mitra Tokopedia, warung saya semakin laris. Isi ulang stok warung juga sangat mudah karena saya tidak harus keluar rumah. Dengan berjualan produk digital, omzet saya naik 2x lipat,” ungkap Suhartini.

Warungnya bahkan kini menjadi sumber utama pendapatan keluarganya. “Keterbatasan fisik bukan penghalang bagi saya. Dengan adanya teknologi, semua hal dimungkinkan. Saya ingin terus membuktikan bahwa tunadaksa bermodal minim juga bisa menciptakan peluang,” pungkasnya.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3141 seconds (0.1#10.140)